Tugas dan artikel

Tuesday, June 02, 2020

PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN ORANG DEWASA DALAM KEGIATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Tugas   : Responsi Pengembangan Masyarakat
Oleh     : Brigitta Siahaan, Helga Kupilang P. Ishmah N., M. Hary P. Wenni Mey K.
Jurusan Agrbisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2016.





I.PENDAHULUAN
  
1.1.  Latar Belakang

Kesadaran bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri (process of becoming person) bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped) menurut kehendak orang lain, membawa kesadaran yang lain bahwa kegiatan belajar harus melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran: apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi keinginan tersebut. Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk sosial.

Pada dasarnya "orang dewasa" memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam kehidupannnya. Tentu saja untuk menghadapi peserta pendidikan yang pada umumnya adalah "orang dewasa" dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala bangku sekolah, atau pendidikan konvensional yang sering disebut dengan pendekatan Pedagogis. Dalam  praktek "pendekatan pedagogis" yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan "kematangan", "konsep diri" peserta dan "pengalaman peserta". Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education).

Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.

1.2.  Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian pengajaran orang dewasa.
2.    Mengetahui prinsip-prinsip pengajaran orang dewasa.
3.    Mengetahui perbedaan pendidikan orang dewasa di kota dan di desa serta membandingkannya dengan teori yang ada.




II.TINJAUAN PUSTAKA


2.1.  Pengertian Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa

Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan (Deni, 2011).

Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan. Beberapa tugas dilakukan dalam POD (Pendidikan Orang Dewasa). Tugas-tugas yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan POD adalah :
1.         Tugas sebagai guru (fasilitator)
2.         Tugas sebagai pengembang program (Program Developer)
3.         Tugas sebagai pengelola (administration)
4.         Tugas sebagai konselor (Conselor) (Rosyid, 2014).


2.2.  Karakteristik Dari Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa

Beberapa karakteristik dari andragogi atau pendidikan orang dewasa adalah sebagai berikut :
1.      Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2.      Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar karena ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan dan perwujudan diri.
3.      Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki. Menimbulkan persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap peranan yang ia miliki. Menyebabkan keterbatasan  waktu untuk belajar. Penting bagi pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami adanya persaingan penggunaan waktu.
4.      Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar.
5.      Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Dan hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan yang positif yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar orang dewasa.
6.      Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan (Rosyid, 2014).

2.3.  Fungsi Dan Tujuan Dari Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa

Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, dan perkembangan program dan administrasi. Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil.Keunikan dan keterpusatan fungsi pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa (Rosyid, 2014).

Sebuah upaya dilakukan untuk mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan program tidaklah begitu penting (Rosyid, 2014).

Pendidikan Orang Dewasa umumnya memiliki sasaran kelompok orang dewasa yang beraneka ragam, baik usianya, tingkat pendidikannya. Lingkungan sosialnya, pelajarannya dan lain-lain. Misalnya pendidikan keaksaraan Functional  (Functional Literacy program) warga belajrnya orang dewasa yang masuk buta huruf dan sering terdiri ekonominya msikin. Sedang Pendidikan kepelatihan di industri / perkantiran warga belajarnya adalah para pekerja maupun sifat yang umumnya tingat pendidikannya cukup tinggi dn kondisi ekonominya cukup baik (Rosyid, 2014).

Tujuan POD dengan demikian beraneka ragam sesuai dengan permasalahannya , dan sasarannya. Secara umum terdapat beberapa tujuan :
1.    Tujuan POD bagi pengembang kecerdasan atau intelektual warga belajar
2.    Tujuan POD bagi aktualisasi dari indvidu peserta belajar
3.    Tujuan POD bagi bagi pengembangan personal dan sosial warga belajar
4.    Tujuan POD bagi perubahan sosial (masyarakat)
5.    Tujuan POD bagi pengembangan SDM dalam organisasi kerja (efektivitas organisasi) (Rosyid, 2014).

2.4.  Prinsip Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa

Pendidikan orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan yang lain. 10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut, yaitu :
1.    Prinsip kemitraan
Prinsip kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan pelajar. Dengan demikian pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai mitra belajar sehingga hubugan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat memerintah, tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu proses belajar pelajarnya (Rosyid, 2014).

2.    Prinsip pengalaman nyata
Prinsip pengalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa tidak berlangsung di kelas atau situasi yang simulative, tetapi pada situasi yang sebenarnya (Rosyid, 2014).

3.    Prinsip kebersamaan
Prinsip kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang maksimal di antara peserta dengan difasilitasi pengajar (Rosyid, 2014).

