Tugas : Responsi Dasar-Dasar
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh : M. Hary Panuju, Ishmah Nurhidayati, Adi Setiawan, Dewi Hermania, Novalia
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2016)
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyuluhan sering diartikan sebagai
suatu sistem pendidikan non formal yang ditujukan kepada masyarakat agar mereka
tahu, mau, dan mampu melaksanakan anjuran atau teknologi baru sehingga mereka
dapat meningkatkan produksi, dan produktivitas pendapatannya yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraannya. Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh
berperan sebagai komunikator atau sumber penyuluhan. Seorang penyuluh biasanya
mempunyai tanggungjawab satu wilayah kerja penyuluhan (WKPP) yang mencakup
wilayah administratif satu desa atau lebih. WKPP merupakan bagian wilayah kerja
Balai Penyuluhan Pertanian (WKBPP) setempat. Satu WKBPP biasanya mencakup
wilayah administratif satu kecamatan.
Seseorang yang akan bertugas sebagai
penyuluh di wilayah kerja yang baru akan menghadapi masalah ketidaktahuan kondisi
wilayah beserta semua aspek yang ada. Agar dalam pelaksanaan tugas nantinya
dapat berhasil mesti disiapkan perencanaan atau program kerja yang harus
memperhatikan kondisi wilayah kerja beserta kebutuhan dan minat masyarakatnya. Karena
itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah memahami keadaan atau kondisi
wilayah kerjanya.Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencari atau mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber, baik sumber primer maupun sekunder. Pemahaman
terhadap wilayah kerja penyuluh mencakup banyak aspek, seperti aspek fisik,
geografis, demografik, sosiografis, psikografis, dan behavoristik. Hal ini
diperlukan agar penyuluh dapat menyusun program, merencanakan, dan melaksanakan
kegiatan tanpa hambatan yang berarti.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Mengetahui
aspek fisik yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
2.
Mengetahui
aspek geografis yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
3.
Mengetahui
aspek demografik yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
4.
Mengetahui
aspek sosiografis yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
5.
Mengetahui
aspekpsikografis yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
6.
Mengetahui
aspek behavioristik yang terdapat di wilayah kerja penyuluhan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pengenalan Wilayah Kerja Penyuluhan
Seorang penyuluh yang akan bertugas
di suatu wilayah hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut:
a.
Sebelum
berangkat ke wilayah tugas yang baru, sebaiknya kita mencari atau mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber.
b.
Setelah
sampai di lokasi, bila kita ditugaskan dari suatu lembaga atau instansi, kita
sebaiknya melapor pada instansi atau lembaga yang membawahi.
c.
Sebelum
kita memulai tugas utama kita, kita harus mengenali wilayah kerja kita dari
semua aspek.
d.
Sebaiknya
kita memperkenalkan diri dan melakukan pendekatan kepada para tokoh setempat.
e.
Sebelum
melaksanakan tugas kita harus menggali informasi tentang kebutuhan dan minat
masyarakat sasaran untuk menyusun program kegiatan penyuluhan yang akan kita
berikan (Sumaryo, 2015).
1.2. Aspek-Aspek Pengenalan Wilayah Kerja Penyuluhan
Beberapa aspek yang harus dipahami
oleh seorang penuluh di wilayah kerjanya mencakup aspek fisik, geografis,
demografik, sosiografis, psikografis, dan behavioristik. Hal ini diperlukan
agar penyuluh dapat menyusun program, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan
tanpa hambatan yang berarti (Sumaryo, 2015).
1.2.1. Aspek Fisik
Pertanian sebagai bidang usaha dalam banyak hal sangat tergantung
kepada kondisi fisik yang tidak selalu dapat dikuasai atau diatur oleh petani
sebagai juru tani maupun pengelolanya. Karena itu, setiap upaya perubahan yang
akan dilakukan, harus selalu memperhatikan keadaan lingkungan fisik dimana
perubahan yang direncanakan itu akan diterapkan (Sumaryo, 2015).
Berkaitan dengan lingkungan fisik ini, efektivitas atau
keberhasilan penyuluh pertanian akan sangat ditentukan oleh:
a.
Sifat-sifat
alami yang dimiliki oleh sumberdaya alami seperti: sifat fisika dan kimia
tanah, kemiringan lahan, curah hujan, tersedianya sarana pertanian, dll.
b.
