Tugas dan artikel

Wednesday, May 18, 2016

KEADAAN KECAMATAN TELUK BETUNG UTARA SEBAGAI WILAYAH KERJA PENYULUHAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Tugas : Responsi Dasar-Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh   : M. Hary Panuju, Ishmah Nurhidayati, Adi Setiawan, Dewi Hermania, Novalia
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2016)



I.PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang


Penyuluhan sering diartikan sebagai suatu sistem pendidikan non formal yang ditujukan kepada masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu melaksanakan anjuran atau teknologi baru sehingga mereka dapat meningkatkan produksi, dan produktivitas pendapatannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraannya. Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh berperan sebagai komunikator atau sumber penyuluhan. Seorang penyuluh biasanya mempunyai tanggungjawab satu wilayah kerja penyuluhan (WKPP) yang mencakup wilayah administratif satu desa atau lebih. WKPP merupakan bagian wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian (WKBPP) setempat. Satu WKBPP biasanya mencakup wilayah administratif satu kecamatan.

Seseorang yang akan bertugas sebagai penyuluh di wilayah kerja yang baru akan menghadapi masalah ketidaktahuan kondisi wilayah beserta semua aspek yang ada. Agar dalam pelaksanaan tugas nantinya dapat berhasil mesti disiapkan perencanaan atau program kerja yang harus memperhatikan kondisi wilayah kerja beserta kebutuhan dan minat masyarakatnya. Karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah memahami keadaan atau kondisi wilayah kerjanya.Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencari atau mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, baik sumber primer maupun sekunder. Pemahaman terhadap wilayah kerja penyuluh mencakup banyak aspek, seperti aspek fisik, geografis, demografik, sosiografis, psikografis, dan behavoristik. Hal ini diperlukan agar penyuluh dapat menyusun program, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan tanpa hambatan yang berarti.


1.2.  Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui aspek fisik yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
2.    Mengetahui aspek geografis yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
3.    Mengetahui aspek demografik yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
4.    Mengetahui aspek sosiografis yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
5.    Mengetahui aspekpsikografis yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
6.    Mengetahui aspek behavioristik yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.





II. TINJAUAN PUSTAKA



1.1.  Pengenalan Wilayah Kerja Penyuluhan


Seorang penyuluh yang akan bertugas di suatu wilayah hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut:
a.    Sebelum berangkat ke wilayah tugas yang baru, sebaiknya kita mencari atau mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.
b.    Setelah sampai di lokasi, bila kita ditugaskan dari suatu lembaga atau instansi, kita sebaiknya melapor pada instansi atau lembaga yang membawahi.
c.    Sebelum kita memulai tugas utama kita, kita harus mengenali wilayah kerja kita dari semua aspek.
d.   Sebaiknya kita memperkenalkan diri dan melakukan pendekatan kepada para tokoh setempat.
e.    Sebelum melaksanakan tugas kita harus menggali informasi tentang kebutuhan dan minat masyarakat sasaran untuk menyusun program kegiatan penyuluhan yang akan kita berikan (Sumaryo, 2015).


1.2.  Aspek-Aspek Pengenalan Wilayah Kerja Penyuluhan


Beberapa aspek yang harus dipahami oleh seorang penuluh di wilayah kerjanya mencakup aspek fisik, geografis, demografik, sosiografis, psikografis, dan behavioristik. Hal ini diperlukan agar penyuluh dapat menyusun program, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan tanpa hambatan yang berarti (Sumaryo, 2015).



1.2.1. Aspek Fisik


Pertanian sebagai bidang usaha dalam banyak hal sangat tergantung kepada kondisi fisik yang tidak selalu dapat dikuasai atau diatur oleh petani sebagai juru tani maupun pengelolanya. Karena itu, setiap upaya perubahan yang akan dilakukan, harus selalu memperhatikan keadaan lingkungan fisik dimana perubahan yang direncanakan itu akan diterapkan (Sumaryo, 2015).