4.    Prinsip partisipasi
Prinsip partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari pengajar. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa semua pesrta harus terlibat atau mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajarn mulai dari perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (Rosyid, 2014).

5.    Prinsip keswadayaan
Prinsip keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa bertujuan untuk menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan peranan sebagai subyek atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan (Rosyid, 2014).

6.    Prinsip kesinambungan
Prinsip yang menjamin adanya kesimambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi yang akan dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud konsep pendidikan seumur hidup (life long education) dalam pendidikan orang dewasa (Rosyid, 2014).

7.    Prinsip manfaat
Prinsip manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang dewasa adalah sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang dewasa akan siap untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan karena rasa tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapanya untuk belajar (Rosyid, 2014).

8.    Prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat melakukan kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah itu karena belum siap fisiknya atau belum siap mentalnya (Rosyid, 2014).

9.    Prinsip lokalitas
Prinsip lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local. Generalisasi dari hasil pembelajaran dalm pendidikan orang dewasa akan sulit dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah pelajar pada tempat mereka masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sakarang mungkin sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua atau tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri karena hasil pembelajaran tersebut diproses dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh pelajar (Rosyid, 2014).

10.Prinsip keterpaduan
Prinsip keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi pendidikan orang dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa harus meng-cover materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan meteri yang utuh, tidak partial atau terpisah-pisah (Rosyid, 2014).

2.5.  Program Dari Pendidikan Orang Dewasa

Program secara umum diartikan suatu kegiatan bekajar ( kurikulum ) yang drancang oleh suatu lembaga ( institusi ) yang digunaan bagi peserta didik untuk mengikut kegiatan belajar sesuai dengan tujuan pendidikan (pembelajaran) yang ditetapkan.Misalnya program khusus menjahit bagi para peserta sesudah selesai mengikuti program untuk memasuki dunia kerja di industri konveksi atau mendirikan usaha sendiri seperti butik atau penjahitan (Rosyid, 2014).

Institusi atau lembaga yang menyusun program POD antara lain :
1.    Lembaga kursus
2.    Pusat pendidikan & pelatihan (balai latihan tenaga kerja atau BLK)
3.    Pusat kegiatan belajar (SKB)
4.    BPKB (Badan Pengembangan Kegiatan Belajar)
5.    BPPNFI (Badan Pengembangan Pendidikan Non Formal – Informal)
6.    Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
7.    Perguruan Tinggi (Program Pendidikan Ekstension)
8.    Pendidikan dan Pelatihan di Perusahaan atau Perkantoran (Rosyid, 2014).



III.PEMBAHASAN
  

3.1.  Artikel Mengenai Pengajaran Orang Dewasa

1.    Artikel 1
Judul Artikel   : Mengangkat Citra Penyuluh dengan Posluhdes
Diposkan oleh : www.kompasiana.com
Pada                : 24 November 2013

2.    Artikel 2
Judul Artikel   : Tanamkan Dasar-Dasar Pembelajaran Orang Dewasa
Diposkan Oleh            : http://www.pkh.komisiyudisial.go.id
Pada                : 28 November 2013

3.2.  Analisis Artikel

Artikel yang berjudul “Mengangkat citra penyuluh dengan Posluhdes” ini membahas mengenai perlunya meningkatkan citra para penyuluh yang sebagaimana telah diketahui bahwa akhir-akhir ini mengalami kemerosotan. Padahal, berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan orang dewasa sangat ditentukan oleh citra penyuluh tersebut. Seorang penyuluh (pendidik) seharusnya mampu mejadi seorang fasilitator, katalisator, dan dinamisator sehinga mampu menciptakan petani (peserta didik) yang berkualitas.

Artikel ini juga membahas mengenai upaya yang dapat dilakukan, tetapi masih belum banyak dilaksanakan, seperti mengoptimalkan eksistensi, peran dan fungsi dari pos penyuluhan desa (posluhdes). Berdasarkan informasi yang tersedia dalam artikel ini dapat diketahui bahwa peran dari posluhdes itu sendiri sangat penting demi memajukan pembangunan pertanian di pedesaan dan dapat digunakan sebagai tempat untuk pengembangan Jasa Konsultasi Agribisnis (JKA). Posluhdes ini pun juga dapat digunkan sebagai tempat pertemuan dan forum penyuluh dan petani sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengembangan para petani dan citra penyuluhnya.

Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa (POD) yang terdapat dalam artikel ini yaitu:
1.    Prinsip Kemitraan, yakni pada saat perlunya kemitraan (kerja sama) para penyuluh dalam meningkatkan kerja Posluhdes.
2.    Prinsip partisipasi, yakni diperlukan adanya partisipasi atau keikutsertaan dalam pembelajaran tersebut yang diberikan oleh para penyuluh sehingga tidak menjadi sia-sia.
3.    Prinsip manfaat, penyuluh harus mampu memberikan POD yang sesuai dengan kebutuhan para petani (peserta didik). Oleh karena itu,diperlukan peningkatan citra daripada penyuluh itu sendiri.

Sedangkan, pada artikel yang berjudul “Tanamkan dasar-dasar Pembelajaran Orang Dewasa”. Terdapat tiga prinsip yang digunakan yaitu prinsip pengalaman nyata, prinsip keswadayaan, dan prinsip kesinambungan.

Prinsip pengalaman nyata terdapat dalam kalimat “Sesering mungkin peserta TOT  juga diharapkan diterjunkan langsung memfasilitasi suatu acara pelatihan agar mendapatkan pengalaman sebagai fasilitator dalam waktu yang singkat dan sedini mungkin” Hal ini berarti kegiatan tersebut menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata.

Prinsip keswadayaan terdapat pada kalimat “Pembelajaran Orang Dewasa selama pelatihan TOT, peserta juga dituntut agar mampu berbicara dihadapan publik, merumuskan konsep materi dan mengemasnya menjadi pembelajaran yang efektif” Hal ini berarti peserta dilatih untuk mandiri dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

“Ini baru langkah awal namun pelatihan saat ini sifatnya sangat aplikatif jadi setelah peserta diberikan pelatihan tahap awal diharapkan mampu menjadi minimal moderator dalam suatu acara, dan kedepan mereka akan diberikan pelatihan yang bersifat substantif atau yang lebih berisi tentang hukum”Hal ini berarti terdapat kesinambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan materi yang akan dipelajari di masa yang akan datang.

Dari artikel tersebut, perbedaan antara pendidikan orang dewasa yang dilakukan di desa dan di kota adalah fokus pembahasannya. Pada pendidikan orang dewasa di kota lebih berfokus pada tenaga pendidiknya, sedangakan pada POD yang dilakukan dikota lebih berfokus pada perserta didiknya. Selain itu, terdapat perbedaan pada prinsip-prinsip yang digunakan. Pada POD yang diaakukan di pedesaan, prinsip yang digunakan adalah prinsip kemitraan, prinsip partisipasi, dan prinsip manfaat. Sedangkan pada POD yang dilakukan di kota, prinsip yang digunakan adalah prinsip pengalaman nyata, prinsip keswadayaan, dan prinsip kesinambungan.




IV.KESIMPULAN


Kesimpulan yang didapat dari penjelasan teori diatas adalah sebagai berikut :
1.    Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan
2.    Pendidikan orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan yang lain
3.    ,Perbedaan antara pendidikan orang dewasa yang dilakukan di desa dan di kota adalah pada fokus pembahasan dan prinsip yang digunakan.


  

DAFTAR PUSTAKA



Deni. 2011. Pendidikan Orang Dewasa. http://makalah-pendidikan-orang-dewasa.blogspot.co.id/2011/05/makalah-pendidikan-orang-dewasa.html Diakses pada 26 Oktober 2016 pukul 07.52 WIB

Rosyid, Mohammad. 2014. Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa. http://pgsdberbagi.blogspot.co.id/2014/01/makalah-andragogi-atau-pendidikan-orang.html Diakses pada 26 Oktober 2016 Pukul 07.50 WIB



LAMPIRAN


Artikel 1.


Mengangkat Citra Penyuluh dengan Posluhdes


Penyuluhan pertanian merupakan kegiatan merubah perilaku petani agar mereka mau dan mampu mengambil keputusan sendiri terkait dengan pengembangan usahataninya. Jika demikian, penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan, yaitu pendidikan non formal, dengan pendekatan pendidikan orang dewasa (Andragogy), dimana petani merupakan pusat belajar (Student center) dan penyuluh merupakan fasilitastor, katalisator dan dinamisator yang mampu menggali pengalaman, dan membangkitkan semangat petani untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik terkait dengan kegiatan usahataninya.

