Oleh :
Adi Setiawan, Bela Risma A., Cindy Hosiani D.P.S., Catur Hadi S., Eka Wahyu R., Ferentia Aurora, Helga Kupilang P., Irwan Setiono, Ishmah Nurhidayati, Laely Savitry, M. Hary Panuju, Utri Sukmawati, Yuli Dwi S.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2016)
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya, inti dari setiap
upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan ditujukan untuk
tercapainya perubahan-perubahan perilaku masyarakat demi terwujudnya perbaikan
mutu hidup yang menyangkut banyak aspek, baik aspek ekonomi, sosial-budaya,
ideologi, politik maupun pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu, pesan-pesan
pembangunan yang disuluhkan harus mampu mendorong terjadinya perubahan-perubahan
yang memiliki sifat pembaharuan atau inovativeness.
Meningkatnya produksi pertanian
adalah sebagai akibat pemakaian teknik-teknik atau metode-metode dalam usaha
tani. Tidak mungkin mengharapkan hasil yang banyak dengan hanya menggunakan
tanaman dan hewan atau metode yang itu-itu saja. Harus ada perubahan yang
dilakukan, baik terhadap input pertanian maupun metode-metode yang digunakan
ketika pertanian ingin dikembangkan dalam arti produksinya hendak di
tingkatkan. Agar pembangunan pertanian dapat berjalan terus untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang setiap saat bertambah maka haruslah selalu terjadi
perubahan. Ketika perubahan itu berhenti maka berhenti pulalah pembangunan
pertanian. Produksi terhenti kenaikannya atau dapat menurun karena merosotnya
kesuburan tanah atau kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang
semakin merajalela.
Hal itu bukan pula berarti bahwa
tiap metode kerja, tiap macam input produksi yang lebih tinggi. Memperbaiki
satu atau beberapa bagian kecil saja dari aspek usaha tani yang ada dapat
menyebabkan produksi meningkat.Ada faktor pembatas yang menyebabkan pemakaian
suatu cara baru mendatangkan hasil yang berbeda ketika cara baru tersebut
diterapkan ditempat lain tanpa adanya penyesuaian-penyesuaian.Suatu teknik baru
yang sering disebut sebagai inovasi harus dapat memberi kenaikan hasil atau
mengurangi biaya dengan sangat mencolok agar dapat diterima oleh masyarakat
atau petani kebanyakan.
1.2.
Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian inovasi.
2. Mengetahui sumber inovasi.
3. Mengetaui beberapa rakitan tejnologi
pertanian
4. Mengetahui adopsi dan difusi inovasi
dalam pengembangan pertanian.
II.
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Inovasi
Inovasi dapat diartikan sebagai
ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau objek-objek baru yang dapat dirasakan
sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat. Adapula yang
mengartikan lebih jauh bahwa inovasi tidak sekedar sebagai sesuatu yang baru,
tetapi lebih dari pada itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat
mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu.
Dalam hal ini, pengertian ‘’baru’’ mengandung makna bukan sekedar baru
diketahui oleh pikiran (cognitive),
akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh
warga masyarakat dalam arti sikap (attitude),
serta baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapakan oleh
seluruh warga masyarakat setempat.
Pengertian inovasi tidak hanya
terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi juga mencakup
ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, atau gerakan-gerakan menuju
kepada proses perubahan dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Dengan
demikian, pengertian inovasi semakin luas menjadi satu ide, perilaku, produk,
informasi, serta praktik-praktik yang belum banyak diketahui, diterima, dan
digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam
suatu lokalitas tertentu yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya
perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat.
Berikut definisi inovasi menurut
para ahli:
a. Everett M. Rogers: inovasi adalah
suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai
suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
b. Stephen Robbins : inovasi adalah
suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu
produk atau proses dan jasa.
c. Van de Ven, Andrew H : Inovasi
adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dimana
dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi dengan orang lain
dalam suatu tatanan organisasi.
