Oleh : Ishmah Nurhidayati, Melda Riyantika, Ishmah Nurhidayati
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2016)
Finally, setelah ngendep berminggu-minggu di draft
dan bolak-balik edit sana-sini akhirnya laporan ini di-posting jugaa. Fiuuuh. Laporan ini dibuat dengan begadang selama tiga hari, tidur subuh, lupa makan, dan abis itu gue sakit -_-. Laporan ini telah mengalami perjalanan revisi yang panjang, mulai dari proses format yang salah semua sampe di php-in dosen. Satu pelajaran hidup yang penting banget yang gue dapet setelah membuat laporan ini adalah TUGAS KELOMPOK ITU CUMA MITOS. Oiya, laporan ini gue buat waktu maba, jaman gue masih buta format, jadi format disini jangan kalian ikutin soalnya sesat banget. gue aja ngakak waktu buka draft tugas ini. Mau gue edit tapi kok nambah masalah hidup aja ya kann. Isinya belum gue baca lagi sih, tapi ini hasil kerja keras gue dan gue buat sebaik mungkin. Udah segitu aja curhatnya, Makasih kalo udah baca, Haha. So, here it is. Enjoy my words :)
PS: waktu gue copy ke sini tambah berantakan formatnya. gue belum sempet ngedit lagi. mau wisuda dulu, bosen jadi mahasiswa terus. haha,
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Praktik pengenalan pertanian adalah salah satu mata kuliah yang
diselenggarakan dengan tujuan mengenalkan kegiatan pertanian di lapangan. Hal
ini dilakukan karena tidak sedikit mahasiwa khususnya jurusan agribisnis yang
berasal dari daerah perkotaan dan tidak mengenal proses pertanian. Dengan
diselenggarakannya praktik pengenalan pertanian, mahasiswa diharapkan memiliki
pengalaman langsung di lapangan dan lebih memahami kegiatan pertanian serta
kehidupan sosial para petani khususnya di desa Lugusari.
Praktik
pengenalan pertanian dimulai sejak tahun 2009 oleh Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Kegiatan ini diberi nama “homestay” dimana
mahasiswa harus menginap dan hidup bersama keluarga petani yang ada di
pedesaan. Kegiatan ini banyak memberikan manfaat bagi mahasiswa baru, sehingga
kegiatan ini menjadi mata kuliah wajib.
Selain dapat mengetahui dan mempraktikkan kegiatan pertanian secara
langsung, mahasiswa juga dapat mengetahui usahatani, pengolahan atau
agroindustri, dan subsistem jasa layanan penunjang yang ada di desa Lugusari.
Mahasiswa juga dapat mengetahui bagaimana sistem pemasaran komoditi, sistem
sosial petani, dan sumber daya serta kesejahteraan petani di desa tersebut.
Kuliah Pengenalan Pertanian
merupakan mata kuliah wajib. Waktu pelaksanaanya selama 1 (satu) minggu setara
dengan satu sks. Selama mahasiswa di lapangan, dosen dan asisten dosen memberikan
fasilitas, mendampingi, dan memantau kegiatan mahasiswa bersama keluarga petani
yang ditumpanginya.
1.2.
Tujuan
Praktik Pengenalan Pertanian
Tujuan kuliah
praktik pengenalan pertanian bagi mahasiswa jurusan agribisnis fakultas
pertanian universitas lampung adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui usahatani yang ada di
Desa Lugusari
2.
Mengetahui pengolahan atau
agroindustri yang ada di Desa Lugusari
3.
Mengetahui kegiatan pasca panen di Desa
Lugusari
4.
Mengetahui sistem
pemasaran komoditi yang ada di Desa Lugusari
5.
Mengetahui
subsistem Jasa Layanan Penunjan yang ada di Desa Lugusari
6.
Mengetahui
Sumber Daya dan kesejahteraan petani di Desa Lugusari
1.3 Manfaat Praktik Pengenalan
Pertanian
Manfaat yang
didapat setelah melaksanakan kegiatan praktik pengenalan pertanian adalah:
1.
Mahasiswa dapat mengenal
dunia pertanian secara langsung.
2.
Mengetahui proses dalam usahatani.
3.
Mahasiswa dapat memahami
berbagai teknologi yang digunakan dalam proses cocok tanam.
II.
GAMBARAN UMUM LOKASI
2.1.Sejarah Desa
Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Kesatuan Republik Indonesia.
Desa
Lugusari dulunya adalah
sebuah hutan yang terdapat banyak perkebunan dan masih menjadi padang rumput.
Dulunya desa Lugusari masuk dalam kecamatan Rantau
Tijang Lampung Selatan. Sekitar tahum 1951 di desa ini sudah dipimpin oleh
seorang lurah yang bernama Penimbang Bumi yang berasal dari suku lampung. Hal ini dimulai dengan
kedatangan 5 orang laki-laki yang berasal dari Jawa yaitu Wongso Karyo,Kartono, dan Salam yang berasal dari Lugukotoarjo serta Madio dan Ranu yang berasal dari Baransari
Yogyakarta.
Bapak
Ranu kemudian memberanikan diri membuka sebuah lahan di pekon Rantau Tijang,
karena bapak Ranu merasa nyaman dan betah tinggal di desa tersebut, pada saat
bapak Ranu kembali di daerah asalnya Pak Ranu mengajak tetangga dan saudaranya
untuk tinggal di Lampung. Bapak Ranu dan sekelompok orang yang tinggal di desa
tersebut berencana membuat kampung yang bernama desa Lugusari yang berasal dari
nama desa 5 orang tersebut, nama lugu berasal dari desa bapak Salam,Karyo,dan
Karto yaitu Lugukutoarjo dan kata Sari berasal dari daerah asal bapak Madio dan
Ranu yaitu Baransari. Kampung tersebut
memiliki kelurahan sendiri pada tahun 1972.
Lima belas tahun kemudian mengalami pemekaran dari
Rantau Tijang menjadi kelurahan Lugusari.
2.2.Struktur
Organisasi Pemerintahan
Sistem
pemerintahan desa adalah suatu kebulatan atau keseluran proses atau kegiatan
berupa antara lain proses pembentukan atau penggabungan desa, pemilihan kepala
desa, peraturan desa, kewenangan, keuangan desa dan lain-lain yang terdiri dari
berbagai komponen badan publik seperti Perangkat Desa, Badan Pemusyawaratan
Desa, dan Lembaga Kemasyarakatan Desa. Struktur
organisasi aparat pemerintah pekon Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten
Pringsewu dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Struktur Organisasi pemerintahan desa
Lugusari
2.3.Letak
Geografis dan Keadaan Penduduk di Desa Lugusari
Desa Lugusari terletak di kecamatan Pagelaran,
kabupaten Pringsewu, provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 475 hektar dan
didominasi oleh lahan perkebunan yang memiliki luas 276 hektar. Penduduk yang
bersuku jawa mendominasi desa ini dengan jumlah 2.947 penduduk, sedangkan
penduduk pribumi atau bersuku Lampung menduduki peringkat kedua dengan selisih
yang sangat jauh yakni hanya 29 orang. Selain itu desa ini juga dihuni oleh
warga bersuku Sunda, Padang, dan Betawi.
Penduduk desa Lugusari juga memiliki agama yang
beragam, mulai dari Islam, Kristen dan Hindu. Walaupun demikian, keadaan sosial
penduduk di desa ini sangat baik. Setiap warga saling menghormati baik
perbedaan suku dan agama sehingga proses sosial di desa ini cenderung kepada
proses sosial yang bersifat positif. Mayoritas penduduk desa Lugusari bekerja
sebagai petani, dan hanya sedikit yang menggantungkan hidupnya pada pekerjaan
lain seperti berdagang.
III. PEMBAHASAN
3.1.Usahatani
Mosher mengartikan usahatani sebagai disiplin dari
sumber-sumber alam yang ada di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian
seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar
matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya. Sedangkan
menurut Soekartawi usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
petani mengalokasikan sunberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
3.1.1. Identitas Responden
Jumlah petani
responden di desa Lugusari dalam kegiatan praktik pengenalan pertanian
berjumlah 15 orang. Identitas responden akan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Umur Responden
Umur responden adalah lamanya
tahun yang dilalui oleh responden dihitung berdasarkan akte kelahiran atau
peristiwa penting tingkat nasional dan perhitungan sepadan.
Umur petani responden di
desa Lugusari dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Umur petani responden di desa
Lugusari
Grafik di atas menunjukan
bahwa dominansi usia responden berada pada usia 31-40 tahun dan 65-70 tahun
dengan persentase 33,33 %, sedangkan jumlah terkecil berada pada umur 55-60
tahun dengan presentase 13,33%, namun responden yang memiliki usia diatas 60
tahun memiliki jumlah yang lebih sedikit daripada responden yang memiliki usia
di bawah 60 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden di desa
lugusari lebih banyak responden yang berada pada usia produktif.
2.
Pendidikan Responden
Pendidikan responden adalah
tingkat pendidikan yang diambil dari tingkat pendidikan terakhir responden dan
diukur secara nominal.
