3.1.
Strategi dan Pola Pengembangan Agroindustri Pedesaan
Dalam upaya pengembangan
agroindustri pedesaan dapat lebih berperan dalam pemberdayaan ekonomi rakyat.
diperlukan strategi yang mampu mengurangi atau meniadakan hambatan-hambatan
diatas dan sekaligus meningkatkan potensi yang ada serta membuka peluang yang
luas, keterpaduan antara aspek sumberdaya alam, modal, manajemen, teknologi dan
kekhasan produk yang harus mencerminkan dalam lembaga sebagai salah satu
pengembangan agroindustri pedesaan. Seperti halnya komoditi secara umum
memiliki keunggulan komparatif untuk dikembangkan di wilayah tertentu hal ini
sesuai dengan letak agronomis sesuai dengan iklim pada suatu daerah dan sangat
sesuai dikembangkan secara optimal salah satu contoh komoditi yang kompatitif
yaitu salak pondok yang dihasilkan oleh sleman – yogyakarta, mangga yang
terkenal dihasilkan oleh daerah indramayu – jabar, bawang merah dihasilkan dari
brebes, nanas dari lampung, kakao dari sulawesi, getah dan tengkawang dari
kalteng, begitupula di jambi karet. dan masih banyak lagi hasil alam indonesia
yang terdapat dari daerah masing-masing.
Pengembangan
agroindustri memerlukan skala yang sifatnya spesifik baik untuk subsistem
masukan ( prasarana produksi ) subsisten budidaya, pengolahan, dan pemasaran.
agroindustri yang dikembangkan dipedesaan masih bersifat tradisional, bersifat
rumah tangga dan tersebar dalm unit-unit usaha skala kecil. sementara itu agroindustri
yang maju, padat modal, dan skala besar kurang berperan dalam menopang ekonomi
pedesaan agar tercapai tingkat efisiensi yang memadai maka agroindustri
memerlukan persyaratan skala ekonomi tertentu. bahan baku yang diperlukan harus
tersedia, dalam jumlah tertentu,, berkelanjutan dengan mutu yang baik dan harus
terpenuhi secara konsisten dari waktu – ke waktu.
Pengembangan
agroindustri di indonesia mempunyai arti yang strategi karena penggembangannya
diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan
dan penetapan teknologi penggolahan. Nilai agroindustri juga terletak sebgai
posisi sebagai jembatan yang menghubung antara kegiatan pertanian dengan
industry sehingga penggembangannya dapat menamabah angka tenaga kerja, pendapatan
petani/peternak/nelayan dan devisa negara melalui ekspor nilai tukar produk
serta penyediaan bahan baku industri
3.2.
Peran Agroindustri Sebagai Penggerak Perekonomian Rakyat Pedesaan
Pengembangan agroindustri di
pedesaan harus diciptakan dan didorong terus, karena sangat berpengaruh untuk
mengatasi masalah produksi bahan baku yang melimpah, meningkatkan nilai tambah
produk, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan petani, memperluas
peluang pemasaran, mendukung ketahanan pangan, mengurangi migrasi penduduk ke
kota; dan menciptakan pembangunan pertanian berkelanjutan.
Paling tidak ada lima komponen yang
perlu diimplementasikan secara konsisten baik oleh pemerintah pusat maupun daerah,
sektor swasta dan organisasi masyarakat untuk bersinergi dalam mendorong
agroindustri di pedesaan, yaitu:
a. memperbaiki infrastruktur pertanian
melalui fasilitasi peralatan pasca panen dan pengolahan melalui
gapoktan/kelompoktani
b. meningkatkan kapasitas SDM melalui
pelatihan dalam kewirausahaan
c. memperkuat investasi melalui
fasilitasi modal kerja bergulir dengan bunga rendah dalam jangka panjang
d. meningkatkan penerapan teknologi
maju untuk menciptakan diversifikasi produk melalui pendampingan lembaga
inovasi
e. menciptakan peluang pemasaran,
sehingga terjadi kesinambungan produksi di hulu dan hilir. Agar agroindustri
dapat berkembang diperlukan proses konsolidasi seluruh bidang usaha baik secara
vertikal maupun horizontal, yaitu adanya keterkaitan antara hulu dan hilir
dalam suatu kelompok usaha.
Ada enam komponen yang perlu
diperhatikan, yaitu menumbuhkan kelembagaan kelompok usaha yang mandiri dan
terorganisir, menciptakan keterpaduan sistem produksi di tingkat on farm
(pengolahan) dan off farm (budidaya), menumbuhkan penerapan teknologi
modern yang padat karya, melakukan koordinasi lintas sektoral di tingkat
lapangan, sehingga lebih fokus dalam pembinaan, pengembangan sumberdaya manusia
berjiwa bisnis tangguh dan memberikan fasilitasi dan akses permodalan dengan
bunga rendah dalam jangka panjang.