Beberapa hal yang dapat mendorong
terjadinya suatu inovasi, yaitu:
1. Perbedaan antara permintaan dengan penawaran
2. Penciptaan permintaan karena adanya
kecenderungan
3. Adanya perubahan
4. Masalah yang belum terpecahkan dalam
jangka waktu yang lama
5. Inovasi yang ditujukan untuk
mengganti inovasi produk sendiri.
2.2.
Sumber Inovasi
Sesungguhnya inovasi dapat dihasilkan juga oleh pengalaman. Dalam dunia
modern, inovasi merupakan “anak” dari ilmu pengetahuan. Inovasi teknik
merupakan ‘’anak’’ dari ilmu pengetahuan alam atau teknik dan inovasi sosial
merupakan ‘’anak’’ dari ilmu pengetahuan sosial atau kemasyarakatn.
Teknologi biasanya dibagi dalam beberapa bagian yaitu teknologi kimia atau biologi yang mencakup pupuk,
pestisida, bibit
unggul dan sebagainya serta teknologi
mekanik yang meliputi
traktor, mesin-mesin, dan
sebagainya. Ada pula pembagian lain dari teknologi, seperti :
1. teknologi padat karya, yang lebih banyak dipergunakan tenaga kerja manusia relatif
terhadap modal
2. teknologi padat modal, yang lebih banyak dipergunakan modal relatif terhadap
tenaga kerja manusia
Teknologi yang diterapkan dalam suatu pekerjaan atau pada
suatu wilayah akan sangat ditentukan hasilnya oleh situasi dan kondisi yang
ada. Ditinjau dari kecocokan antara
teknologi yang akan diterapkan tersebut, kemudian dikenal istilah “teknologi
tepat guna”. Ada beberapa
sumber dimana dan dari mana inovasi baru dapat diperoleh :
a. Teknik kerja petani lain.
b. Mendatangkan dari daerah lain.
c. Percobaan-percobaan terarah (purposefull
experimentation).
Cara-cara suatu negara untuk mendapatkan teknologi dari
negara lain dapat berupa :
1.
Meminta, biasanya dalam bentuk bantuan teknik
2.
Meminjam, biasanya berupa
perjanjian persahabatan
3.
Membeli biasanya berupa
pembelian lisensi secara komersial
4.
Mencuri biasanya berupa kegiatan
mata-mata (spionase)
2.3.
Beberapa Rakitan Teknologi Pertanian
Dalam rangka memperkecil ketidak cocokan antara teknologi yang dihasilkan
dengan kebutuhan pengguna, identifikasi kebutuhan teknologi bagi petani perlu
dilakukan sebelum proses perakitan teknologi dilakukan, serta memperhatikan
faktor-faktor teknis, ekonomi, sosial dan budaya dari pengguna teknologi. Untuk
menjadikan pertanian sebagai sektor andalan dan penggerak utama pembangunan
ekonomi nasional, diperlukan kesiapan teknologi guna memacu peningkatan
produktivitas, kualitas produk, efisiensi serta teknologi pengolahan produk
primer menjadi produk olahan sekunder. Sesuai dengan pergeseran paradigma dan
tuntutan masyarakat, pengembangan dan usaha agribisnis harus menjadi sasaran
dalam setiap kegiatan pembangunan pertanian. Oleh karena itu penelitian dan kajian
perlu diarahkan untuk menciptakan dan membangun suatu inovasi agribisnis yang
sesuai dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, ekonomis,
sosial budaya, dan lingkungan.
Dewasa ini telah banyak inovasi pertanian hasil
penelitian dan pengkajian Badan Litbang Pertanian yang dapat dikembangkan guna
mendukung pengambangan agribisnis. Contoh hasil rakitan teknologi pertanian
yaitu:
a.