Tabel 1. Tingkat pendidikan
petani responden di desa Lugusari.
NO
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (orang)
|
Presentasi
|
1
|
Tidak Sekolah
|
2
|
13,33 %
|
2
|
SD
|
4
|
26,66 %
|
3
|
SMP
|
3
|
20 %
|
4
|
SMA
|
5
|
33,33%
|
5
|
D3
|
1
|
6,66 %
|
Data pada tabel 1 menunjukan
bahwa masih terdapat cukup banyak responden yang berpendidikan SD hingga tidak
bersekolah. Jika digabungkan, persentasenya lebih dari 33% atau lebih dari
sepertiga responden. Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan petani responden masih tergolong rendah sehingga petani
responden kesulitan dalam menerapkan teknologi baru serta teknik-teknik dalam
usahatani padi yang dikelola di desa Lugusari.
3.
Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah jumlah
anggota keluarga merupakan keseluruhan anggota keluarga yang memiliki beban
hidup responden bersangkutan, anggota keluarga dapat berfungsi sebagai tenaga
kerja dalam keluarga.
Jumlah tanggungan keluarga
di desa Lugusari sebagian besar berada pada interval 0-2 orang, sedangkan jumlah tanggungan petani
responden petani paling sedikit pada interval 3-4 orang.. Jumlah tanggungan
keluarga merupakan potensi tenaga kerja usahatani yang produktif, namun
sebaliknya dapat pula sebagai beban bagi keluarga apabila tenaga tersebut bukan
tenaga kerja produktif.
4.
Kepemilikan Sumberdaya Lahan
Status lahan adalah
informasi yang menggambarkan kepemilikan lahan yang diklasifikasikan menjadi
hak negara,hak milik,hak guna usaha,hak guna bangunan,hak milik adat,hak pakai
tanah.
Gambar 3. Grafik kepemilikan
lahan di desa Lugusari
Gambar diatas menunjukan
bahwa luas lahan yang dimiliki petani responden di Desa Lugusari,yang digunakan
untuk mengembangkan usahatani padi taupun tanaman lain sebagian besar pada luas
tanah kurang dari 1 hektar.Hal ini menunjukan luas lahan untuk usahatani padi
yang dikelola responden tergolong sempit. Oleh karena itu diperlukan penambahan
luas lahan agar usahatani padi dan usahatani tanaman lain yang dikelola dapat memberikan produksi yang lebih
besar dan pada akhirnya pendapatan yang diperoleh juga akan lebih meningkat.
5.
Sumber Modal
Sumber modal adalah modal
atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri atau perusahaan.
Tabel 2. Identitas petani responden
berdasarkan sumber modal di desa Lugusari.
Tabel 2 menunjukan bahwa
petani responden banyak menggunakan modal yang berasal dari modal sendiri
dengan presentasi sebanyak 93.33% Dengan demikian petani tersebut sudah
memiliki modal yang cukup untuk membiayai usahatani mereka.
3.1.2.Keragaan Usahatani
1.
Usahatani padi
Budidaya usahatani adalah
himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan
untuk produksi pertanian.
a.
Teknik Budidaya
Teknik Budidaya adalah proses
menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada.
Persemaian pada budidaya
padi dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang
sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang ditanami, hal ini dilakukan agar
bibit yang sudah ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka
bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama akan mati.
Benih yang dibutuhkan untuk
ditanam pada lahan 1 ha sebanyak 20 kg. Benih yang sudah disemai, sebelumnya
harus direndam terlebih dahulu secara sempurna sekitar 2 x 24 jam dalam ember
atau wadah lainnya. Hal ini dilakukan agar benih dapat mengisap air yang
dibutuhkan untuk perkecambahan.
Benih yang sudah direndam
selama 2 x 24 jam dan sudah berkecambah ditebar dipersemaian secara hati-hati
dan merata. Hal ini dimaksudkan agar benih yang tumbuh tidak saling
bertumpukan. Selain itu benih juga tidak harus terbenam kedalam tanah karena
dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen yang dapat menyebabkan busuknya
kecambah. Pemupukan lahan persemaian dilakukan kira-kira pada umur satu minggu
setalah ditanam (ditabur). Kebutuhan pupuk yang digunakan yaitu,2,5 kg Urea,
2,5 Kg SP36 dan 1 kg KCL.
Setelah persiapan lahan
beres maka bibit pun siap ditanam. Bibit biasanya dipindah saat umur 20-25
hari. Ciri bibitnya yang siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai ,tinggi 22-25
cm, batang bawah besar dan keras.Bibit ditanam dengan cara dipindah dari
bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan
persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak.
Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan – ikatan lalu ditaruh di sawah
dengan dengan sebagian akar terbenam ke air. Bibit ditanam dengan posisi tegak
dan dalam satu lubang ditanam 2-3 bibit dengan kedalaman tanam cukup 2 cm,
karena jika kurang dari 2 cm bibit gampang hanyut. Jarak tanam padi biasanya 20
x 20 cm.
Pemupukan dilakukan dua kali
dalam satu kali budidaya (produksi) padi sawah. Pemupukan pertama dilakukan
pada saat tanaman berumur 12 hari dengan dosis pupuk sepertiga dari kebutuhan
pupuk keseluruhan , sedangkan sisa pupuk diberikan pada tahap kedua yaitu kira
– kira pada waktu tanaman berumur 40 hari.
b.
Pola Tanam Usahatani Padi
Pola
tanam adalah suatu urutan tanam pada sebidang tanah dalam satu tahun, termasuk
di dalamnya masa pengolahan tanah .Pola tanam padi di desa Lugusari biasanya dalam
satu tahun padi dua kali panen,yaitu pada bulan januari sampai Agustus,
sedangkan pada bulan September sampai Desember lahan tersebut dikosongkan.Pola tanama padi di desa Lugusari
data dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Pola tanam usahatani padi di desa
Lugusari.
c.Sarana
Produksi Pertanian
Sarana produksi merupakan
bahan yang menentukan di dalam budidaya usahatani. Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani padi adalah bajak, cangkul,
arit atau sabit,sprayer atau tank semprot, gosrok, papan, dan penggaris.
d.
Produsi dan Penerimaan
Produksi
dan penerimaan usahatani padi dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 5.
Tingkat produksi padi di desa Lugusari
Berdasarkan grafik diatas
produksi tertinggi berasal dari jumlah produksi 500-1000kg pertahunnya dengan
jumlah 6 orang,artinya pendapatan rata-rata petani masih tergolong rendah
mengingat dalam sekali produksi petani hanya mendapatkan penerimaan sekitar
Rp.2.500.000 – Rp.5.500.000 yang belum dihitung dengan sarana produksi yang
mahal.
2.
Usahatani Cabe Jawa
a.
Teknik Budidaya
Penanaman cabe jawa dimulai dengan penanaman tanaman panjat
atau tanaman yang akan digunakan sebagai media rambat tanaman cabe jawa
tersebut. Setelah tanaman panjat telah dirasa cukup sebagai media rambat tanaman
cabai jawa yang akan di tanam, barulah penanaman cabai jawa dapat dilakukan.
b. Pola tanam usahatani Cabe Jawa
Gambar 6.Pola tanam usahatani
Cabe Jawa
Gambar tersebut
menjelaskan bahwa pola tanam cabe jawa tidak mengalami rotasi dalam 1
tahun,artinya dari hingga bulan Januari hingga Desember tanaman tersebut tetap
tumbuh dan kebun tidak mengalami pengosongan atau pergantian tanaman.
c.
Sarana Produksi
Sarana produksi pertanian yang digunakan dalam budidaya
usahatani cabe jamu di Desa Lugusari meliputi:
1.
Pupuk
Pupuk yang sering digunakan yaitu pupuk kandang, Ponska, Urea
,NPK , dan Mutiara
2.
Obat-obatan
Jenis obat-obatan yang sering digunakan yaitu Sidamethrin,
dan kapur.
3.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam budidaya usahatani cabe jamu
yaitu cangkul, golok , sprayer, sabit , dan gunting galah
4.
Benih
Dari 15 petani yang menjadi responden sebagian besar membuat
benih cabe jamu sendiri dengan cara tunas, dan yang lain membeli benih di kios
sekitar dusunnya.
d.
Produksi dan penenerimaan
Berdasarkan data yang kami peroleh, jumlah produksi cabai
jawa di desa Lugusari berkisar antara 100 sampai 1500 kg untuk sekali panen.
Sehingga bila dikalikan dengan harga jual cabai jawa yang bisa mencapai Rp 75.000 per kilogramnya, maka
total penerimaan yang didapat oleh petani bisa mencapai sedikitnya 100 juta
rupiah.
3.
