Tugas
Responsi Dasar-Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh : M. Hary Panuju, Ishmah
Nurhidayati, Adi Setiawan, Dewi Hermania, Novalia
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
(2016)
PEMBAHASAN
1. Resume
Artikel
Penulis : Iman
Priyadi, (Penyuluh Pertanian Balai Besar pengkajian dan Pengembangan
Teknologi
Pertanian
Pada :
Rabu, 26 November 2014
Dewasa ini petani banyak mengalami kendala
dalam mengembangkan usaha pertanian. Salah satu kendalanya adalah serangan hama
tikus sawah (Rattus argentiventer). Tikus merupakan hama utama tanaman
padi (Oryza sativa L.) yang dapat menurunkan hasil produksi cukup
tinggi.
Kerusakan dan penurunan hasil produksi padi
sangat besar akibat dari serangan hama tikus dan susah untuk dikendalikan. Hal
ini disebabkan tikus beraktifitas pada malam hari. Tikus dapat merusak secara
langsung yaitu mencari makan pada saat tanaman sudah mulai berbuah sedangkan
secara tidak langsung yaitu tikus merusak batang tanaman padi hanya untuk
mengasah gigi depannya.
Pestisida nabati adalah pestisida yang dibuat
dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada disekitar kita untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman, seperti tumbuhan. Pestisida nabati
memiliki keuntungan:
1. Relative
aman
2. Ramah
lingkungan
3. Murah
dan mudah didapatkan
4. Tidak
menyebabkan keracunan dan tidak akan menyebabkan hama menjadi resisten.
Sedangkan kekurangannya yaitu
penggunaanya harus berulang-ulang, tidak tahan lama, daya kerjanya lambat, dan
tidak membunuh hama secara langsung.
Ada beberapa jenis tanaman yang dapat
digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Salah satu tanaman yang digunakan
untuk mengendalikan hama tikus pada padi sawah adalah menggunakan tanaman cabai
(Capsicum annum), buah jengkol (Phitecellobium lobatum) dan buah
papaya tua (Carica papaya). Buah papaya tua langsung diberikan pada
tikus hasilnya mati, sedangkan jengkol dan cabai menggunakan air hasil rendaman
dari kedua jenis tanaman ini yang kemudian disemprotkan sehingga hama tikus
menjadi berkurang nafsu makannya
Buah jengkol mengandung minyak atsiri,
saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tannin, glikosoda, protein, karbohidrat,
kalsium, fosfor dan vitamin. Cabai mengandung minyak atsiri, piperin dan
piperidin yang berfungsi sebagai repellent dan mengganggu preferensi makan
hama. Sedangkan buah papaya tua sebagai racun (enzim albuminose) atau kaloid
carpine dalam mengendalikan tikus dengan potensi yang cukup besar karena buah
papaya mengandung bahan aktif papain yang dapat digunakan sebagai rodentisida.
2. Nilai
Penyuluhan Artikel
Dalam artikel yang berjudul Mengendalikan Hama Tikus Sawah Dengan Pestisida Nabati terdapat
beberapa nilai-nilai penyuluhan seperti sumber teknologi (ide) yang ditawarkan
kepada sasaran, dalam artikel tersebut telah dijelaskan bahwa latar belakang
dari penggunaan pestisida nabati adalah karena adanya serangan
hama tikus sawah (Rattus argentiventer) yang menyebabkab penurunan
produksi padi, selain itu penggunaan pestisida nabati relative aman,
ramah lingkungan, murah, mudah didapatkan, tidak menyebabkan keracunan, dan
tidak akan menyebabkan hama menjadi resisten.
Selain terdapat ide atau teknologi informasi
dalam artikel tersebut juga terdapat sasaran yang digunakan sebagai obyek dari
penyuluhan yaitu petani, karena konteks dari artikel tersebut adalah solusi
dari permasalahan petani secara umum saat ini. Dalam penyuluhan nilai-nilai
yang harus ada selain ide dan sasaran adalah manfaat dari ide tersebut.
Kebermanfaatan dalam suatu penerapan ide akan sangat membantu sasaran sehingga
sasaran dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Dalam artikel
tersebut kita dapat mengetahui kebermanfaatan dari ide yang disampaikan yaitu meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi padi.