Bawang Merah
Batu Ijo
Salah satu
varietas bawang merah yang menjadi
varietas unggul spesifik lokasi dataran tinggi dan dataran rendah yaitu bawang
merah varietas Batu Ijo. Varietas Batu
Ijo lebih dikenal petani Batu dengan nama Bali Ijo , namun setelah ditelusuri
asal usulnya bukan dari Bali. Varietas ini berasal dari Jawa Timur, khususnya
Kota Malang.
Bawang merah
varietas Batu Ijo mempunyai beberapa keunggulan antara lain ukuran umbi besar
10-22,5 g/ umbi (berat umbi bawang merah pada umumnya 6-10 gram) dengan
produksi umbi kering berkisar 16,5
hingga 20 ton umbi kering per hektar.
Produktivitas varietas Batu Ijo nampak masih seimbang dengan varietas unggul Super Philip
maupun Bauji di musim kemarau maupun musim hujan. Hal ini menunjukkan bahwa varietas Batu Ijo
di dataran rendah mampu tumbuh dengan baik di musim kemarau maupun musim
penghujan, seimbang produksinya dengan
varietas unggul lainnya. Selama ini varietas ini berkembang di dataran tinggi seperti Batu, namun dapat juga
ditemukan di beberapa daerah dataran rendah .
Selain ukuran umbi yang besar maka jumlah anakan dari varietas Batu Ijo
sedikit yaitu 2-5 anak per rumpun dan penampilan tanaman yang kekar dan tinggi serta daun
lebih lebar dibandingkan varietas bawang merah lainnya sehingga hampir
menyerupai bawang daun ataupun bawang Bombay. Umur panen sekitar 55-60 hari di
dataran rendah dan 65-70 hari di dataran tinggi . Jumlah lapis umbi berkisar
6-10 sedangkan tebal lapis umbi 2,2 mm
– 4,7 mm. Kandungan kimia bawang merah Batu Ijo pada
setiap 100 gram bahan yaitu kadar
air 87,41 %, kadar asam 0,12 %, kadar gula 6,43 %, kadar vitamin C 9,98 mg, kadar karbohidrat 3,14 %, kadar
protein 3,33 %, dan kadar minyak atsiri 0,21 %.
b.
Mangga
Podang Urang
Kediri
merupakan salah satu sentra produksi mangga di Propinsi Jawa Timur. Varietas
mangga yang banyak terdapat di Kabupaten Kediri adalah mangga podang. Sentra
produksi mangga podang terdapat di Kecamatan Semen, Banyakan, Grogol, Tarokan
dan Mojo. Terdapat tiga varietas mangga Podang asal Kediri, yaitu Mangga Podang
Urang (warna kulit buah merah jingga, rasa buah manis-segar), Mangga Podang Lumut
( Warna kulit buah kuning kehijauan, rasa buah manis-agak asam), Mangga Podang
Nanas (warna kulit buah kuning, rasa buah manis-agaka asam). Dari ketiga
varietas tersebut yang paling menarik penampilannya dan enak rasa buahnya
adalah Mangga Podang Urang.
Saat ini tanaman mangga Podang telah berkembang di Kabupaten
Kediri dengan jumlah produksi 559.050 kwintal, berada diperbukitan sebagai
tanaman konservasi pada lahan kering dan sebagai tanaman pekarangan yang
diantaranya terdapat mangga.Walaupun rata-rata tanaman telah berumur ratusan
tahun, namun mampu berproduksi sekitar 60-200 kg/pohon.
Kekhasan Mangga Podang urang
terutama pada penampilan warna kulit buah merah jingga, daging buah jingga,
bentuk buah cantik, ukuran buah tidak terlalu besar (sekitar 200-250 g/buah),
rasa buah manis, aroma buah tajam, serat halus, dan cukup banyak mengandung air
sehingga sesuai untuk buah segar maupun olahan.Mangga Podang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi dan berpeluang untuk diekspor ke berbagai negara. Mangga
Podang cukup prospektif untuk memenuhi permintaan konsumen dari Korea, Jepang,
dan Singapura yang menyukai mangga
berpenampilan menarik dengan rasa buah campuran manis dan sedikit masam.
c.