Teknologi
yang tersedia, hal ini berpengaruh langsung secara teknis terhadap kemampuan
atau daya dukungnya bagi usaha tani yang akan diterapkan.
c.
Ketidakpastian
keadaan fisik maupun ketidakpastian dari keberhasilan setiap teknologi yang
akan diterapkan.
d.
Starus
penguasaan lahan, juga seringkali menjadi kendala dalam pelaksanaan
perubahan-perubahan usaha tani. Hal ini disebabka karena petani tidak selalu
berstatus sebagai pemilik lahan, yang seringkali memiliki keinginan yang
berbeda.
e.
Luas
lahan yang diusahakan relative sempit. Hal ini seringkali menjadi kendala untuk
dapat diusahakan secara lebih efisien. Petani berlahan sempit, seringkali tidak
dapat menerapkan usahatani yang sangat intensif, karena bagaimanapun ia harus
melakukan kegiatan-kegiatan lain diluar usaha tani untuk mendapatkan tambaha
pendapatan yang diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan keluarganya (Sumaryo,
2015).
1.2.2. Aspek Geografis
Dalam garis besar, geografi dapat dibagi menjadi dua
bagian, geografi fisik dan geografi manusia. Fisik geografi studi
tentang aspek-aspek fisik, sementara manusia-sosial-geografi studi tentang
aspek-aspek sosial. Kedua aspek memiliki pengaruh pada lingkungan hidup
manusia. Aspek fisik meliputi: bantuan bumi, mineral dan struktur batuan, air,
cuaca dan iklim, flora fauna juga. Sementara itu, aspek sosial melibatkan aspek
sosial, ekonomi politik, dan budaya. Aspek geografis mencakup pemahaman tentang kondisi wilayah
seperti letak wilayah secara fisik dan administratif. (Samsi, 2013).
1.2.3. Aspek Demografik
Demografi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang aspek-aspek manusia baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Dari berbagai sumber dinyatakan bahwa John Graunt (1662) merupakan
tokoh utama dibalik lahirnya demografi. Demografi mencakup beberapa aspek
diantaranya
a.
Populasi
Penduduk: Pada dasarnya demografi merupakan studi tentang populasi penduduk.
Mempelajari populasi penduduk berarti akan berurusan dengan aspek kuantitas
atau jumlah penduduk. Setiap negara memiliki kebijakan tersendiri mengenai
perhitungan jumlah penduduk.
b.
Pengelompokan
Penduduk; Pengelompokan penduduk merupakan upaya pemilahan/komposisi penduduk
berdasarkan variabel-variabel tertentu misalkan usia, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, kasta dan lainnya.
c.
Distribusi
Penduduk: Distribusi penduduk pada dasarnya berkaitan dengan aspek geografi
atau wilayah tempat bermukimnya suatu penduduk. Perhitungan distribusi penduduk
mencakup kepadatan penduduk dan persentase penduduk per wilayah. Faktor yang
memengaruhi distribusi populasi penduduk antara lain keadaan geografis,
ekonomi, sosial dan politik.
d.
Tenaga
Kerja: Tenaga kerja merupakan salah satu bagai dari kependudukan karena pada
dasarnya manusia memiliki profesi tertentu dalam menjalankan kehidupannya.
e.
Kelembagaan
Penduduk: Kelembagaan penduduk berkaitan dengan keluarga dan pernikahan. Studi
tentang kelembagaan penduduk meliputi status pernikahan, rata-rata usia
pernikahan per area dan faktor perceraian.
f.
Kebijakan
Penduduk. Kebijakan kependudukan sangat erat dengan peran pemerintah sebagai
pemangku kebijakan. Pertumbuhan penduduk yang cepat di negara berkembang
seperti Indonesia akan memicu lahirnya kebijakan-kebijakan seperti pembatasan
kelahiran, batasan umur perkawinan dan pemerataan penduduk per wilayah.
Kebijakan kependudukan akan berbeda tiap negara karena masalah penduduk yang
dialami negara-negara relatif berbeda sehingga memerlukan penanganan yang
berbeda (Setiawan, 2015).
1.2.4. Aspek Sosiografis
Petani sebagai pelaksana usaha tani adalah manusia yang setiap
pengambilan keputusan untuk usaha tani tidak selalu dapat dengan bebas
dilakukannya sendiri, tetapi sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di
sekelilingnya. Dengan demikian, jika ia ingin melakukan perubahan perubahan
untuk usaha taninya, ia juga harus memperhatikan pertimbangan yang diberian
oleh lingkungan sosialnya (Sumaryo, 2015).