Keberhasilan proses pendidikan orang dewasa ditentukan oleh tiga faktor yaitu: pendidik (penyuluh), peserta didik (petani) serta interaksi yang maksimal diantara keduanya. Seorang pendidik (penyuluh) idealnya mampu dipercaya oleh peserta didiknya, memiliki integritas, kompetensi dan memiliki empati yang tinggi, sedangkan peserta didik (petani) sejatinya juga merupakan orang-orang yang berpikiran positif, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan responsif terhadap inovasi baru dalam bidang pertanian, serta mau mengeksplorasi pengalamannya.

Eksistensi penyuluh saat ini sedang menjadi sorotan, kinerja mereka dengan berbagai alasan dianggap merosot, seperti peran penyuluh kurang maksimal dalam membantu perencanaan tanam (sindonews.com, /2013/02/25/), penyuluh pertanian makin jarang ke sawah (kompas, 2011/09/28), dan petani jarang mendapat pembinaan dari penyuluh (atjehpost.com/2013/03/16). Sementara itu peran dan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian juga masih dipertanyakan (detik.com, 2009/03/21). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan strategi lain yang lebih baik agar citra penyuluh dan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan dapat meningkat.

Salah satu upaya yang belum banyak dilakukan oleh penyuluh dan instansi yang membidangi penyuluhan pertanian adalah mengoptimalkan eksistensi, peran dan fungsi Pos Penyuluhan Desa (Posluhdes). Posluhdes adalah unit kerja non struktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku utama dalam kegiatan penyuluhan di tingkat desa/kelurahan (Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanandan Kehutanan). Posluhdes merupakan ujung tombak pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian karena lokasinya berada di desa/kelurahan.

Posluhdes memiliki peran yang strategis untuk kemajuan pembangunan pertanian di pedesaan, peran tersebut diantaranya; Pertama, memudahkan penyuluh dalam menginventarisir permasalahan petani dilapangan, proses interaksi petani dengan penyuluh di Posluhdes akan berujung pada inventarisasi permasalahan petani oleh penyuluh, Posluhdes tidak hanya sebagai tempat bertemunya petani dan penyuluh, tapi di Posluhdes tersedia berbagai informasi tentang pertanian, seperti informasi dari media Sinar Tani, buku-buku pertanian, Folder, Leaflet, Brosur dan media penyuluhan lainnya, dengan adanya media tersebut pada umumnya petani akan mudah memberikan pertanyaan karena mereka akan memiliki sedikit gambaran tentang masalah yang dihadapinya.

Posluhdes juga dapat digunakan sebagai tempat untuk pengembangan Jasa Konsultasi Agribisnis (JKA). Selain itu, Posluhdes juga dapat dijadikan tempat pertemuan oleh petani dan kelompok tani serta penyuluh dalam penyusunan Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) yang kemudian dielaborasi dalam programa penyuluhan pertanian tingkat desa.

Kedua, Posluhdes dapat meningkatkan proses difusi teknologi bagi petani. Difusi teknologi pertanian yang efektif dan tepat guna bagi petani sangat penting untuk efektifitas dan peningkatan produksi komoditas pertanian yang diusahakannya. Teknologi baik hasil penelitian, percobaan yang dilakukan penyuluh dan petani telah banyak dilakukan, namun prosesnya seringkali menghadapi kendala karena berbagai alasan. Kendala-kendala yang dihadapi penyuluh terkait dengan percepatan difusi teknologi ke petani ini antara lain disebabkan oleh jarak ke pusat informasi (BPP di Kecamatan) yang jauh, kebiasaan petani yang lebih sering menerima informasi dari penyuluh, dan kurangnya intensitas kunjungan penyuluh ke petani serta berbagai kendala lainnya.

Keberadaan Posluhdes diharapkan dapat mengurangi kendala-kendala tersebut, karena di Posluhdes akan tersedia berbagai media informasi tentang pertanian, selain itu halaman Posluhdes juga bisa menjadi tempat percontohan (Demplot) bagi suatu teknologi untuk komoditas tertentu yang dapat dilihat dan dinilai oleh petani lainnya, dengan demikian proses difusi teknologi bagi petani akan berjalan lebih baik.

Ketiga, Posluhdes dapat meningkatkan peran dan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan. Posluhdes merupakan lembaga non struktural yang dibentuk dan dikelola berdasarkan partisipasi, keinginan dan kebutuhan petani. Dalam konteks ini peran dan partsipasi petani memegang peranan yang penting, karena meraka dituntut untuk menumbuhkembangkan posluhdes agar berfungsi sebagai mana mestinya.