Berkaitan dengan lingkungan fisik ini, efektivitas atau keberhasilan penyuluh pertanian akan sangat ditentukan oleh:
a.    Sifat-sifat alami yang dimiliki oleh sumberdaya alami seperti: sifat fisika dan kimia tanah, kemiringan lahan, curah hujan, tersedianya sarana pertanian, dll.
b.    Teknologi yang tersedia, hal ini berpengaruh langsung secara teknis terhadap kemampuan atau daya dukungnya bagi usaha tani yang akan diterapkan.
c.    Ketidakpastian keadaan fisik maupun ketidakpastian dari keberhasilan setiap teknologi yang akan diterapkan.
d.   Starus penguasaan lahan, juga seringkali menjadi kendala dalam pelaksanaan perubahan-perubahan usaha tani. Hal ini disebabka karena petani tidak selalu berstatus sebagai pemilik lahan, yang seringkali memiliki keinginan yang berbeda.
e.    Luas lahan yang diusahakan relative sempit. Hal ini seringkali menjadi kendala untuk dapat diusahakan secara lebih efisien. Petani berlahan sempit, seringkali tidak dapat menerapkan usahatani yang sangat intensif, karena bagaimanapun ia harus melakukan kegiatan-kegiatan lain diluar usaha tani untuk mendapatkan tambaha pendapatan yang diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan keluarganya (Sumaryo, 2015).




1.2.2. Aspek Geografis


Dalam garis besar, geografi dapat dibagi menjadi dua bagian, geografi fisik dan geografi manusia. Fisik geografi studi tentang aspek-aspek fisik, sementara manusia-sosial-geografi studi tentang aspek-aspek sosial. Kedua aspek memiliki pengaruh pada lingkungan hidup manusia. Aspek fisik meliputi: bantuan bumi, mineral dan struktur batuan, air, cuaca dan iklim, flora fauna juga. Sementara itu, aspek sosial melibatkan aspek sosial, ekonomi politik, dan budaya. Aspek geografis mencakup pemahaman tentang kondisi wilayah seperti letak wilayah secara fisik dan administratif. (Samsi, 2013).


1.2.3. Aspek Demografik


Demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dari berbagai sumber dinyatakan bahwa John Graunt (1662) merupakan tokoh utama dibalik lahirnya demografi. Demografi mencakup beberapa aspek diantaranya
a.    Populasi Penduduk: Pada dasarnya demografi merupakan studi tentang populasi penduduk. Mempelajari populasi penduduk berarti akan berurusan dengan aspek kuantitas atau jumlah penduduk. Setiap negara memiliki kebijakan tersendiri mengenai perhitungan jumlah penduduk.
b.    Pengelompokan Penduduk; Pengelompokan penduduk merupakan upaya pemilahan/komposisi penduduk berdasarkan variabel-variabel tertentu misalkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, agama, kasta dan lainnya.
c.    Distribusi Penduduk: Distribusi penduduk pada dasarnya berkaitan dengan aspek geografi atau wilayah tempat bermukimnya suatu penduduk. Perhitungan distribusi penduduk mencakup kepadatan penduduk dan persentase penduduk per wilayah. Faktor yang memengaruhi distribusi populasi penduduk antara lain keadaan geografis, ekonomi, sosial dan politik.
d.   Tenaga Kerja: Tenaga kerja merupakan salah satu bagai dari kependudukan karena pada dasarnya manusia memiliki profesi tertentu dalam menjalankan kehidupannya.
e.    Kelembagaan Penduduk: Kelembagaan penduduk berkaitan dengan keluarga dan pernikahan. Studi tentang kelembagaan penduduk meliputi status pernikahan, rata-rata usia pernikahan per area dan faktor perceraian.
f.     Kebijakan Penduduk. Kebijakan kependudukan sangat erat dengan peran pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Pertumbuhan penduduk yang cepat di negara berkembang seperti Indonesia akan memicu lahirnya kebijakan-kebijakan seperti pembatasan kelahiran, batasan umur perkawinan dan pemerataan penduduk per wilayah. Kebijakan kependudukan akan berbeda tiap negara karena masalah penduduk yang dialami negara-negara relatif berbeda sehingga memerlukan penanganan yang berbeda (Setiawan, 2015).