Bunga Sedap
Malam Bangil Roro Anteng
Bunga sedap malam (Polianthes tuberosa) yang paling
banyak dibudidaya adalah jenis Roro Anteng (berbunga semi ganda). Bunga Sedap
Malam Roro Anteng sendiri merupakan varietas unggul nasional dari Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
Pasuruan. Ada juga bunga sedap malam berbunga ganda dari Cianjur yang dilepas
oleh Balai Penelitian Tanaman Hias bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
Cianjur sebagai varietas unggul nasional dengan nama Dian Arum
Bunga Sedap Malam sangat bagus dibudidaya di dataran rendah
dengan ketinggian antara 600m – 1.500 m dari permukaan laut. Bila sedap malam
berbunga tunggal dan semi ganda ditanam di dataran sedang, maka hasil bunga
akan memiliki tangkain yang agak panjang tidak kokoh dan kurang kekar serta
malai bunga agak panjang dan bagian ujung malai terkulai dengan jumlah kuntum
bunga lebih sedikit. Sehingga Kualitasnya menjadi jelek dan tidak layak untuk
dijual.
d.
Kedelai
Hitam Mutiara
Baru-baru ini Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sukses
melahirkan dua varietas baru bibit kedelai hitam unggul. Lewat teknik mutasi
radiasi, para ahli di laboratorium BATAN merilis varietas kedelai bernama
Mutiara 2 dan Mutiara 3.Mutiara 2 memiliki potensi hasil 3,0 ton/ha dengan
rata-rata hasil 2,4 ton/ha dan Mutiara 3 dengan potensi hasil 3,2 ton/ha dan
rata-rata hasil 2,4 ton/ha.
e.
Jagung MR-14
Balai
Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Maros, Sulawesi Selatan, menemukan galur atau calon
varietas benih jagung hibrida yang tahan kekeringan. Penemuan ini memberikan
harapan baru bagi kebangkitan produksi jagung nasional di tengah terus
meningkatnya permintaan jagung dunia. Galur baru ini hasil persilangan benih
jagung varietas Mr 14 dengan (hasil) persilangan benih SP-006, 007, 008, 009,
Swn-5 dan Bisma.
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Muneng
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi),
Probolinggo, Jawa Timur, saat bencana kekeringan melanda bulan
September-Desember 2006. Galur baru tersebut tengah kembali menjalani uji lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan, produktivitas galur baru jagung hibrida ini
mencapai 11,81 ton per hektar jagung kupasan basah dalam kondisi tanam normal.
Apabila ditanam di lahan kering atau kurang air, potensi produktivitasnya 7,29
ton per hektar jagung kupasan basah. Penemuan galur baru ini sebagai langkah
awal dalam perakitan varietas unggul jagung hibrida nasional yang toleran
kekeringan.
2.4.
Adopsi dan Difusi Inovasi dalam Pengembangan Pertanian
Adopsi adalah proses perubahan
perilaku, baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective),
maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima
inovasi. Pengertian adopsi ini seringkali rancu dengan istilah adaptasi yang
berarti penyesuaian. Dalam proses adopsi, dapat berlangsung proses penyesuaian,
tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara
alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan, sedangkan proses
adopsi benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang baru, yaitu
menerima sesuatu yang baru, yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain.
Tahapan-tahapan yang harus dilalui
sebelum masyarakat mau menerima atau menerapkan inovasi yang diterimanya dengan
keyakinannya sendiri yaitu:
- Awareness atau kesadaran, yaitu penerima mulai sadar mengenai adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
- Interest atau tumbuhnya minat atau keinginannya untuk bertanya, mengetahui lebih jauh tentang inovasi yang ditawarkan.
- Evaluation atau penilaian terhadap baik atau buruk mengenai manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
- Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebalum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.