Penyuluh pertanian selaku mitra petani juga dituntut untuk lebih memotivasi dan melibatkan diri dalam kegiatan penumbuhkembangan posluhdes. Jika penyuluh melaksanakan proses ini denga baik, maka kepercayaan petani kepada penyuluh dapat tumbuh. Stephen P Robbins dan Timothy A Judge dalam buku Perilaku Organisasi mengatakan bahwa kepercayaan dibangun sedikit demi sedikit dan terakumulasi seiring dengan berjalannya waktu.

Keempat, Posluhdes dapat berfungsi sebagai tempat pertemuan dan forum penyuluhan perdesaan. Kegiatan penyuluhan tidak hanya melibatkan petani dan penyuluh, tapi kesuksesannya juga tergantung dari sejauhmana partisipasi aparat desa dan masyarakat dalam mendukung kegiatan tersebut. Keberadaan posluhdes dapat mengakomodasi pertemuan ke empat komponen tersebut (petani, penyuluh, aparat desa dan masyarakat) oleh karena itu, koordinasi baik dalam pra perencanaan, perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi kegiatan posluhdes dan penyuluhan secara umum semestinya tidak an sich melibatkan petani, tetapi juga melibatkan aparat desa dan masyarakat.
Mengingat Pentingnya peran Posluhdes, maka diperlukan suatu langkah yang strategis agar Posluhdes dapat tumbuh dan berkembang, tidak sekedar simbol dan tidak berfungsi semestinya. Beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh penyuluh dalam menumbuhkembangkan posluhdes antara lain:

Pertama, koordinasi vertikal dengan pemilik kebijakan penyuluhan ditingkat kecamatan dan kabupaten. Untuk membangun sebuah posluhdes yang berhasil, wacana dan keinginan penyuluh dan petani harus di komunikasikan dengan pemilik kebijakan penyuluhan pertanian di kecamatan dan kabupaten, dukungan mereka sangat penting untuk kemudahan jalannya peran posluhdes dimasa yang akan datang.

Kedua, Koordinasi dengan aparat desa, petani dan tokoh masyarakat setempat, lokasi posluhdes berada di desa, dan lokasi posluhdes yang baik sejatinya berada diwilayah sentral suatu desa, yang mudah diakses oleh seluruh petani, dalam konteks ini, peran desa sangat penting untuk memberikan fasilitasi lokasi posluhdes, selain itu dukungan petani dan tokoh masyarakat juga akan memudahkan terbangunnnya suatu posluhdes.

Ketiga, posluhdes yang berhasil harus direncanakan dengan matang, perencanaan yang baik merupakan sebagian dari keberhasilan. Gagal dalam merencanakan berarti merencanakan kegagalan, proses perencanaan dalam penumbuhan posluhdes diantaranya terkait dengan lokasi, inventarisir kebutuhan posluhdes, kegiatan yang mungkin dilaksanakan dan hambatan-hambatan yang mungkin timbul berikut tindaklanjutnya.

Keempat, posluhdes harus memiliki organisasi, organisasi disusun berdasarkan kesepakatan petani melalui musyawarah yang difasilitasi oleh aparat desa, penyuluh dan aparat kecamatan jika diperlukan. Susunan organisasi posluhdes terdiri dari bidang-bidang yang menangani kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi posluhdes secara umum terdiri dari pimpinan posluhdes, sekretaris, bendahara dan penanggungjawab kegiatan, dimana pimpinan posluhdes berfungsi sebagai penghubung antar kelembagaan, dan pimpinan posluhdes alangkah baiknya adalah seorang penyuluh swadaya.
Kelima, Penyuluh bersama dengan pimpinan posluhdes mengarahkan kegiatan-kegiatan terkait dengan penumbuhkembangan posluhdes agar tidak melenceng dari perencanaan yang telah ditetapkan, hal ini sangat penting agar posluhdes dapat berperan secara optimal dan bermanfaat bagi petani dan penyuluh itu sendiri.

Keenam, peran dan fungsi posluhdes juga harus dievaluasi apakah benar-bernar memiliki manfaat dan fungsinya berjalan dengan baik?Apakah berdampak bagi kemajuan pertanian didesa? dan hambatan-hambatan apa yang harus diselesaikan? Serta bagaimana tindak lanjut yang diupayakan? agar posluhdes tersebut lebih berkembang.Selain itu hal yang tak kalah penting yang juga harus di perhatikan adalah semangat penyuluh untuk melakukan perubahan bagi pembangunan di wilayah binaan harus tetap terjaga, didasari dengan niat tulus membangun petani dan pertanian.