Usahatani Lada
a.Teknik
Budidaya
Cara penanaman lada tidak
jauh berbeda dengan cabai jawa. Pertama, tanam terlebih dahulu tanaman panjat
atau tanaman yang akan digunakan sebagai temapat tumbuh tanaman lada. Setelah
tanaman panjat telah cukup besar dan dianggap bisa menopang tanaman lada,
barulah tanaman lada ditanam di sekitar tanaman panjat tersebut.
b.Pola Tanam
Usahatani Lada
Gambar 7. Pola tanam usahatani
lada
Berdasarkan gambar 7 pola
tanam usahatani lada tidak mengalami rotasi artinya dalam satu tahun usahatani
lada tidak diganti oleh tanaman lain,pola tanam usahatani lada dimulai dengan
Januari sampai desember setiap tahunnya.
c.Sarana Produksi
Sarana yang digunakan dalam
budidaya lada di desa Lugusari adalah golok,arit atau sabit, sprayer dan
cangkul. Pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk kandang yang di dapat
dengan membeli dari tetangga sekitar yang memiliki ternak.
d.
Produksi dan Penerimaan
Produksi dan penerimaan lada di desa Lugusari dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 8.Produksi
lada di desa Lugusari
Berdasarkan gambar diatas jumlah produksi lada di desa Lugusari berkisar
antara 100 sampai 1000 kg. Sehingga jika dikalikan dengan harga jual lada yang
bisa mencapai Rp 120.000 per kilogramnya, pendapatan petani bisa mencapai 120
juta rupiah.
4.
Usahatani Kopi
a.
Teknik Budidaya
Teknik budidaya yang
dilakukan yaitu, pertama kita harus membuat lubang yang berukuran 60 x 60 cm.
Lubang dibuat 6 bulan sebelum ditanam,lalu tutup lubang tanam 1 – 3 bulan sebelum
ditanam kopi dan dijaga agar batu – batu, atau sisa akar – akar tidak masuk ke
dalam lubang tanam. Selama persiapan lahan pada areal kosong dapat ditanami
beberapa kacang – kacangan. Sebelum ditanam semprotkan dulu larutan pupuk pada
titik – titik tanaman .
b. Pola Tanam Usahatani
Tanaman kopi tidak mengalami
rotasi tanam karena setelah penanaman tanaman kopi akan terus hidup sepanjang
tahun (bulan januari hingga desember setiap tahunnya).Berikut gambar pola tanam
usahatani kopi di desa Lugusari.
Gambar 9. Pola tanam usahatani kopi
c. Sarana
Produksi Pertanian
Sarana produksi pertanian yang digunakan dalam budidaya
usahatani kopi yaitu cangkul, golok, sprayer, dan arit. Jenis pupuk yang
digunakan dalam budidaya komoditi ini yaitu urea dan TSP.
d.
Produksi dan
Penerimaan
Jumlah produksi usahatani
kopi di desa Lugusari berkisar antara 50 kg sampai dengan 800 kg. Dari hasil
produksi usahatani kopi yang masih minim ini dapat diketahui bahwa lahan yang
digunakan sebagai perkebunan kopi masih sedikit, atau tanaman kopi hanya
digunakan sebagai tanaman tumpang sari sehingga hasil komoditi ini masih
sedikit.
5.
Usahatani Kakao
a.Teknik Budidaya
Tahapan budidaya yang
dilakukan yaitu mempersiapkan lahan terlebih dahulu. Biji kakao yang digunakan
adalah buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang sudah cukup
umur , Kemudian dibersihkan daging buahnya menggunakan abu dan segara di
kecambahkan.
Penanaman tanaman kakao
dilakukan dengan jarak tanam 3 x 3 m, 4 x 2 m, dan 3,5 x 2,5 m, dengan ukuran
lubang 60 x 60 x 60 cm. Jarak tanam pohon pelindungnya adalah 1,5 x 1,5 m
tergatung areal yang digunakan. Dalam pemeliharaan tanaman kakao yang dilakukan
adalah dengan melakukan pemangkasan , penyiangan , penyiraman , pemupukan,
serta pengendalian hama penyakit.
b.Pola Tanam Usahatani Kakao
Pola
tanam usahatani kakao tidak mengalami rotasi yaitu dalam satu tahun tidak ada pergantian
tanaman,pola tanam usahatani kakao dimulai pada bulan Januari sampai Desember
setiap tahunnya. Berikut adalah gambar pola tanam usahatani kakao.
Gambar 10. Pola tanam usahatani kakao
c.
Sarana Produksi
Sarana yang
digunakan dalam produksi kakao di desa lugusari masih sederhana seperti
cangkul, arit atau sabit, sprayer, dan golok.
d.
Produksi dan Penerimaan
Produksi dan
penerimaan usahatani kakao di desa lugusari dapat di lihat pada gambar berikut.
Gambar 11. Produksi Kakao di Desa Lugusari
Gambar di atas menunjukan
bahwa jumlah produksi tertinggi ada di antara 1-100 kg dengan presentase 20Selain
itu masyarakat di desa Lugusari juga banyak yang tidak menanam kakao. Hal ini
terlihat dari presentasenya yang mencapai 66,66%.
6.
Budidaya Ikan Lele
a.
Teknik Budidaya
Pertama,
hitung dulu bibit yang akan ditanam dalam kolam tersebut. Sesuaikan dengan
jumlah modal yang dimiliki atau yang telah disiapkan. Gunakan perbandingan yang
tepat saat membuat kolam terpal. Pembuatannya bisa didasarkan pada ukuran 100
ekor lele per 1 meter perseg. Sementara itu untuk ketinggian kolam bisa
menggali tanah dengan kedalaman 1,5 meter sementara panjang dan lebarnya
disesuaikan.
Siapkan terpal dengan
panjang dan lebar yang lebih besar ketimbang ukuran galian tanah. Pastikan
bahwa masih ada sisaan terpal sepanjang setengah meter yang terlihat dari luar.
Sebelum memasang terpal pastikan tanah yang kita gali sudah bersih dari kerikil
dan batu. Selanjutnya kita bisa masukan air ke dalam terpal. Air ini juga harus mengandung plankton dengan metode di
campur dengan kompos sapi lantas dibiarkan selama 3 hari. Baru bibit ikan akan
dimasukkan ke dalamnya.
b.
Pola Tanam Budidaya Lele
Pada budidaya ikan lele
terdapat dua kali musim tanam yaitu dimulai dari bulan januari sampai September. Sedangkan Oktober sampai Desember
kolam dibiarkan kosong untuk menunggu musim pengairan datang.Berikut ini gambar
pola tanam budidaya ikan lele.
Gambar 12. Pola Budidaya Ikan
Lele.
c.Sarana
Produksi
Sarana produksi pertanian
yang digunakan dalam budidaya ikan lele di desa Lugusari meliputi:
1.
Pupuk
Pupuk yang sering digunakan oleh petani ikan di desa Lugusari
yaitu pupuk kandang, Urea, Ponska dan MPK.
2.
Obat-obatan
Jenis obat-obatan yang sering digunakan dalam pembudidayaan
ikan lele yaitu Introflok, EM 4, EM 8, Garam, Blue Koper dan Rentaflu.
3.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembudidayaan ikan lele yaitu
cangkul, golok , caduk , sabit, mesin sedot air dan jaring.
4.
Benih
Untuk
budidaya ikan lele, sebagian besar masyarakat Lugusari memperoleh benih ikan
dengan membeli di tempat pembibitan ikan yang ada disekitar desa Lugusari.
d.Produksi
Gambar 13.Produksi Ikan Lele di Desa Lugusari
Berdasarkan grafik di atas
jumlah produksi tertinggi sekitar 100 – 800 kg dengan persentase sekitar 20%.
Sedangkan petani responden yang memiliki jumlah produksi 1500 kg sangat kecil,
yakni di bawah 10% dan terdapat lebih banyak lagi petani responden yang tidak
membudidayakan ikan lele.
6.
Budidaya Ikan Mas
a.Teknik Budidaya Ikan Emas
Hal yang pertama yang harus
dilakukan adalah memilih bibit atau calon indukan. Usahakan berasal dari keturunan yang
memiliki sifat unggul sehingga menghasilkan benih yang memiliki produktivitas tinggi
. Sebelum kolam digunakan, lakukan pembajakan dasar kolam, pengapuran,pemupukan
dan penggenangan air. Persiapan ini membutuhkan waktu 1 – 2 minggu, tergantung pada
cuaca.
Gunakan benih ikan mas
berukuran 100 gram per ekor.Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, diberikan
pagi, siang dan sore hari. Dalam tiga bulan bobot ikan emas akan naik menjadi
sekitar 300 – 400 gram per ekor. Dengan berat ini ikan sudah bisa dipanen.
b.Pola Tanam Budidaya Ikan Emas
Ikan mas biasanya mulai
dibudidayakann dari bulan Januari sampai september sedangkan oktober sampai
desember menunggu musim perairan. Berikut gambar pola tanam budidaya ikan mas.
Gambar 14. Pola Tanam Budidaya Ikan Mas
c.Sarana Budidaya
Sarana produksi
pertanian yang digunakan dalam budidaya ikan mas di desa Lugusari meliputi:
1.
Pupuk
Pupuk yang sering digunakan oleh petani ikan di desa Lugusari
yaitu urea.
2.