Lingkungan sosial yang mempegaruhi perubahan-perubahan itu ialah:
a.
Kebudayaan.
Sebagai pola perilaku, sudah sewajarnya jika kebudayaan akan merupakan sesuatu
kekuatan yang akan mempengaruhi efektivitas penyuluhan yang direncanakan untuk
mengubah perilaku petani. Dengan kata
lain, jika peyuluhan yang dilakukan mengajarkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang bertentangan dengan kebudayaan setempat, ia akan medapatkan
hambatan atau akan menghadapi penolakan-penolakan yang bisa menimbulkan
pergesekan dan konflik sosial.
b.
Opini
publik. Sebagai makhluk sosial, petani selalu memperhatikan setiap informasi
yang berkembang disekitarnya, sehingga ia akan selalu menyeleraskan perilakunya
dengan opini yang sedang berkembang di sekitarnya, meskipun opini public itu
sendiri hanya berkembang sangat terbatas di sebagian kecil warga masyarakat
dimana ia tinggal.
c.
Pengambilan
keputusan dalam keluarga. Status seseorang dalam keluarganya sangat ditentukan
oleh besarnya sumbangan ekonomi yang dapat diberikan dalam keluarganya. Dengan
demikian, pengambilan keputusan dalam keluarga petani, juga tidak selau berada
sepenuhnya di tangan ayah atau suami yang menjadi kepala keluarga itu.
d.
Kekuatan
lembaga sosial. Pengambilan keputusan usaha tani yang dilakukan oleh seorang
petani dalam banyak hal juga tidak hanya ditentukan oleh siapa yang paling
“berkuasa” di dalam keluarganya, tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku atau
keputusan yang diambil oleh lembaga sosial yang ada di masyarakat petani
seperti: tetangga, kekerabatan, kelompok acuan, kelomok minat, dan kelompok
keagamaan.
e.
Kekuatan-kekuatan
ekonomi. Kegiatan penyuluhan tidak dapat dilepaskan atau melepaskan diri dari
kekuatan-kekuatan ekonomi yang berkembang di masyarakatnya, yang meliputi tersedianya
dana atau kredit usaha tani, sarana produksi dan peralatan usaha tani, perkembangan
teknologi pengolahan hasil pertanian, serta pemasaran hasil.
f.
Kekuatan
politik. Pembangunan pertanian merupakan produk keputusan politik. Karena itu,
proses perubahan yang ingin diciptakan melalui kegiatan penyuluhan juga akan
sangat ditentukan oleh sistem politik yang ada. Sebab melalui kekuasaan, akan
diperoleh kemampuan mengatur, mengarahkan masyarakat, serta diperoleh kemampuan
untu menumbuhkan, menggerakkan, dan memelihara partisipasi masyarakat dalam
pembangunan yang dilaksanakan lewat kegiatan penyuluhan.
g.
Kekuatan-kekuatan
pendidikan. Penyuluhan merupakan suatu sistem dalam pendidikan. Karena itu,
sebagai proses pendidikan, penyuluahan pertanian akan sangat dipengaruhi oleh
kekuatan-kekuatan yang bersumber pada proses dan hasil pendidikan (Sumaryo,
2015).
1.2.5. Aspek Psikografis
Istilah psikografis memiliki ide
yang menggambarkan faktor-faktor psikologis (psycho) yang membentuk
konsumen (Mowen, 2002:283). Namun dalam prakteknya, psikografis dipergunakan
untuk mengukur gaya hidup dengan menganalisis aktivitas, minat dan opini
Studi psikografis biasanya mencakup
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menilai gaya hidup target,
karakteristik kepribadian dan karakteristik demografi. Jadi, psikografis (psychographics)
adalah investigasi kuantitatif atas gaya hidup, karakteristik kepribadian dan
karakteristik demografi (Anonim, 2012).
Konsep gaya hidup cukup berbeda
dengan kepribadian. Gaya hidup (lifestyle) menunjukkan bagaimana orang
hidup, Oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak
lahir, berbeda dengan kepribadian yang menggambarkan konsumen dari perspektif
yang lebih internal, yaitu : karakteristik pola berpikir, perasaan, dan cara
pandang (Anonim, 2012).
