Tugas : Pengantar Teknologi
Hasil Pertanian
Oleh : Cindy Hosiani D.P.S, Ishmah Nurhidayati, Yuli Dwi Sulistioningrum
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2015)
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Nilai Tambah
Nilai tambah (value added) adalah
pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan,
pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai
tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai
biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja.
2.
Pengertian Nilai Tambah Dalam Agroindustri
Komoditas pertanian pada umumnya mempunyai sifat
mudah rusak sehingga perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu.
Proses pengolahan yang disebut agroindustri, dapat meningkatkan guna bentuk
komoditas pertanian. Konsumen yang bersedia membayar output agroindustri dengan
harga yang relatif tinggi merupakan insentif bagi perusahaan pengolah.
Kegiatan agroindustri yang dapat meningkatkan nilai
tambah komoditas pertanian dalam operasionalnya membutuhkan biaya pengolahan.
Salah satu konsep yang sering digunakan untuk membahas biaya pengolahan hasil
pertanian adalah nilai tambah. Menurut Hayami et all dalam Sudiyono (2004) ada
dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan
nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah
pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor
pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan
baku yang digunakan dan tenaga kerja. Faktor pasar yang berpengaruh adalah
harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain selain
bahan baku dan tenaga kerja.
Besarnya
nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku
dan input lain terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga
kerja. Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja,
modal dan manajemen
Distribusi nilai tambah berhubungan dengan
teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa
keahlian dan ketrampilan serta kualitas bahan baku. Penerapan teknologi yang
cenderung padat karya akan memberikan proporsi bagian terhadap tenaga kerja
yang lebih besar daripada proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan
apabila yang diterapkan teknologi padat modal, maka besarnya proporsi bagian
pengusaha lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja.
Besar kecilnya proporsi tersebut tidak berkaitan
dengan imbalan yang diterima tenaga kerja (dalam rupiah). Besar kecilnya
imbalan tenaga kerja tergantung pada kualitas tenaga kerja itu sendiri seperti
keahlian dan ketrampilan. Kualitas bahan baku juga berpengaruh terhadap
distribusi nilai tambah apabila dilihat dari produk akhir. Jika faktor konversi
bahan baku terhadap produk akhir semakin lama semakin kecil, artinya
pengaruh kualitas bahan baku semakin lama semakin besar.
0 comments:
Post a Comment