Obat-obatan
Jenis obat-obatan yang sering digunakan dalam pembudidayaan
ikan mas yaitu Boster dan Garam.
3.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembudidayaan ikan mas yaitu
cangkul, golok , caduk , sabit, mesin sedot air dan jaring.
4.
Benih
Untuk budidaya ikan mas, sebagian besar masyarakat Lugusari
memperoleh benih ikan dengan membeli di tempat pembibitan ikan yang ada
disekitar desa Lugusari.
d. Produksi dan Penerimaan
Produksi ikan
mas di desa Lugusari berkisar antara 700-800 kg pada sekali panen. Jika jumlah
produksi ini dikalikan dengan nilai jual ikan mas per kilogramnya yang mencapai
Rp 23.000 maka pendapatan yang diterima sebanyak 16 juta rupiah.
3.2.
Pengolahan/Agroindustri
Menurut soeharjo Agroindustri adalah pengolahan hasil
pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem
agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana
produksi dan peralatan , usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri),
pemasaran, sarana dan pembinaan.
Agroindustri yang terdapat di desa Lugusari memanfaatkan
hasil pertanian seperti gabah, kedelai, singkong dan cabai jawa sebagai bahan
baku. Kemudian mengolahnya menjadi sebuah produk baru. Kegiatan agroindustri
ini berpengaruh pada pertambahan pendapatan karena dengan dilakukannya
pengolahan bahan baku, berakibat pada naiknya nilai jual komoditas tersebut.
3.2.1.
Pasca Panen
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan
sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian
setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut
secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction) yang
dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu
pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).
Kegiatan agroindustri pasca panen yang banyak terdapat
di desa Lugusari adalah pengolahan pada padi yang telah di panen. Hal ini
terjadi karena bertani merupakan pekerjaan utama masyarakat di desa tersebut
dan padi merupakan komoditas utama yang ditanam pada lahan mereka.
1.
Padi
Padi (bahasa
latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari
semua serealia,
setelah jagung
dan gandum.
Namun, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Penggilingan padi
merupakan tahapan pasca panen yang banyak dilakukan di desa Lugusari. Tahap
penggilingan ini akan mengubah gabah yang telah kering menjadi beras. Tahap
penjemuran tidak dilakukan oleh pelaku agroindustri karena biasanya petani
telah menjemur gabah yang baru dipanen kemudian menjualnya.
Tahap
penggilingan ini membutuhkan peralatan seperti mesin, timbangan, ember, sekop,
rinjing dan lain-lain. Selain itu, tahap ini membutuhkan tenaga kerja kurang
lebih 20 orang. Tenaga kerja yang digunakan biasanya laki-laki. Pengolahan
bahan baku gabah kering menjadi beras menaikkan nilai jualnya sebanyak Rp 3000.
Tentu saja hal ini sangat berperan dalam meningkatkan pendapatan karena
biasanya gabah kering dijual dengan harga Rp 5000 – Rp 5500, sedangkan gabah
kering yang telah digiling dan menjadi beras bisa dijual dengan harga Rp 8500.
Pemasaran tahap pasca panen ini dilakukan dengan menjual hasilnya ke pasar.
3.2.2.
Pengolahan
Pengolahan hasil pertanian meliputi
semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang
karena sifatnya harus segera ditangani untuk meningkatkan mutu hasil pertanian
agar mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi.
Pengolahan hasil pertanian banyak
ditemukan di desa Lugusari. diantaranya agroindustri pengolahan kedelai,
singkong, dan cabai jawa. Namun agroindustri pengolahan yang paling banyak
terdapat di desa Lugusari adalah agroindustri pengolahan yang menggunakan bahan
baku singkong. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai
berikut.
1.
Tempe
Agroindustri pengolahan tempe yang terdapat di desa
Lugusari memanfaatkan kedelai sebagai bahan bakunya. Proses pembuatan tempe
yang dilakukan sama seperti pembuatan tempe pada umumnya. Pada tahap pembuatan
tempe ini dibutuhkan tenaga kerja sebanyak dua orang. Tenaga kerja ini berasal
dari dalam keluarga. Alat yang dibutuhkan dalam proses pembuatan tempe ini
antara lain panci, kompor, tungku, tampah, dan pisau.
Proses pembuatan tempe yang memakan waktu dua hari ini
meningkatkan nilai jual sebanyak Rp 42000. Tentu hal ini sangat berperan pada
peningkatan pendapatan pelaku agroindustri, karena 1 kg kedelai yang biasanya
dijual dengan harga Rp 8000, setelah diolah menjadi tempe bisa menghasilkan 50
biji tempe yang dijual dengan harga Rp 1000 per bijinya. Hal ini berarti dari 1
kg kedelai akan dihasilkan pendapatan sebesar Rp 50.000. Hasil olahan kedelai
ini biasa dipasarkan dengan cara dijual ke pasar atau dijual berkeliling di
desa.
2.
Jamu
Jamu adalah sebutan untuk obat
tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal.Jamu
dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang
(akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah.
Cabai Jawa yang banyak di produksi di
desa Lugusari menyebabkan timbulnya angroindustri pengolahan komoditas
tersebut. Cabai jawa merupakan salah satu bahan pembuatan jamu yang mudah
didapatkan di desa Lugusari. Bahan pembuatan jamu yang lain diantaranya jahe,
kunyit, kencur, temulawak dan lain-lain. Proses pembuatan jamu membuhtukan tenaga kerja sebanyak 1-2 orang
dan biasanya berasal dari dalam keluarga.
Alat-alat khusus yang digunakan dalam
proses pembuatan jamu ini antara lain perasan dan tumbukan. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah menjadi jamu kurang lebih 2 jam. Hasil
agroindustri pengolahan berupa jamu ini biasa dipasarkan dengan cara
berkeliling desa. Hasil penjualan jamu ini biasanya menjadi penghasilan utama
bagi pelaku agroindustri tersebut.
3.
Klanting Singkong
Klanting adalah
salah satu makanan tradisional yang bertekstur renyah memiliki cita rasa gurih.
Salah satu bahan dasar dari pembuatan klanting ini adalah singkong.
Harga singkong
yang tergolong rendah mendorong muculnya agroindustri pengolahan komoditas
tersebut. Salah satunya adalah kelanting singkong. Di desa Lugusari terdapat
industri pengolahan klanting singkong. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembuatan
klanting singkong ini berjumlah 6 orang yang berasal dari dalam keluarga dan
luar keluarga.
Alat-alat yang
diperlukan dalam pembuatan klanting singkong ini antara lain keranjang, tampah,
wajan, rigen, dan gilingan. Klanting singkong ini biasa dipasarkan dengan cara
dijual ke pasar atau dijual langsung ke konsumen dengan harga Rp 20.000 per kg,
berbeda jauh dengan singkong yang biasanya dijual dengan harga Rp 1500 per
kilogramnya.
4.
Oyek
Oyek adalah
makanan pokok pengganti nasi beras yang dibuat dari ketela pohon
atau singkong.
Oyek dibuat dari gaplek.
Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras namun
cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras.
Di desa
Lugusari ditemukan agroindustri pengolahan singkong menjadi oyek. Pembuatan
oyek ini menggunakan tenaga kerja yang berjumlah 2 orang dan berasal dari dalam
keluarga. Alat yang dibutuhkan antara lain panci, rinjing, dan tampah.
Pengolahan singkong menjadi oyek ini meningkatkan nilai jual bahan bakunya
yaitu singkong yang biasanya dijual seharga Rp 1500 per kg menjadi Rp 10.000
per kilogramnya. Oyek ini biasa dipasarkan dengan cara menjualnya ke pasar.
5.
Tapai Singkong
Tapai singkong adalah tapai yang dibuat dari singkong yang difermentasi.Pembuatan tapai melibatkan umbi
singkong sebagai substrat dan ragi tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang
dibalurkan pada umbi yang telah dikupas kulitnya. Pada dasarnya tapai adalah
makanan matang setelah melalui proses kukus atau rebus.
Bahan
baku singkong yang memiliki nilai jual cukup rendah mendorong munculnya
pemanfaatan bahan baku tersebut menjadi sesuatu yang bernilai jual lebih
tinggi. Salah satunya adalah dengan mengolahnya menjadi tapai singkong. Karena
itu munculah agroindustri pengolahan singkong menjadi tapai singkong di desa
Lugusari. Pembuatan tapai singkong ini membutuhkan teaga kerja sebanyak 2 orang
yang berasal dari dalam keluarga.
Alat
yang digunakan dalam proses pembuatan tapai ini diantara lain kompor, rinjing,
tampah, dan panci. Pengolahan singkong ini membutuhan waktu 2 hari. Tapai
singkong ini biasa dipasarkan dengan cara menjualnya ke pasar dengan harga Rp
9000 per kg. Hal ini berarti pengolahan tapai ini meningkatkan nilai jual bahan
bakunya sebanyak Rp 7500.
6.