1.2.4. Aspek Sosiografis


Petani sebagai pelaksana usaha tani adalah manusia yang setiap pengambilan keputusan untuk usaha tani tidak selalu dapat dengan bebas dilakukannya sendiri, tetapi sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di sekelilingnya. Dengan demikian, jika ia ingin melakukan perubahan perubahan untuk usaha taninya, ia juga harus memperhatikan pertimbangan yang diberian oleh lingkungan sosialnya (Sumaryo, 2015).

Lingkungan sosial yang mempegaruhi perubahan-perubahan itu ialah:
a.    Kebudayaan. Sebagai pola perilaku, sudah sewajarnya jika kebudayaan akan merupakan sesuatu kekuatan yang akan mempengaruhi efektivitas penyuluhan yang direncanakan untuk mengubah perilaku petani.  Dengan kata lain, jika peyuluhan yang dilakukan mengajarkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bertentangan dengan kebudayaan setempat, ia akan medapatkan hambatan atau akan menghadapi penolakan-penolakan yang bisa menimbulkan pergesekan dan konflik sosial.
b.    Opini publik. Sebagai makhluk sosial, petani selalu memperhatikan setiap informasi yang berkembang disekitarnya, sehingga ia akan selalu menyeleraskan perilakunya dengan opini yang sedang berkembang di sekitarnya, meskipun opini public itu sendiri hanya berkembang sangat terbatas di sebagian kecil warga masyarakat dimana ia tinggal.
c.    Pengambilan keputusan dalam keluarga. Status seseorang dalam keluarganya sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan ekonomi yang dapat diberikan dalam keluarganya. Dengan demikian, pengambilan keputusan dalam keluarga petani, juga tidak selau berada sepenuhnya di tangan ayah atau suami yang menjadi kepala keluarga itu.
d.   Kekuatan lembaga sosial. Pengambilan keputusan usaha tani yang dilakukan oleh seorang petani dalam banyak hal juga tidak hanya ditentukan oleh siapa yang paling “berkuasa” di dalam keluarganya, tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku atau keputusan yang diambil oleh lembaga sosial yang ada di masyarakat petani seperti: tetangga, kekerabatan, kelompok acuan, kelomok minat, dan kelompok keagamaan.
e.    Kekuatan-kekuatan ekonomi. Kegiatan penyuluhan tidak dapat dilepaskan atau melepaskan diri dari kekuatan-kekuatan ekonomi yang berkembang di masyarakatnya, yang meliputi tersedianya dana atau kredit usaha tani, sarana produksi dan peralatan usaha tani, perkembangan teknologi pengolahan hasil pertanian, serta pemasaran hasil.
f.     Kekuatan politik. Pembangunan pertanian merupakan produk keputusan politik. Karena itu, proses perubahan yang ingin diciptakan melalui kegiatan penyuluhan juga akan sangat ditentukan oleh sistem politik yang ada. Sebab melalui kekuasaan, akan diperoleh kemampuan mengatur, mengarahkan masyarakat, serta diperoleh kemampuan untu menumbuhkan, menggerakkan, dan memelihara partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dilaksanakan lewat kegiatan penyuluhan.
g.    Kekuatan-kekuatan pendidikan. Penyuluhan merupakan suatu sistem dalam pendidikan. Karena itu, sebagai proses pendidikan, penyuluahan pertanian akan sangat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yang bersumber pada proses dan hasil pendidikan (Sumaryo, 2015).


1.2.5. Aspek Psikografis


Istilah psikografis memiliki ide yang menggambarkan faktor-faktor psikologis (psycho) yang membentuk konsumen (Mowen, 2002:283). Namun dalam prakteknya, psikografis dipergunakan untuk mengukur gaya hidup dengan menganalisis aktivitas, minat dan opini
Studi psikografis biasanya mencakup pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menilai gaya hidup target, karakteristik kepribadian dan karakteristik demografi. Jadi, psikografis (psychographics) adalah investigasi kuantitatif atas gaya hidup, karakteristik kepribadian dan karakteristik demografi (Anonim, 2012).

Konsep gaya hidup cukup berbeda dengan kepribadian. Gaya hidup (lifestyle) menunjukkan bagaimana orang hidup, Oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir, berbeda dengan kepribadian yang menggambarkan konsumen dari perspektif yang lebih internal, yaitu : karakteristik pola berpikir, perasaan, dan cara pandang (Anonim, 2012).