Nilai yang juga cukup penting dalam penyuluhan
adalah nilai pendidikan dari suatu ide yang disampaikan, karena pada dasarnya
penyuluhan merupakan komunikasi dua arah antara penyuluh dengan sasaran
sehingga keberhasilan suatu penyuluhan dapat diukur dari sejauh mana sasaran
mampu dan mau melaksanakan ide yang diberikan oleh penyuluh. Nilai pendidikan
yang dimaksud adalah pengembangan pola pikir dari sasaran bisa saja dari
keadaan tidak mau menjadi mau atau keadaan tidak mampu menjadi mampu. Dalam
artikel ini jelas bahwa penyuluh memberikan nilai pendidikan, dari isi artikel
ini dapat ditangkap nilai pendidikan yang disampaikan oleh penyuluh atau
penulis adalah untuk menggunaan pestisida nabati.
Pada prinsipnya penyebaran informasi
melalui cyber extension memiliki sifat yang hampir sama dengan
surat kabar yaitu berupa fakta sosial, faktor daya tarik dan pentingnya fakta
sebagai bahan penulisan berita dapat dinilai dari bobot peristiwa yang
didasarkan terhadap eksklusivitas, keistimewaan dan scope-nya.
Dalam artikel Mengendalikan Hama Tikus Sawah Dengan Pestisida Nabati nilai berita
yang dapat dijumpai adalah nilai proximity yang artinya
tulisan tersebut mengandung informasi yang dibutuhkan petani dan dekat secara
fisik serta emosi, kedekatan informasi dari artikel ini dengan petani dapat
ditunjukkan dari latar belakang ide yang disampaikan penulis kepada sasaran
seperti adanya serangan hama tikus sawah (Rattus argentiventer)
yang menurunkan jumlah produksi padi. Latar belakang ini cukup membuat tulisan
dekat dengan petani secara emosi. Nilai berita selanjutnya yang terkandung
dalam artikel tersebut adalah nilai timelines yang bearti
tulisan yang disampiakan bersifat baru dan tidak basi. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan ide yang disampiakan yang berupa penggunaan pestisida
nabati yang relaif aman, ramah lingkungan, murah, dan mudah didapatkan.
Dalam artikel tersebut juga terdapat
nilai importance yang bearti informasi yang disampaikan
mengandung informasi yang dibutuhkan oleh petani dan berkaitan dengan
kepentingan petani. Hal ini dapat ditunjukkan dengan ide yang disampaikan oleh
penulis yang berupa solusi dari permasalahan petani yaitu penggunaan pestisida
nabati sehingga kualitas dan kuantitas produksi padi meningkat.
3. Efektivitas
Penyuluhan
Berdasarkan hasil diskusi, kami menyimpulkan
bahwa artikel tersebut cukup efektif dimana telah memenuhi faktor faktor
efektivitas penyuluhan yaitu:
1. Kemampuan
atau daya menerangkannya sehingga yang membaca menjadi lebih jelas.
2. Pembahasan
masalah yang dikemukakan, semakin lengkap pembahasannya maka semakin jelas
ide/gagasan yang dikemukakan.
3. Jangkauan
sasaran, semakin banyak dan luas jangkauan sasaran yang dapat dicapai berarti
penyuluhan semakin efektif.Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti atau bahasa
petani maka sasaran yang dicapai akan semakin luas dan mengena.
Kemampuan atau daya menerangkan penulis cukup
baik. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan bahasa yang seerhana dan mudah
dimengerti oleh pembaca. Pembahasan masalah juga cukup lengkap dan disertai
dengan teknik atau cara pembuatan pestisida nabati yang dianjurkan. Jangkauan
sasaran dari artikel penyuluhan ini adalah petani.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Zaki. 2015. Analisis
Artikel Cyber Extension. https://successfarmer.blogspot.co.id/2015/07/laporan-praktikum-dasar-dasar.html Diakses Pada 5 Juni 2016 pukul 18:55 WIB
Widodo. 2014. Mengendalikan
Hama Tikus Sawah Dengan Pestisida Nabati. http://penyuluhberprestasi.blogspot.co.id/. Diakses Pada 5 Juni 2016 Pukul 18:57 WIB
LAMPIRAN
Artikel
Penulis : Iman
Priyadi, (Penyuluh Pertanian Balai Besar pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian
Pada :
Rabu, 26 November 2014
Dewasa ini petani banyak mengalami kendala
dalam mengembangkan usaha pertanian. Salah satu kendalanya adalah serangan hama
tikus sawah (Rattus argentiventer). Tikus merupakan hama utama tanaman
padi (Oryza sativa L.) yang dapat menurunkan hasil produksi cukup
tinggi. Pada umumnya, tikus sawah (Rattus argentiventer) tinggal di
pesawahan dan sekitarnya, dan mempunyai kemampuan berkembangbiak sangat pesat.