Keripik Singkong
Keripik singkong adalah makanan yang terbuat dari singkong yang diiris tipis kemudian digoreng
dengan menggunakan minyak goreng. Biasanya rasanya adalah asin dengan aroma
bawang yang gurih.
Cita rasa
keripik singkong yang gurih banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini
memicu timbulnya agroindustri pengolahan singkong menjadi keripik singkong.
Begitu juga di desa Lugusari ditemukan agroindustri pengolahan makanan
ini. Pembuatan keripik singkong ini
biasanya memakan waktu selama 1 hari dan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 2
orang. Adapun alat yang digunakan dalam pengolahan singkong menjadi kerpik ini
adalah pasahan, kompor dan wajan. Keripik singkong ini dipasarkan dengan cara
dijual ke pasar dengan harga Rp 20.000 per kilogram.
3.3.
Pemasaran
Pemasaran adalah sistem keseluruhan
dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Sedangkan lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada
konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lain .
Proses pemasaran
yang terjadi di desa Lugusari masih sederhana sehingga memiliki alur distribusi
yang pendek. Selain itu belum banyak terdapat lembaga pemasaran di desa
tersebut. Beberapa hasil agroindustri pengolahan bahkan dipasarkan tanpa
melalui lembaga pemasaran dan langsung di jual ke konsumen. Proses pemasaran
masing-masing komoditi akan dijelaskan lebih rinci pada sub bab berikut ini.
3.3.1.
Pemasaran Padi
Proses pemasaran
padi di desa Lugusari dapat diamati dari alur distribusi di bawah ini.
Gambar 15. Alur
distribusi pemasaran padi
Dari alur distribusi pemasaran padi di atas,
dapat diketahui bahwa lembaga pemasaran yang digunakan adalah pengepul kecil,
pengepul besar, pengecer, dan konsumen. Petani akan menjual hasil panennya pada
pengepul kecil. Pengepul kecil ini biasanya pelaku agroindustri pasca panen,
dan mengolah padi menjadi beras. Lalu pengepul kecil menjual hasil olahannya
kepada pengepul besar. Pengepul besar akan menjual beras ini kepada pengecer
dan akhirnya dibeli oleh konsumen.
3.3.2.
Pemasaran Ikan Lele
Proses pemasaran
ikan lele di desa Lugusari dapat diamati dari alur distribusi di bawah ini.
Gambar 16. Alur
distribusi pemasaran ikan lele
Dari alur distribusi
di atas dapat diketahui bahwa lembaga pemasaran yang digunakan dalam pemasaran
ikan lele adalah pengepul, pengecer dan konsumen. Ikan lele melalui lembaga
pemasaran pengepul dan pengecer sebelum ikan lele sampai ke tangan konsumen.
3.3.3.
Pemasaran pisang
Proses pemasaran
pisang di desa Lugusari dapat diamati dari alur distribusi di bawah ini.
Gambar 17. Alur distribusi pemasaran pisang
Alur distribusi
pemasaran pisang di atas memperlihatkan bahwa pisang melalui alur distribusi
yang cukup panjang untuk sampai ke konsumen. Petani akan menjual hasil panennya
kepada pengepul, lalu pengepul akan menjualnya kepada pedagang besar. Pedagang
besar akan menjual Pisang tersebut kepada pedagang kecil hingga akhirnya pisang
sampai kepada konsumen.
3.3.4.
Pemasaran Jamur
Proses pemasaran
jamur di desa Lugusari dapat diamati dari alur distribusi di bawah ini.
Gambar 18. Alur
distribusi pemasaran Jamur
Proses pemasaran
jamur yang dilakukan di desa Lugusari masih sederhana sehingga memiliki alur
distribusi yang cukup pendek. Lembaga pemasaran yang digunakan hanya dua yaitu
pedagang dan konsumen. Hal ini berarti petani akan menjual hasil panennya
kepada pedagang dan konsumen akan membeli ke pedagang tersebut.
3.3.5.
Pemasaran tempe
Proses pemasaran
tempe di desa Lugusari dapat diamati dari alur distribusi di bawah ini.
Gambar
19. Alur distribusi pemasaran tempe
Dari
alur distribusi di atas dapat diketahui bahwa proses pemasaran tempe melalui 2
alur distribusi. Pertama pabrik agroindustri pengolahan akan menjual produknya
pada pedang di pasar. Lalu pedagang di pasar menjual tempe tersebut epada
pengecer hingga akhirnya sapai kepada konsumen. Kedua, Pabrik akan menjual
tempe kepada pedagang di pasar, lalu pedagang tersebut menjualnya kepada
konsumen.
3.3.6. Pemasaran
jamu
Proses pemasaran
jamu di desa Lugusari dapat diamati dari alur distribusi di bawah ini.
Gambar 20. Alur
distribusi pemasaran Jamu
Alur distribusi
pemasaran jamu di atas merupakan alur distribusi yang paling sederhana. Pabrik
agroindustri pengolahan jamu langsung menjual produknya kepada konsumen tanpa
melalui perantara. Di desa Lugusari proses pemasaran jamu ini dilalukan dengan
cara berjualan keliling desa.
3.3.7. Pemasaran
Klanting
Proses pemasaran
klanting di desa Lugusari dapat diamati dari alur distribusi di bawah ini.
Gambar 21. Alur distribusi pemasaran klanting
Alur distribusi di atas menggambarkan dua cara pemasaran
klanting yang biasa yang dilakukan di desa Lugusari. Alur distribusi tersebut
menggunakan dua lembaga pemasaran yaitu pedagang, pengecer, dan konsumen. Pada
proses pemasaran pertama, pemasaran klanting melalui pedagang dan pegecer
hingga akhirnya sampai ke tangan konsumen. Sedangkan pada proses pemmasaran
kedua, pemasaran klanting hanya melalui pedagang di pasar dan setelah itu
sampai ke tangan konsumen.
3.3.8. Pemasaran
Oyek
Proses pemasaran
oyek di desa Lugusari dapat diamati dari alur distribusi di bawah ini.
Gambar 22 alur distribusi pemasaran oyek
Pada alur distribusi di atas dapat diketahui bahwa
proses pemasaran oyek menggunakan tiga lembaga pemasaran yaitu pedagang, pengecer,
dan konsumen. Pabrik agroindustri pengolahan oyek menjual produknya kepada
pedagang, lalu pedagang menjual oyek tersebut kepada pengecer dan akhirnya
sampai kepada konsumen.
3.3.9. Pemasaran
Tapai singkong
Proses pemasaran
tapai singkong di desa Lugusari dapat diamati dari alur distribusi di bawah
ini.
Gambar 23. Alur
distribusi pemasaran tapai singkong
Proses pemasaran
tapai singkong yang terliha pada alur distribusi di atas menjelasan bahwa
pemasaran produk tersebut menggunakan tiga lembaga pemasaran yaitu pedagang,
pengecer, dan konsumen. Tapai singkong hasil produksi pabrik melalui pedagang
dan pengecer hingga akhirnya sampai kapada konsumen.
3.4.
Subsistem Jasa Layanan Penunjang
Sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu
(a) subsistem agribisnis hulu atau downstream agribusiness, (b)
subsistem agribisnis usahatani atau on-farm agribusiness, (c) subsistem
agribisnis hilir atau upstream agribusiness, dan (d) subsistem jasa
layanan pendukung agribisnis atau supporting institution.
Subsistem
jasa layanan pendukung atau kelembagaan penunjang agribisnis adalah semua jenis
kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan
ketiga subsistem agribisnis yang lain. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam
kegiatan ini adalah penyuluhan, konsultan, keuangan, dan penelitian.
Subsistem yang akan dibahas di sini adalah lembaga
ekonomi, sarana dan prasarana angkutan, sarana teknologi informasi dan
komunikasi, dan program pemerintah yang ada di desa Lugusari khususnya pada
manfaat dan pengaruh subsistem tersebut pada kegiatan pertanian yang dilakukan
masyarakat di desa tersebut.
3.4.1.
Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi adalah suatu lembaga yang memiliki
kegiatan di bidang ekonomi demi terpenuhinya kebutuhaan masyarakat. Definisi
dari lembaga ekonomi yang lainnya yaitu suatu lembaga yang mengatasi
berbagai masalah menganai cara produksi, pendistribusian atau pelayanan
suatu jasa yang di perlukan oleh masyarakat supaya kebutuhan masyarakat
tersebut dapat terpenuhi.
Lembaga ekonomi yang terdapat di desa Lugusari adalah
lumbung padi. Lumbung padi adalah sebuah lumbung yang digunakan untuk menyimpan
dan mengeringkan padi
yang telah dipanen.
Kepengurusan lumbung padi ini dilakukan oleh anggota masyarakat setempat. Jenis
layanan yang digunakan adalah simpan pinjam dalam bentuk padi. Petani yang
kekurangan modal bisa meminjam padi di lumbung, dan ketika panen mengembalikan
padi yang dipinjam. Lumbung padi ini sangat bermanfaat dalam membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Lumbung padi ini tidak berbadan
hukum dan memiliki anggota sekitar 30 sampai 40 orang.
3.4.2.