Agroindustri harus dapat menjalankan
usahanya secara efisien, meningkatkan daya saing produk, agar dapat tumbuh dan
berperan dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk mempertahankan momentum
pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan
petani, upaya pengembangan agroindustri menjadi pilihan yang strategis.
Baharsjah S. (1989) dalam Anny Ratnawati dan Bungaran Saragih (1990),
mengatakan bahwa dalam pengembangan agroindustri perlu didasarkan prinsip
keunggulan komparatif, tingkat ketrampilan masyarakat lokal dalam memantapkan
jenis industri pengolahan yang dikenal di lingkungannya, tersedianya bahan baku
berkesinambungan, fasilitas kredit dengan bunga ringan dan tersedianya
prasarana dan fasilitas pelayanan di pedesaan.
Pengembangan industri pengolahan
hasil pertanian berfungsi mengurangi beban tekanan penduduk dan tenaga kerja di
sektor pertanian dan mengalihkannya pada kegiatan non pertanian, mendorong
pertumbuhan perdesaan dengan mendiversifikasikan sumber pendapatan, serta
meningkatkan dampak pertumbuhan permintaan didalam dan atau diluar suatu
daerah. Peningkatan pendapatan mendorong tingkat permintaan dari produk
agroindustri yang disisi lain juga akan mendorong perkembangan sektor pertanian
dalam hal penyediaan produk berkualitas dan kuantitas yang lebih besar.
Agroindustri menurut faktor-faktor yang menyebabkan industri yang bersangkutan
berlokasi di pedesaan;
a. Industri yang mengandalkan pasaran
lokal, yaitu lokasi dari berbagai jenis produk kerajinan tradisional untuk
penggunaan sehari-hari
b. Industri yang berdasarkan sumberdaya
(bahan baku) lokal, yaitu berbagai industri pengolahan hasil pertanian
(agroindustri hilir)
c. Industri yang mengandalkan tenaga
kerja yang murah.
Pengembangan agroindustri diperlukan
peningkatan kemampuan pedesaan untuk usaha pengembangan agroindustri itu
sendiri, meliputi peningkatan kualitas SDM/ketrampilan tenaga kerja, melalui
program diklat, pengembangan dan penyebaran teknologi tepat guna yang bertujuan
meningkatkan produktivitas atau mutu produk yang dihasilkan, perbaikan dan
penyediaan fasilitas perkreditan penyediaan jasa-jasa informasi (misalnya
peluang pemasaran, dan disain-disaian baru) dan pengembangan infrastruktur
pedesaan (transportasi, koperasi, pasar, tempat-tempat pergudangan, dan
lain-lain).
Pengertian industri pertanian
(Agroindustri) disini tidak semata-mata berarti mendirikan pabrik-pabrik. Makna
fundamental agroindustri adalah membangun sikap mental dan budaya sebagaimana
yang hidup di masyarakat industri. Kebudayaan industrial dengan ciri-ciri;
a. Pengetahuan merupakan landasan utama
dalam pengambilan keputusan (bukan intuisi atau kebiasaan saja)
b. Kemajuan teknologi merupakan
instrumen utama dalam pemanfaatan sumberdaya
c. Mekanisme pasar merupakan media
utama dalam transaksi barang dan jasa.
d. Efisiensi dan produktivitas sebagai
dasar utama dalam alokasi sumberdaya dan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya.
e. Keunggulan mutu merupakan orientasi,
wacana, sekaligus tujuan.
f. Profesionalisme merupakan karakter
yang menonjol.
g. Perekayasaan menggantikan
ketergantungan pada alam, sehingga setiap produk yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam mutu, jumlah, berat, volume, bentuk,
ukuran, warna, rasa, dan sifat-sifat lainnya.
3.3.
Kendala Agroindustri Pedesaan
Agroindustri berpotensi untuk
dikembangkan melihat aspek ketersediaan bahan baku. namun banyak kendala yang
menjadi tersendatnya laju agroindustri tersebut, yaitu:
a. Keterbatasan modal,
b. Kualitas sumberdaya manusia,
c. Keterbatasan penetapan teknologi,
d. Sarana dan prasarana yang kurang
memadai,
e. Kelembagaan.
Diberbagai pedesaan ketersediaan
lahan cukup minim sehingga pertanian tidak cukup dikembangkan secara bisnis dan
tidak dapat diandalkan. Hal ini menyebabkan taraf hidup petani, peternak, dan
nelayan juga menjadi sangat rendah. Sebagian agroindustri pedesaan
mempekerjakan 5–7 dan selebihnya 8–19 orang yang tiap pekerja hanya tamat SD
sehingga tingkat pendidikan akan mempengaruhi dari pekerjaan yang dilakukan.