- Adoption atau menerima atau menerapkan dengankeyakinn berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah diamatinya sendiri
Pengertian Difusi Inovasi adalah pembesaran adopsi inovasi
dari satu individu yang telah mengadopsi ke individu lain dalam sistem sosial
masyarakat sasaran yang sama. Sifat-sifat inovasi terbagi
menjadi dua yaitu :
a. Sifat intrinsik, adalah sifat yang melekat pada
inovasi yang bersangkutan. Meliputi
:
1. Informasi ilmiah yang melekat
padanya.
2. Tingkat kerumitan atau kompleksitas
inovasi.
3. Tingkat kemudahan mengkomunikasikan.
4. Tingkat kemudahan dalam pengamatan
inovasi.
b. Sifat ekstrinsik, adalah sifat menurut keadaan
lingkungannya. Meliputi :
1. Kesesuaian (compatibility)
inovasi dengan lingkungan setempat , baik lingkungan fisik , sosial budaya ,
politik dan kemampuan ekonomi masyarakat.
2.
Tingkat
keunggulan relatif dari inovasi
yang ditawarkan atau keunggulan lain yang dimiliki oleh inovasi tersebut
dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada sebelumnya, baik keunggulan
teknis, keunggulan ekonomis, manfaat ekonomi.
Rogers
(1971) mengemukakan bahwa ada 5 kelompok sasaran berdasarkan kecepatan
masyarakat mengadopsi inovasi. Kelima kelompok tersebut antara lain:
1.
Kelompok perintis (innovator).
2.
Kelompok pelopor (early adopter)
3.
Kelompok penerapan dini (early majority)
4.
Kelompok penerapan lambat (late majority)
5.
Kelompok kolot (laggard)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi antara lain:
1. Luas usaha tani yang dimiliki atau
dikuasai, semakin luas usaha tani maka semakin cepat proses tersebut dilewati
karena pada umumnya petani usaha tani luas memiliki kemampuan ekonomi yang
lebih baik.
2. Tingkat pendapatan, semakin tinggi
tingkat pendapatan maka semakin cepat kemampuannya mengadopsi inovasi.
3. Keberanian mengambil risiko,
individu yang memiliki keberanian menghadapi resiko biasanya lebih inovatif
karena pada tahap awal penerapan inovasi tidak selalu diikuti dengan
keberhasilan.
4. Umur, semakin tua seseorang biasanya
semakin lamban mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan
kegiatan-kegiatan
5. Tingkat partisipasinya dalam
kelompok atau organisasi di luar lingkungannya
sendiri.
6. Aktivitas mencari informasi dan
ide-ide baru.
7. Sumber informasi yang dimanfaatkan.
III.KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Inovasi dapat diartikan sebagai
ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau objek-objek baru yang dapat dirasakan
sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat.
2. Dalam dunia modern,
inovasi merupakan “anak” dari ilmu pengetahuan.
3. Hasil
rakitan teknologi pertanian diantaranya adalah Bawang Merah Batu Ijo, Mangga
Podang Urang, Bunga Sedap Malam Bangil Roro Anteng, Kedelai Hitam Mutiara,
Jagung MR-14.
4. Difusi Inovasi adalah pembesaran adopsi inovasi
dari satu individu yang telah mengadopsi ke individu lain dalam sistem sosial
masyarakat sasaran yang sama.
DAFTAR
PUSTAKA
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian.Andi.
Yogyakarta.
Jack, Rachmoez. 2015. Pengertian Inovasi Menurut Para Ahli http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-inovasi-menurut-para-ahli.html diakses
pada 9 Mei 2016 pukul 12:54 WIB
Setiadi, Samsiah. 2016. Peranan Inovasi Dalam Pengembangan Pertanian http://pengantarekonomipertanian.blogspot.co.id/2016/04/peranan-inovasi-dalam-pengembangan.html
diakses pada 16 Mei 2016 pukul 00:48 WIB.
0 comments:
Post a Comment