Sarana dan Prasarana Angkutan
Sarana dan prasarana adalah segala jenis peralatan,
perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama / pembantu
dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang
berhubungan dengan organisasi kerja.
Transportasi adalah suatu sistem
yang terdiri dari prasarana/sarana dan sistem pelayanan yang memungkinkan
adanya pergerakan keseluruh wilayah sehingga terakomodasi mobilitas penduduk,
dimungkinkan adanya pergerakan barang, dan dimungkinkannya akses ke semua
wilayah
Sarana dan prasarana angkutan atau
transportasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat di desa Lugusari adalah
sepeda dan sepeda motor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 24.Kepemilikan Sarana Transportasi di Desa
Lugusari
Gambar di atas menjelaskan bahwa masih terdapat rumah
tangga atau keluarga yang tidak memiliki sarana transportasi. Jumlah yang
ditunjukkan cukup besar, yaitu 27%. Artinya lebih dari seperempat warga tidak
memiliki sarana transportasi di desa tersebut. Untuk keluarga yang memiliki
sepeda dan sepeda motor jumlahnya lebih dari 50% dan keluarga yang memiliki
sepeda motor saja jumlahnya seperlima dari jumlah keluarga di desa tersebut. Sedangkan
menurut data yang di dapat serta pengamatan yang dilakukan di desa tersebut,
kepemilikan mobil dan truk masih sangat jarang di desa Lugusari.
Sarana dan prasarana angkutan atau transportasi berupa jalan
yang terdapat di desa Lugusari kondisinya cukup baik. Walaupun belum semua
jalan beraspal, namun masih dapat dilalui kendaraan dengan baik. Namun tentu
saja kondisi jalan yang belum beraspal akan memperlambat pemasaran komoditi
yang ada di desa tersebut. Hal ini karena kondisi jalan berbatu sehingga tidak
memungkinkan kendaraan melaju dengan cepat.
3.4.3.
Sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum
adalah semua yang teknologi berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan
(akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.
Sarana Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang akan di bahas di sini adalah televisi, HP, dan
computer. Presentase kepemilikan sarana TIK di desa Lugusari dapat dilihat pada
table berikut ini.
Tabel 3.Persentase kepemilikan sarana TIK di
desa Lugusari.
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui jumlah masyarakat yang memiliki sarana TIK televisi dan HP berjumlah
paling banyak yaitu 60%. Untuk jumlah masyarakat yang memiliki sarana TIK
televisi saja memiliki persentase lebih dari seperempat jumlah masyarakat di
desa tersebut. Sedangkan masyarakat yang memiliki sarana TIK televisi, HP, dan
komputer masih sedikit yaitu hanya 13,3%.
Berdasarkan pengamatan kami
selama di desa Lugusari sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut
telah dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat. Masyarakat dapat
mengetahui informasi terbaru dari sarana TIK yang dimiliki. Selain itu dengan adanya
sarana TIK berupa HP, komunikasi antar warga bisa berjalan dengan baik dan
informasi bisa didapatkan dengan cepat.
3.4.4.
Program Pemerintah
Program adalah unsur pertama yang harus
ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek,
disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai tujuan kegiatan
yang akan dicapai, kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan, aturan yang
harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui, perkiraan anggaran yang
dibutuhkan, dan strategi pelaksanaan. Pemerintah di Indonesia membuat beberapa
program pemberdayaan masyarakat yang digunakan dalam upaya mempercepat
penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Salah satunya adalah
PNPM Mandiri Pedesaan.
PNPM
Mandiri Perdesaan merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan
masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Program ini
menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal,
pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM)
kepada masyarakat secara langsung.
Program
PNPM ini terdapat di desa Lugusari. Berdasarkan keterangan warga setempat, kegiatan
yang telah dilakukan dengan bantuan program pemerintah ini adalah perbaikan
jalan dan pembangunan jembatan. Kegiatan tersebut pernah dilakukan pada tahun 2008,
dan tahun 2015. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Partisispasi masyarakat dalam kegiatan ini yaitu bergotong royong
dalam membangun jalan serta jembatan.
3.5.
Sumberdaya dan Kesejahteraan Petani
Sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang
memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang
menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Grima dan
Berkes mendefinisikan sumber daya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas
manusia. Rees lebih jauh mengatakan
bahwa sesuatu untuk dapat dikatakan sebagai sumber daya harus memiliki dua
kriteria yang pertama yaitu harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan
(skill) untuk memanfaatkannya yang kedua adalah harus ada permintaan (demand)
terhadap sumber daya tersebut.
Sedangkan,
sejahtera
menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam
keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.
Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan
keuntungan benda. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan
sosial menunjuk
ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3.5.1.
Sumberdaya Manusia Keluarga
Sumber Daya Manusia atau human recources
mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat
diberikan dalam proses produksi. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang
mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja
berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa
kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau
masyarakat.
Kemampuan sumberdaya manusia dalam melakukan kegiatan
ekonomi berkaitan dengan pendidikan serta usia sumberdaya manusia tersebut.
Dari data yang kami peroleh, sebanyak 25% masyarakat di desa lugusari telah
memasuki masa non produktif yaitu berusia labih dari 64 tahun. Sedangkan
persentase masyarakat yang berada pada masa produktif yatu berusia sekitar
15-64 tahun sebanyak 75%.
Tingkat pendidikan masyarakat di desa Lugusari dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 25. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Lugusari
Gambar 25 menjelaskan bahwa tingkat pendidikan yang
paling banyak di desa lugusari adalah SMA yaitu sebanyak 33%. Tingkat pendidikan paling tinggi berdasarkan
data yang kami peroleh adalah D3. Namun persentase jumlah masyarakat yang
berpendidikan D3 masih sedikit, yaitu hanya 13%. Selain itu, di desa lugusari
terdapat masyarakat yang tidak bersekolah, dan memiliki persentase sebanyak 7%.
Persentase jumah masyarakat yang berpendidikan akhir SD juga masih tinggi yaitu
27%. Hal ini berarti di desa Lugusari keberadaan sumberdaya keluarga yang
berpendidikan tinggi masih sangat minim.
3.5.2.
Sumberdaya Materi
Sumberdaya adalah segala
sesuatu baik yang berwujud atau tidak berwujud, yang dapat digunakan manusia
untuk memenuhi keperluan hidupnya. Sedangkan yang dimaksud sumberdaya materi
adalah uang dan barang termasuk kepemilikan lahan dan aset.
Sebagian besar
petani responden di desa Lugusari memiliki lahan yang luasnya kurang dari 1
hektar.Persentasi jumlah masyarakat yang memiliki lahan dengan luas kurang dari
satu hektar cukup besar yaitu mencapai 40%. Selain itu, walaupun masih terdapat
beberapa keluarga yang tidak memiliki lahan, tetapi hampir semua masyarakat di
desa tersebut memiliki lahan dengan luas yang bervariasi. Hal ini berarti
sebagian besar masyarakat di desa lugusari menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian baik pada budidaya tanaman maupun perikanan.
3.5.3.
Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan
riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga.
Apabila pendapatan lebih ditekankan
pengertiannya pada pendapatan rumah tangga, maka pendapatan merupakan jumlah
keseluruhan dari pendapatan formal, informal dan pendapatan subsistem.
Pendapatan formal adalah segala
penghasilan baik berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas
jasa. Pendapatan informal berupa penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan
tambahan diluar pekerjaan pokoknya
Pengeluaran
konsumsi atau private consumption expenditure meliputi semua pengeluaran
rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan
perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan
lama yang baru seperti mobil, pesawat televisi dan sebagainya selain bangunan
rumah termasuk variable ekonomi pengeluaran konsumsi.
Pendapatan
dan pengeluaran rumah tangga di desa Lugusari sangat bervariasi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 26. Grafik pendapatan dan
pengeluaran di desa Lugusari
Gambar 26
menjelaskan bahwa sebagaian besar masyarakat di desa Lugusari memperoleh
pendapatan kurang dari 1 juta per bulannya dan rumah tangga yang memiliki
pendapatan lebih dari 3 juta per bulan masih sangat sedikit. Hal ini
dikarenakan berbagai faktor, salah satunya kepemilikan lahan yang minim.
Sedangkan pada
pengeluaran rumah tangga, lebih dari setengah masyarakat memiliki pengeluaran
kurang dari 1 juta per bulannya. Persentasenya cukup besar yaitu 60%. Dari data
yang didapatkan, tidak ada rumah tangga yang memiliki pengeluaran lebih dari 3
juta. Selain itu, beberapa rumah tangga memiliki pengeluaran yang lebih besar
dari pendapatan yang diterima.
3.5.4.
Sumberdaya Waktu Keluarga
Sumberdaya waktu
adalah waktu untuk melakukan pekerjaan pribadi (tidur, makan, mandi, ibadah,
dll.), mencari nafkah, kegiatan sosial, dan istirahat (waktu luang).
Alokasi
penggunaan sumberdaya waktu pada masyarakat di desa Lugusari dapat di lihat
pada grafik berikut.