1.2.6. Aspek Behavioristik


Behaviorisme adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organism termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan). Aspek behavioristik mencakup segala sifat perilaku yang nyata yang dapat diamati berkenaan dengan gejala dari dalam maupun dari luar siste sosial masyarakat (Wikipedia, 2014).








III. PEMBAHASAN



3.1.  Hasil Turun Lapang


Narasumber                                  : Suherman.P
Tempat, Tanggal Langsung          : Bandar lampung, 17 Agustus 1958
Tempat Wawancara                       : Kantor Kecamatan Teluk Betung Utara,   Jl. Dr. Wasito No 46 Tip: (0721)482311 Bandar Lampung





3.1.3. Aspek Demografik Kecamatan Teluk Betung Utara


Masyarakat di kecamatan Teluk Betung utara rata-rata berusia 7-54 tahun. Berikut data usia masyrakat di kecamatan Teluk Betung Utara.


Selain itu, masyarakat di kecamatan ini mayoritas beragama islam. Berikut beberapa agama yang dipeluk oleh masyarakat setempat.



3.1.4. Aspek Sosiografis Kecamatan Teluk Betung Utara


Mayoritas masyarakat di Kecamatan Teluk Betung utara berpendidikan SMP. Berikut data tingkat pendidikan masyarakat di kecamatan tersebut.



3.1.5. Aspek Psikografis Kecamatan Teluk Betung Utara


Gaya hidup masyarakat kecamatan Teluk Betung Utara mayoritas masih menerapkan gaya hidup sederhana, namun ada juga yang bergaya hidup modern atau mewah karena keadaan finansial yang lebih baik.

3.1.6. Aspek Behavioristik Kecamatan Teluk Betung Utara


Karena masyarakat lebih banyak menerapkan gaya hidup yang sederhana, masyarakat kecamatan Teluk Betung Utara tidak terlalu mementingkan merek atau gengsi dalam pembelian barang atau jasa. Masyarakat lebih mementingkan nilai guna dan keuntugan yang diperoleh jika mengonsumsi barang atau jasa tersebut.




IV.KESIMPULAN



Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Secara topografi wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat terdiri atas wilayah perbukitan, dataran rendah, dan pantai.
2.      Kecamatan Teluk Betung Barat adalah merupakan sebagian wilayah Kota Bandar Lampung, dengan luas wilayah 2.099 ha, dengan jumlah penduduk 56.509 jiwa.
3.      Masyarakat di kecamatan Teluk Betung utara mayoritas beragama Islam.
4.      Mayoritas masyarakat di Kecamatan Teluk Betung utara berpendidikan SMP.
5.      Gaya hidup masyarakat kecamatan Teluk Betung Utara mayoritas masih menerapkan gaya hidup sederhana
6.      Masyarakat kecamatan Teluk Betung Utara lebih mementingkan nilai guna dan keuntugan yang diperoleh jika mengonsumsi barang atau jasa.








DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2012. Segmentasi Psikografis dan Hubunganya dengan Sikap dan Perilaku Terhadap Atribut Produk. http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/6787-segmentasi-psikografis-dan-hubunganya-dengan-sikap-dan-perilaku-terhadap-atribut-produk.html. diakses pada diakses pada 11 Mei 2016 pukul 22:05 WIB,

Samsi, Nurhayati. 2013. Memahami Konsep, Pendekatan, Prinsip, Dan Aspek Geografi. http://nurhayatisamsi07.blogspot.co.id/ diakses pada 11 Mei 2016 pukul 20:44 WIB.

Setiawan, Agnas. 2015. Aspek Sosial Demografi.http://geograph88.blogspot.co.id /2015/02/aspek-sosial-demografi.html diakses pada 11 Mei 2016 pukul 20:43 WIB

Sumaryo.2015.Dasar-Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Aura Publising. Bandar Lampung

Wikipedia. 2014. Behaviorisme. https://id.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme. diakses pada 11 Mei 2016 pukul 22:06 WIB.















0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Total Pageviews

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Buku Tugas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com