Terbatasnya penguasaan teknologi,
kesenjangan antara teknologi yang ada dengan yang dibutuhkan, dan rendahnya
desiminasi ( penyebaran ) teknologi merupakan permasalahan teknik yang sangat
mempengaruhi pembangunan agroindustri pedesaan. Teknologi tepat guna, baik
teknologi produk ataupun proses, termasuk teknologi pengemasan dan
pengangkutan.untuk pengembangan agroindustri pedesaan, perlu dikenal dan
dimasyarakatkan dipedesaan. Kurang baiknya infrastruktur atau sarana dan
prasarana menyebabkan terjadinya hambatan dalam pengembangan agroindustri
pedesaan. Salah satu masalah yang terjadi antara lain adalah nilai tukar
komoditas pertanian yang cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh simpul dan
jaringan kelembagaan pengembangan pertanian dan pemerataan belum begitu
optimal, untuk mengembangkan agroindustri yang terdiri dari kelompok tani usaha
mikro dan menegah dalam bentuk koperasi dan bentuk kemitraan dunia usaha.
Selain permasalahan yang ada yang
dihadapi petani ada juga kendala lain antara lain sulitnya bagi para petani
dalam memasarkan produk yang di hasilkan secara langsung ke konsumen akhir.
Teknik yang dipakai adalah melalui pedagang pengumpul seperti tengkulak dari
tingkat desa ke kecamatan hingga ke kabupaten. Lemahnya akses petani
dimanfaatkan oleh pedagang pengumpul untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar–besarnya.
3.4.
Dampak Pembangunan Agroindustri di
Pedesaan
Dampak agroindustri sudah menjadi
pembicaran luas dan kompleks. Terdapat berbagai bentuk eksploitasi yang di
jalankan oleh penggerak agroindustri, sementara para petani hanya dapat
menikmati sebagian kecil dari nilai tambah yang dihasilkan produk pertaniannya.
Hubungan ketenagakerjaan menjadi rasional karena diberikan imbalan berupa uang
untuk kelangsungan hidup masyarakat. Fakta tersebut telah membawa pergeseran
nilai dimasyarakat pedesaan akibat dari kedatangan unsur moderen dari berbagai
usaha. Sebenarnya agroindustri ini telah menciptakan lapangan pekerjaan, selain
itu agroindustri juga melibatkan penduduk dalan hal pelestarian, kedudukan
elite, pertanian, mobilitas penduduk. Namun Agroindustri telah manimbulkan
berbagai perubahan dalam sektor Sosial, Ekonomi dan Budaya, seperti:
a. Menyebabkan perubahan pisik desa dan
perekonomian serta mata pencaharian.
b. Mematikan lembaga tradisional yang
lahir dan berkembang di masyarakat pedesaan.
c. Membongkar jati diri masyarakat
pedesaan.
d. Menyebabkan perubahan aspek sosial
budaya masyarakat setempat.
e. Banyaknya pendatang yang menimbulkan
masalah sosial, seperti: Kriminalitas, Kenakalan, dan Perilaku menyimpang.
f. Perubahan status kepemilikan tanah
yang mengakibatkan mencari tempat yang baru.
g. Penggeseran nilai serta budaya yang
ada dimasyarakat pedesaan.
h. Menurunya kualitas sumber daya dan
kemudian tidak bisa di manfaatkan lagi.
i.
Mencemari lingkungan, karena menghasilkan limbah yang
jumlahnya besar.
j.
Merubah tatanan lingkungan alam atau ekosistem yang
sebelumnya telah terjadi.
k. Mengakibatkan tidak atau kurang
berfungsinya beberapa elemen lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alfauzy, Rizki. 2012. Definisi dan Ruang Lingkup Agroindustri.
https://rizkialfauzy.wordpress.com/2012/08/02/definisi-dan-ruang-lingkup-agroindustri/ diakses pada 10 April 2016 pukul 19:43 WIB.
Kodri,
Ahmad.2011. Agroindustri Pedesaan Dan
Perekonomian Rakyat . http://nerifimylover.blogspot.co.id/2011/04/agroindustri-pedesaan-dan-perekonomian.html?m=1 diakses pada 13 april 2016 pukul 10:56 WIB
Mangunwidjaja, Djumali. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian.Penenbar
Swadaya. Bogor.
Saya ingin berbagi di sini tentang bagaimana Tuan Pedro memberi saya pinjaman sebesar £820.000,00 untuk memperluas bisnis saya dengan tingkat pengembalian tahunan 2%. Saya sangat bersyukur dan saya pikir saya harus membagikannya di sini. Berikut alamat emailnya: pedroloanss@gmail.com / WhatsApp +393510140339 jika ada di sini yang mencari suku bunga pinjaman yang terjangkau.
ReplyDelete