Gambar 27.
Persentase alokasi waktu Petani Responden di Desa Lugusari
Berdasarkan
gambar 27 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sumberdaya waktu yang ada
tidak dimanfaatkan dengan baik. Waktu senggang memiliki persentase jumlah yang
paling besar yaitu 35%. Ini berarti waktu senggang yang dimiliki lebih dari 8
jam sehari. Sedangkan waktu yang digunakan untuk bekerja sekitar 23% atau
kurang lebih 6 jam sehari. Hal ini terjadi karena budidaya pada sector
pertanian baik tanaman maupun perikanan tidak memakan banyak waktu pada proses
perawatan. Sedangkan, pada proses penanaman dan pemanenan, petani menggunakan
tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga sehingga tidak banyak menyita
waktu mereka.
3.5.5.
Ketahanan Pangan
Menurut UU no 18
tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup
baik jumlah maupun mutunya, amam, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta
tidak bertetangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakan untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif serta berkelanjutan.
Berdasarkan data yang diperoleh, ketersediaan pangan pada masyarakat yang
terdapat di desa Lugusari selalu dapat mencukupi kebutuhan pangan keluarga
tersebut. Hal ini dikarenakan bahan pangan yang dibutuhkan masih banyak
terdapat di lingkungan sekitar, sehingga masyarakat tidak perlu membeli bahan
pangan tersebut. Contohnya pada kebutuhan pangan sayuran dan buah. Rata-rata
masyarakat memiliki bahan pangan tersebut di kebun atau pekerangan mereka.
Sehingga, walaupun harus membeli beberapa jenis sayuran, tidak di butuhkan dana
yang banyak untuk mendapatkan bahan pangan tersebut.
Sektor petanian budidaya
perikanan yang banyak terdapat di desa Lugusari juga mempermudah dalam memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat yang berupa lauk pauk. Selain itu sebagian besar
masyarakat di desa tersebut juga memiliki lahan sawah sehingga ketersediaan
makanan pokok berupa nasi dapat disediakan dengan mudah.
3.6.
Sistem Sosial Petani
Menurut
Tallcot Persons definisi sistem sosial adalah suatu proses interaksi yang
terjadi antara para pelaku sosial. Interaksi yang terjadi antara para pelaku
sosial ini melibatkan struktur relasi yang mana jaringan relasi tersebut
disebut Tallcot Persons sebagai sistem. Sistem sosial petani adalah suatu
proses interaksi yang terjadi antara para petani. Sistem sosial petani yang ada
di desa Lugusari akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut.
3.6.1.
Proses Sosial
Proses sosial dapat didefinisikan sebagai cara-cara
berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling
bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan
terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara
hidup yang telah ada. Atau dengan kata lain, proses sosial diartikan sebagai
pengaruh timbal balik antara perbagai segi kehidupan bersama
Proses social ada yang bersifat positif (asosiatif) dan
juga negatif (disosiatif). Selama melakukan praktik di desa Lugusari kami
mengamati proses sosial yang terjadi yang terjadi di desa tersebut khususnya di
dusun Lugusari I, tempat kami tinggal selama melaksanakan praktik pengenalan
pertanian. Interaksi sosial antar masyarakat di desa tersebut akan dijelaskan
lebih lanjut pada sub bab berikut.
3.6.1.1.
Proses Sosial Bersifat Asosiatif
Interaksi
sosial secara asosiatif memiliki sifat positif, artinya mendukung seseorang
atau kelompok dalam mencapai tujuan tertentu. Proses asosiatif memiliki
bentuk-bentuk antara lain kerja sama (cooperation), akomodasi (accomodation),
asimilasi (assimilation), dan akultursi (aculturation).
A. Kerjasama
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antarindividu
ataupun kelompok untuk mencapai kepentingan dan tujuan yang serupa, serta
menyadarinya bermanfaat untuk dirinya atau orang lain. Kerja sama berorientasi
antara individu terhadap kelompok (in group) dan individu terhadap kelompok
lainnya (out group). Menurut Charles H. Cooley, kerja sama dapat berlangsung
jika seseorang menyadari dirinya memiliki kepentingan yang sama dengan orang
lain.
Kerja sama yang sering terjadi di desa Lugusari terjadi
saat pemanenan hasil perikanan. Proses pemanenan akan dilakukan oleh pemilik
lahan dengan meminta bantuan pada tetangga atau saudara pemilik lahan tersebut.
Setelah proses pemanenan berakhir maka sebagian hasil panen akan dibagikan
kepada orang yang membantu proses pemanenan tersebut.
B. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri
individu atau kelompok manusia dengan semula saling bertentangan untuk upaya
mengatasi ketegangan. Akomodasi berarti adanya keseimbangan interaksi sosial
dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Akomodasi seringkali
merupakan cara untuk menyelesaikan pertentangan, entah dengan cara menghargai
kepribadian yang berkonflik ataupun paksaan (tekanan).
Berdasarkan hasil pengamatan kami selama berada di
desa tersebut proses akomodasi ini tidak terjadi di desa Lugusari karena tidak
terdapat pertentangan antar warga, baik karena perbedaan etnis atau agama.
Masyarakat di desa tersebut menghargai perbedaan-perbedaan yang ada sehingga
tercipta kehidupan masyarakat yang harmonis.
C. Asimilasi
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan
perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan
berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat,
prosedur asimilasi akan timbul bila ada kelompok-kelompok yang mempunyai
perbedaan kebudayaan. Kemudian, individu-individu dalam kelompok tersebut
berinteraksi secara langsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama,
sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan menyesuaikan diri.
Desa Lugusari terdiri dari masyarakat yang berasal
dari berbagai macam etnis. Terutama jawa dan lampung. Walaupun suku jawa lebih
dominan, namun etnis yang ada menghargai budaya masing-masing etnis. Selain itu
terjadi penyesuaian budaya masing-masing etnis sehingga kehidupan sosial di
desa tersebut bisa berjalan dengan baik.
3.6.1.2.
Proses Sosial Bersifat Disosiatif
Interaksi
sosial disosiatif disebut juga oposisi yang artinya bertentangan dengan
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi sosial
disosiatif dibedakan menjadi beberapa bentuk, antara lain persaingan (competition),
kontravensi, dan pertentangan atau konflik (conflict).
A. Persaingan
(competition)
Persaingan
merupakan proses sosial ketika terdapat kedua pihak atau lebih saling berlomba
melakukan sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingn terjadi jikalau
beberapa pihak menginginkan sesuatu dengan jumlah yang terbatas ataupun menjadi
pusat perhatian umum.
Persaingan
yang terjadi di desa Lugusari merupakan persaingan yang sehat. Masing-masing petani
berusaha meningkatkan hasil panennya dengan usaha masing-masing tanpa
mengganggu petani lain. Bahkan, para petani juga membantu satu sama lain dalam
proses bertani.
B. Kontravensi
Kontravensi
adalah sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak adanya perselisihan
(konflik) terbuka. Kontravensi merupakan proses sosial dengan tanda
ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan dengan tidak diungkapkan secara
terbuka. Penyebab kontravensi adalah perbedaan pendirian antara kalangan
tertentu dan pendirian kalangan lainnya dalam masyarakat ataupun dapat juga
pendirian menyeluruh masyarakat.
Berdasarkan
pengamatan kami selama melaksanakan praktek pengenalan pertanian di desa
Lugusari I, kontravensi ini tidak terjadi pada masyarakat setempat. Walaupun
terdapat perbedaan suku dan agama tetapi tidak terjadi pertentangan dalam
masyarakat tersebut.
C. Konflik
(conflict)
Pertentangan
atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan. Konflik biasa terjadi
dengan disertai ancaman atau kekerasan. Konflik terjadi karena adanya perbedaan
pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan baik kepentingan individu
maupun kelompok, dan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang cepat dengan
menimbulkan disorganisasi sosial.
Berdasarkan
pengamatan kami dan keterangan dari warga setempat, pertentangan atau konflik
ini tidak terjadi di desa Lugusari. Perbedaan pendapat, perasaan individu,
kebudayaan, atau kepentingan baik kepentingan individu maupun kelompok yang
terjadi tidak sampai menimbulkan konflik, terutama yang menyebabkan ancaman dan
kekerasan.
3.6.2.
Kelembagaan Sosial
Lembaga sosial adalah jaringan
proses hubungan antarmanusia dan antar-kelompok yang berfungsi memelihara
hubungan itu serta pola-polanya sesuai dengan minat dan kepentingan individu serta
kelompoknya
Saat kegiatan praktik pengenalan
pertanian, di desa Lugusari banyak dijumpai lembaga sosial baik yang berupa
lembaga kekerabatan, lembaga pendidikan, maupun lembaga keagamaan.Lembaga
kekerabatan yang ada di desa Lugusari yaitu arisan yang bertujuan untuk
mempererat tali silaturahmi. Lembaga kekerabatan ini beranggotakan ibu-ibu dan
biasanya berkumpul sebulan sekali.