Secara teoritis, satu pasang ekor tikus mampu berkembangbiak menjadi 1.270 ekor
per tahun. Walaupun keadaan ini jarang terjadi,tetapi hal ini menggambarkan,
betapa pesatnya populasi tikus dalam setahun.
Kerusakan dan penurunan hasil produksi padi
sangat besar akibat dari serangan hama tikus dan susah untuk dikendalikan. Hal
ini disebabkan tikus beraktifitas pada malam hari. Tikus dapat merusak secara
langsung yaitu mencari makan pada saat tanaman sudah mulai berbuah sedangkan
secara tidak langsung yaitu tikus merusak batang tanaman padi hanya untuk
mengasah gigi depannya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tikus dapat
dilihat pada batang padi yang terpotong dan membentuk 450 serta
masih mempunyai sisa bagian batang yang tak terpotong. Dengan kondisi kerusakan
dan cepatnya peningkatan populasi tikus akan menurunkan hasil produksi secara
drastis.
Pestisida nabati adalah pestisida yang dibuat
dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada disekitar kita untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman, seperti tumbuhan. Pestisida nabati
memiliki keuntungan:
1. Relative
aman
2. Ramah
lingkungan
3. Murah
dan mudah didapatkan
4. Tidak
menyebabkan keracunan dan tidak akan menyebabkan hama menjadi resisten.
Sedangkan kekurangannya yaitu
penggunaanya harus berulang-ulang, tidak tahan lama, daya kerjanya lambat, dan
tidak membunuh hama secara langsung.
Ada beberapa jenis tanaman yang dapat
digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Salah satu tanaman yang digunakan
untuk mengendalikan hama tikus pada padi sawah adalah menggunakan tanaman cabai
(Capsicum annum), buah jengkol (Phitecellobium lobatum) dan buah
papaya tua (Carica papaya). Buah papaya tua langsung diberikan pada
tikus hasilnya mati, sedangkan jengkol dan cabai menggunakan air hasil rendaman
dari kedua jenis tanaman ini yang kemudian disemprotkan sehingga hama tikus
menjadi berkurang nafsu makannya
Buah jengkol mengandung minyak atsiri,
saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tannin, glikosoda, protein, karbohidrat,
kalsium, fosfor dan vitamin. Cabai mengandung minyak atsiri, piperin dan
piperidin yang berfungsi sebagai repellent dan mengganggu preferensi makan
hama. Sedangkan buah papaya tua sebagai racun (enzim albuminose) atau kaloid
carpine dalam mengendalikan tikus dengan potensi yang cukup besar karena buah
papaya mengandung bahan aktif papain yang dapat digunakan sebagai rodentisida.
Pembuatan pestisida nabati dengan bahan
jengkol yaitu:
1. sebelumnya
buah jengkol dikupas kulit luarnya maupun kulit arinya.
2. Kemudian
kupasan jengkol direndam dengan air, perbandingan 1 kg : 10 liter air selama 24
sampai 36 jam sehingga air rendaman mengeluarkan aroma yang sangat menyengat
yang dapat mengusir hama tikus
3. Meletakkan
atau menyemprotkan larutan jengkol pada tanaman padi.
Bukan hanya berlaku bagi tikus tetapi dapat
mengusir burung yang menyerang tanaman padi.
Pembuatan pestisida nabati dengan cabai yaitu:
1. Cabai
ditumbuk halus kemudian direndam selama semalam.
2. Kemudian
disaring
3. Disemprotkan
pada tanaman padi.
Pembuatan pestisida nabati dengan bahan buah
pepaya tua yaitu:
1. Buah
papaya tua yang belum masak dikupas.
2. Buah
dipotong kecil-kecil sebesar dadu
3. Kemudian
disebarkan pada tempat yang biasa dilewati tikus.
Dalam proses pembuatan rodentisida nabati buah
papaya, mulai dari pengupasan sampai penyebarannya harus menggunakan sarung
tangan karena indera penciuman tikus sangat tajam terhadap bau dan sentuhan
tangan manusia, sehingga kemungkinan tikus tidak akan memakan potongan buah
papaya tua yang diberikan.
Seperti yang sudah diketahui, bahwa penyuluhan
pada dasarnya adalah proses pemberian stimulasi dari pengajar kepada yang
diajar, sehingga bisa mengarah pada perubahan kognitif, efektif dan
psikomotorik. Oleh karenanya, pemanfaatan pestisida nabati untuk mengendalikan
hama tikus perlu disosialisakan pada tingkat petani dengan melibatkan
pemerintah, mulai dari tingkat Provinsi/Dinas Pertanian Daerah, sampai Pedesaan
(Penyuluh / Kepala Desa).
0 comments:
Post a Comment