Speech delay atau keterlambatan bicara adalah kondisi dimana anak belum mampu mengucapkan sejumlah kosakata pada usia tertentu. Secara umum anak-anak mulai mampu mengucapkan satu suku kata bermakna pada usia satu tahun dan mampu menyusun kalimat sederhana pada tahun berikutnya.
Speech
delay
dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti masalah neurologis, autism spectrum disorder, kelainan organ
bicara, penggunaan gadget yang
terlalu sering, dan lain sebagainya.
Baca juga : Kenali Faktor Penyebab Speech Delay pada Anak
Saat menginjak usia sekolah, anak dengan speech delay tentu mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu beberapa sekolah inklusi menyediakan guru pendamping atau biasa disebut dengan shadow teacher.
Melalui tulisan ini saya ingin membagikan pengalaman saya mendampingi anak yang mengalami keterlambatan bicara selama belajar di taman kanak-kanak.
Awal Pertemuan Hanya Mendengar Satu Kata
Selain melalui diagnosis psikiater atau terapis,
sekolah biasanya mengadakan proses observasi agar shadow teacher lebih memahami kondisi anak. Hal ini dilakukan
supaya guru mampu menentukan treatment yang harus diberikan agar sesuai dengan
kondisi dan kepribadian anak.
Pada proses observasi ini saya pertama kali bertemu
dengan siswa A. Selain speech delay,
A juga memiliki ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Hal ini
membuat proses komunikasi menjadi lebih sulit.
A lebih antusias
untuk mengelilingi seluruh sekolah daripada berinteraksi dengan saya sebagai
guru pendampingnya. Setelah mendampinginya berkeliling beberapa kali dan mulai
kelelahan, disinilah saya mendengar suku kata pertamanya.
Setelah beberapa kali bertanya, akhirnya dia mengucapkan namanya dengan pelan sambil berjalan kesana kemari memperhatikan plat motor yang tidak jauh terparkir. Ternyata A sangat menyukai huruf dan angka. Hal ini kemudian banyak membantu saya dalam meningkatkan perbendaharaan kosakatanya.
Berusaha Bersama-sama untuk Mengucapkan Kata Selanjutnya
Hari-hari pertama di sekolah mungkin cukup
melelahkan bagi A. Selain harus beradaptasi dengan kegiatan di sekolah, ia juga
sering kesulitan untuk mengungkapkan keinginannya baik kepada saya atau
teman-temannya. Hal ini membuatnya sering mengalami tantrum di kelas.
Trantrum adalah ledakan emosi yang biasanya disertai
dengan tindakan menangis, berteriak, menjerit-jerit, dan kadang memukul orang
yang ada disekitarnya. Meskipun tantrum adalah hal yang normal dan merupakan
bagian dari perkembangan anak, hal ini cukup sulit untuk dihadapi guru maupun
orang tua.
Selain mendampingi anak mengikuti kegiatan belajar
di kelas, saya juga melakukan beberapa treatment
untuk meningkatkan kemampuannya dalam berbicara. Untungnya, kecintaan A
pada huruf dan angka membuatnya sering mengambil buku-buku cerita yang ada di
dalam kelas.
Saat ia hanya terdiam membolak-balik lembaran buku
sambil memperhatikan huruf-huruf yang tertulis, disinilah saya mencoba
membacakan sambil menunjuk kata demi kata dalam buku tersebut.
Saya juga membacakan tulisan-tulisan yang ada di
dinding meskipun hanya sesekali ia perhatikan sambil berlarian kesana kemari.
Sesekali kami menggunakan flashcard
untuk belajar mengucapkan nama buah, hewan, atau benda-benda yang ada di sekitar.
Melalui kegiatan membaca A juga belajar untuk
mengucapkan suku kata dengan benar. Meskipun A belum mampu melakukannya dengan
baik, hal tersebut terus saya ulangi agar kemampuan berbicaranya meningkat.