Untuk Lembaga pendidikan, di desa
Lugusari khususnya di dusun Ngadirejo terdapat SMP, sedangkan di dusun Lugusari
I terdapat SD dan PAUD. Lembaga pendidikan ini bertujuan untuk mendidik warga
sekitar khususnya siswa pada masing-masing sekolah. Anggota lembaga sosial ini
tentu saja guru dan siswa sekolah tersebut.
Sedangkan lembaga agama yang
terdapat di desa tersebut adalah pengajian dan persekutuan katolik. Untuk
pengajian anggota lembaga ini adalah ibu-ibu dan bapak-bapak yang beragama
islam. Sedangkan pada persekutuan katolik anggota lembaga tersebut adalah
masyarakat yang beragama katholik.
3.6.3.
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya pembedaan atau
pengelompokan suatu kelompok sosial secara bertingkat. Pembedaan atau
pengelompokan ini didasarkan pada adanya
simbol -simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai baik secara
social,ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi
lainnya dalam suatu kelompok sosial (komunitas). Simbol -simbol
tersebut misalnya, kekayaan, pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan
pekerjaan. (Ralf Dahrendorf ,1986).
Stratifikasi
yang terdapat di desa Lugusari berdasarkan kekayaan, kesolehan, pendidikan, dan
juga jabatan. Semakin kaya dan soleh serta semakin tinggi pendidikan juga
jabatan seseorang biasanya semakin tinggi tingkat stratifikasi orang tersebut.
Orang-orang yang menempati stratifikasi karena kesolehan biasanya pemuka-pemuka
agama yang ada di desa tersebut. Selain itu orang yang menempati stratifikasi
karena jabatan adalah orang-orang yang memiliki jabatan di desa tersebut
contohnya ketua RT dan kepala desa.
3.6.4.
Perubahan Sosial
Menurut Prof.
Dr. M. Tahir Kasnawi Perubahan sosial merupakan suatu proses perubahan,
modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup
masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat,
hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan
masyarakat, baik dalam aspek kehidupan material maupun non materi.
Perubahan sosial
yang terjadi di desa Lugusari terdapat pada perubahan bahasa yang digunakan
oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pemakaian bahasa ketika
berkomunikasi antar warga, masyarakat setempat menyesuaikan dengan lawan bicara
mereka. Ketika lawan bicara mereka biasa mengguanakan bahasa jawa, maka
komunikasi akan dilakukan dengan bahasa jawa. Begitu pula jika lawan bicara
biasa menggunakan bahasa lampung. Hal ini juga terlihat ketika kami
mewawancarai warga setempat. Masyarakat setempat cenderung menyesuaikan diri
dengan menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara.
3.7.
Refleksi Dunia Pertanian
Petani
Nasi
putih terhidang di meja
Kita
makan tiap hari
Beraneka
macam hasil bumi
Dari
manakah datangnya?
Dari
sawah dan ladang di sana
Petanilah
penanamnya
Panas
terik tak dirasa
Hujan
rintik tak mengapa
Masyarakat
butuh bahan pangan
Terima
kasih Bapak tani
Terima
kasih Ibu Tani
Tugas
anda sungguh mulia
Lagu
petani tersebut sedikit banyak mengingatkan kami akan kehidupan petani di desa
Lugusari. Lagu tersebut juga mengingatkan kami akan kehidupan kami selama
berada di desa tersebut, tentang masyarakatnya, hamparan sawahnya, perkebunan
luasnya juga ikan-ikan yang berenang di kolam-kolam yang banyak terdapat di
sana.
Desa Lugusari adalah sebuah wilayah yang berada
di provinsi Lampung yang tepatnya berada di kecamatan Pagelaran kabupaten Pringsewu.
Masyarakatnya menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian khususnya di sektor
perikanan. Kegiatan pertanian meliputi bercocok tanam padi, jagung, usahatani
kakao, karet, budidaya perikanan, peternakan dan masih banyak lagi usahatani
lainnya. Namun sangat disayangkan karena masyarakat setempat kurang mendapatkan
hasil yang maksimal dari setiap panen yang didapatkan yang diakibatkan minimnya
pengetahuan
Menelaah persoalan-persoalan yang terindikasi
menjadi penyebab kurang optimalnya hasil sektor pertanian di desa Lugusari,
bisa disimpulkan bahwa penyebabnya meliputi : (1) Tata kelola sektor pertanian
yang belom baik ; (2) Pengelolaan Sumberdaya waktu yang belum maksimal ;(3) Penguatan
SDM yang belum maksimal, Sumberdaya manusia dibidang pertanian memiliki nilai
yang sangat penting dalam keberhasilan sektor pertanian secara luas. Pihak yang
perlu diperkuat SDMnya meliputi (1) Dinas terkait yang merencanakan program,
dan (2) Pelaku usaha pertanian. Pihak yang membuat konsep serta merencanakan
program seharusnya orang yang memiliki kualifikasi keilmuan yang mendukung. Hal
ini sangat penting dipertimbangkan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan.
Selanjutnya adalah penguatan SDM bagi pelaku usaha tani, petani merupakan pihak
yang menjalankan program pada tingkatan teknis. Penguatan SDM petani dapat
berupa pengayaan informasi pertananian terkini, serta penggunaan teknologi
tepat guna, sosialisasi pertanian ramah lingkungan yang mempermudah pengolahan
dalam pengolahan usaha tani.
Berpindah
dari konteks di atas,warga desa Lugusari hidup dengan rukun dengan sama-sama
saling bergotong royong, kegiatan amal di sanapun masih berlaku yang diikuti dengan
baik oleh warga misalnya amal beberapa kilo beras setiap panenya atau sumbangan
uang perhari ataupun perminggunya. Warga Lugusari juga sangat religius, ketika
kami disana suasana religius ini sangat terasa dari banyaknya warga yang solat
berjama’ah di masjid terutama pada waktu shalat maghrib.
IV. KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktik Pengenalan Pertanian yang kami lakukan di desa Lugusari adalah sebagai berikut:
1.
Komoditas utama dari usahatani di Desa Lugusai adalah padi, cabai jawa, lada, kopi, pisang, kakao, cabi,
jagung, singkong, dan perikanan.
2.
Pengolahan
atau agroindustri yang ada di Desa Lugusari masih tergolong sederhana.
3.
Sistem pemasaran dari komoditi di desa Lugusari
masih sederhana, sehingga memiliki alur distribusi yang pendek.
4.
Subsistem Jasa Layanan Penunjang yang ada sudah dimanfaatkan dengan
baik, sehingga membantu meningkatkan
kesejahteraan mayarakat di Desa Lugusari.
5.
Sumber Daya yang ada di Desa Lugusari sudah cukup baik, namun masih
perlu ditingkatkan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik lagi.
6.
Di Desa Lugusari proses sosial
lebih cenderung kepada proses sosial
yang bersifat positif.
4.2. Saran
Adapun saran
yang kami berikan untuk desa adalah:
1.
Sebaiknya pemerintah lebih
memperhatikan warga desa terutama untuk kebutuhan akan internet guna mencari
informasi.
2.
Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan sarana transportasi di
desa Lugusari, karena kurangnya angkutan umum yang ada di desa Lugusari
menyebabkan masyarakat sedikit terhambat .
3.
Sebaiknya petani di desa Lugusari dalam memanfaatkan sumberdaya waktu yang ada dengan
sebaik-baiknya, sehingga persentasi waktu senggang bias diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Moenir. 1992, Manajemen
Pelayanan Umum. Bumi Aksara. Jakarta.
Tamin, O.Z.1997.
Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Teknik Sipil Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Fauzi, A. 2004.
Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Soediyono.
1984. Pengantar Analisa Pendapatan Nasional. Liberty.Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono.2012.Sosiologi Suatu Pengantar.Rajawali
Pers. Jakarta.
Soekanto, Soerjono.1990.Sosiologi Suatu Pengantar.Rajawali
Pers.Jakarta.
Dahrendorf, Ralf. 1986. Konflik dan Konflik Dalam Masyarakat
Industri : Sebuah Analisa-Kritik.Rajawali Pers, Jakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki
haloo kaa makasi banget sangatttt sangaattt bermanfaattt sekalii,dari akuu adik tingkatmu yang homestay di lokasi yang sama hihi bless u <3
ReplyDeleteTerimakasih sudah berkunjung, semangaaat 🥰🥰
Deletekak pembelajaran selama homestay apa kak??
ReplyDeleteHmm, mungkin belajar nyebar kuisioner untuk pertama kali, wawancara petani juga pertama kali, yang paling penting sih belajar bermasyarakat, gimana kita harus tau diri dan belajar menghargai orang lain. Soalnya menghadapi induk semang sama temen sekelompok yang tidur serumah bukan urusan mudah :") ya induk semang gw sih baik. Induk semang temen-temen gw gatau lupa wkakakkaka
DeleteKak gaada sumbernya ya daftar pustaka?
ReplyDeleteSudah ditambahkan yaa, tapi di cek lagi aja, soalnya sungguh mager mau cek ulang :" Tolong dimaapkan wkwk
Delete