1.2.6. Aspek Behavioristik
Behaviorisme
adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar
pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organism termasuk tindakan, pikiran,
atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat
bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat
peristiwa fisiologis internal atau
konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori
harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses
yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi
(seperti pikiran dan perasaan). Aspek behavioristik mencakup segala sifat
perilaku yang nyata yang dapat diamati berkenaan dengan gejala dari dalam
maupun dari luar siste sosial masyarakat (Wikipedia, 2014).
III. PEMBAHASAN
3.1. Hasil Turun Lapang
Narasumber : Suherman.P
Tempat, Tanggal Langsung : Bandar lampung, 17
Agustus 1958
Tempat Wawancara :
Kantor
Kecamatan Teluk Betung Utara, Jl. Dr.
Wasito No 46 Tip: (0721)482311 Bandar Lampung
3.1.3. Aspek Demografik Kecamatan Teluk Betung Utara
Masyarakat di kecamatan Teluk Betung
utara rata-rata berusia 7-54 tahun. Berikut data usia masyrakat di kecamatan
Teluk Betung Utara.
Selain itu, masyarakat di kecamatan
ini mayoritas beragama islam. Berikut beberapa agama yang dipeluk oleh masyarakat
setempat.
3.1.4. Aspek Sosiografis Kecamatan Teluk Betung Utara
Mayoritas masyarakat di Kecamatan
Teluk Betung utara berpendidikan SMP. Berikut data tingkat pendidikan
masyarakat di kecamatan tersebut.
3.1.5. Aspek Psikografis Kecamatan Teluk Betung Utara
Gaya hidup masyarakat kecamatan Teluk
Betung Utara mayoritas masih menerapkan gaya hidup sederhana, namun ada juga
yang bergaya hidup modern atau mewah karena keadaan finansial yang lebih baik.
3.1.6. Aspek Behavioristik Kecamatan Teluk Betung Utara
Karena masyarakat lebih banyak
menerapkan gaya hidup yang sederhana, masyarakat kecamatan Teluk Betung Utara
tidak terlalu mementingkan merek atau gengsi dalam pembelian barang atau jasa.
Masyarakat lebih mementingkan nilai guna dan keuntugan yang diperoleh jika
mengonsumsi barang atau jasa tersebut.
IV.KESIMPULAN
Berdasarkan
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Secara topografi wilayah Kecamatan Teluk Betung
Barat terdiri atas wilayah perbukitan, dataran rendah, dan pantai.
2.
Kecamatan Teluk Betung Barat adalah merupakan
sebagian wilayah Kota Bandar Lampung, dengan luas wilayah 2.099 ha, dengan
jumlah penduduk 56.509 jiwa.
3.
Masyarakat
di kecamatan Teluk Betung utara mayoritas beragama Islam.
4.
Mayoritas
masyarakat di Kecamatan Teluk Betung utara berpendidikan SMP.
5.
Gaya hidup masyarakat kecamatan Teluk Betung Utara mayoritas
masih menerapkan gaya hidup sederhana
6.
Masyarakat kecamatan Teluk Betung Utara lebih mementingkan
nilai guna dan keuntugan yang diperoleh jika mengonsumsi barang atau jasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Segmentasi
Psikografis dan Hubunganya dengan Sikap dan Perilaku Terhadap Atribut Produk. http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/6787-segmentasi-psikografis-dan-hubunganya-dengan-sikap-dan-perilaku-terhadap-atribut-produk.html.
diakses pada diakses pada 11 Mei 2016 pukul 22:05 WIB,
Samsi, Nurhayati. 2013. Memahami
Konsep, Pendekatan, Prinsip, Dan Aspek Geografi. http://nurhayatisamsi07.blogspot.co.id/
diakses pada 11 Mei 2016 pukul 20:44 WIB.
Setiawan, Agnas. 2015. Aspek Sosial Demografi.http://geograph88.blogspot.co.id
/2015/02/aspek-sosial-demografi.html
diakses pada 11 Mei 2016 pukul 20:43 WIB
Sumaryo.2015.Dasar-Dasar
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Aura Publising. Bandar Lampung
Wikipedia.
2014. Behaviorisme. https://id.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme. diakses
pada 11 Mei 2016 pukul 22:06 WIB.
0 comments:
Post a Comment