Awalnya hal ini cukup sulit dilakukan karena anak masih belum dapat fokus memperhatikan dalam waktu yang lama dan lebih senang berlarian. Anak juga belum mampu melakukan eye contact dan mengikuti instruksi dengan baik.
Akhirnya Mampu Mengucapkan Suku Kata Baru dengan Jelas
Ayah dan bunda pernah mendengar bahwa anak itu
seperti sebuah celengan? Meski awalnya terlihat tidak memperlihatkan hasil,
namun ternyata setiap hal yang kita lakukan atau ucapkan sedikit demi sedikit
disimpan oleh anak.
Hal ini yang saya rasakan selama mendampingi A di
sekolah. Pada semester pertama, saya sempat merasa sedih karena treatment yang saya berikan tidak
kunjung memperlihatkan hasil yang signifikan terutama dalam kemampuannya
berbicara.
Namun pada semester kedua, perkembangannya dalam
mengucapkan suku kata mulai terlihat. Hal ini saya sadari saat ia beberapa kali
mengulang kata-kata yang sering saya ucapkan. Meskipun artikulasinya belum cukup
jelas, hal ini membuat saya senang dan terharu.
Suatu hari, A melihat temannya memakai kacamata yang
sering kami gunakan untuk eksperimen sederhana di kelas. Saat itulah saya
mendengar kata baru yang ia ucapkan dengan sangat jelas.
“Kacamata,” ucapnya saat itu, mencoba mengungkapkan
keinginannya untuk memakai kacamata tersebut. Sejak itu, perlahan kata demi
kata mulai ia ucapkan dengan baik. Ia mulai bisa mengungkapkan keinginannya. Bahkan,
terkadang A memberikan instruksi kepada teman-temannya meskipun masih sederhana seperti masuk, berdiri, dan ayo.
Perkembangan ini tentu bukan hanya karena treatment yang saya berikan di sekolah,
tetapi juga dengan kerja sama orang tua, wali kelas, dan orang-orang yang ada
di sekitar anak. Selain itu makanan yang dikonsumsi anak juga dijaga dengan ketat.
Menjadi seorang shadow
teacher membuat saya sering mencari dan membaca informasi mengenai anak
berkebutuhan khusus. Selain mencari treatment
yang bisa digunakan untuk membantu perkembangan mereka, saya juga mencari
informasi tentang makanan yang boleh atau tidak boleh untuk dikonsumsi.
Saat itulah saya tidak sengaja menemukan Generos
yang merupakan produk herbal vitamin anak dan
dapat mengatasi gangguan speech delay,
autis, dan ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder).
Setelah mencari tahu lebih banyak, Generos ternyata dibuat
dengan bahan-bahan alami seperti ikan sidat, pegagan, madu hutan, mengkudu, dan
temulawak. Oleh karena itu Generos dapat digunakan sebagai penunjang kebutuhan
nutrisi untuk tumbuh kembang optimal.
Saat melihat testimoni, beberapa konsumen mengatakan
bahwa Generos mampu mengatasi speech
delay. Namun karena saya adalah orang yang sedikit sulit untuk percaya saya
mencoba untuk mencari tahu apakah Generos memiliki efek samping tertentu.
Baca juga : Ada Efek Samping! Cerita Setelah Sebulan Minum Generos
Ternyata tidak ada efek samping khusus yang
berbahaya bagi anak. Salah satu website konsultasi dengan dokter juga
mengatakan bahwa Generos tidak berbahaya karena terbuat dari bahan-bahan alami.
Oleh karena itu saya yakin bahwa Generos adalah nutrisi kecerdasan otak yang
tepat untuk anak.
Setelah membaca beberapa artikel dan testimoni, saya
akhirnya paham bahwa selain treatment
yang diberikan, memperhatikan asupan nutrisi yang dikonsumsi anak juga sangat
penting.
Selain makanan sehat, alangkah baiknya jika ayah dan
bunda juga memberikan multivitamin yang mampu merangsang saraf verbal anak
untuk berbicara agar perkembangan si kecil lebih optimal.
0 comments:
Post a Comment