Posluhdes merupakan suatu lembaga atau unit kerja yang diamanahkan dalam Undang-undang, sebuah amanah wajib ditunaikan. Penyuluh dan pemangku kebiajakan penyuluhan berkewajiban untuk mengoptimalkan peran posluhdes. Dengan demikiann permasalahan-permasalahan yang kini dihadapi, terkait dengan penyuluhan dan pembangunan pertanian dapat berkurang. Penumbuhkembangan Posluhdes kedepan mungkin saja menjadi indikator penilaian kinerja penyuluh agar lebih profesional.

Penyuluh, pemilik kebijakan dalam penyuluhan serta petani, semestinya tidak berhenti dalam mengembangkan inovasi dibidang penyuluhan, karena perubahan dan dinamika pembangunan pertanian senantiasa berubah, maka diperlukan gagasan, inovasi dan tindakan riil agar pertanian di negeri lebih maju dan menyejahterakan petani.



Artikel 2


Tanamkan Dasar-Dasar Pembelajaran Orang Dewasa


Bogor (Komisi Yudisial) – Pelatihan Training of Trainer (TOT) yang diselenggarakan selama 3 hari, sejak 31 Oktober s/d 2 November 2013 oleh Biro Rekrutmen, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim, diharapkan mampu diterapkan oleh pesertanya, terutama apabila peserta telah mulai ditugaskan sebagai fasilitator pelatihan. Sesering mungkin peserta TOT  juga diharapkan diterjunkan langsung memfasilitasi suatu acara pelatihan agar mendapatkan pengalaman sebagai fasilitator dalam waktu yang singkat dan sedini mungkin dengan mengusung model Pembelajaran Orang Dewasa selama pelatihan TOT, peserta juga dituntut agar mampu berbicara dihadapan publik, merumuskan konsep materi dan mengemasnya menjadi pembelajaran yang efektif.

Menjadi fasilitator pelatihan adalah tantangan besar yang membawa semangat besar bagi peserta yang mengikuti pelatihan TOT. Semangat dan nilai positif yang ditanamkan oleh Trainer serta dukungan dari Kesekjenan membuat peserta TOT tak sedikitpun beranjak meninggalkan area pelatihan, mereka menyerap materi hingga tuntas sampai akhir acara.

Dengan mengusung model Pembelajaran Orang Dewasa, Bagus Takwin, Nurlyta Hafiyah, Alfin, dan ade, merupakan para trainer yang tergabung dalam Tim Fasilitator TOT KY, mereka adalah para Psikolog yang merancang tiap sesi pelatihan, agar berlangsung sebaik mungkin dan sefektif mungkin, sehingga ilmu yang diberikan dapat secara praktis di terapkan oleh peserta TOT kedepan.

Menurut Bagus selaku leader Tim TOT KY, dirinya dan Tim hanya menyiapkan rancangan dasar-dasar pembelajaran untuk menjadi seorang fasiltator, selanjutnya model TOT merupakan Pembelajaran Orang Dewasa yang aktif. “Dalam pelatihan ini kita siapkan peserta agar mampu menjadi fasilitator yang baik, tapi tidak mengajarkan substansi materi yang akan mereka sampaikan atau memfasilitasi pelatihan tematik hukum, namun pembelajaran TOT yang singkat ini mengusung model Pembelajaran Orang Dewasa yang aktif, dan interaktif”, terang Bagus.

Mengingat terdapat perbedaan latar belakang pendidikan peserta TOT, karena meskipun core business dari KY yang notabene adalah hukum, hal tersebut menurut Bagus tidak menjadi halangan, karena modal utama dari menjadi seorang fasilitator adalah kemampuan dan kemauan dalam membantu orang untuk belajar. “Kata kunci untuk menjadi seorang fasilitator yang baik adalah mau membantu orang untuk belajar, nah apapun topik belajarnya asal ada kesenangan dan kemauan serta belajar teknik-teknik menjadi seorang fasilitator, saya rasa hal tersebut tidak akan menjadi hambatan”, ungkap Psikolog Universitas Indonesia ini.

Namun semua ini barulah langkah awal dari menjadi fasilitator pelatihan yang akan digagas oleh KY kedepan, karena akan ada tahapan berkelanjutan mengenai pelatihan tematik yang terkait erat dengan substansi materi hukum tentunya.  Untuk itu, Heru Purnomo, Kepala Biro Rekrutmen, Adovkasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim dan juga selaku penanggung jawab acara pelatihan TOT, mengaku telah menyiapkan konsep kedepan bagi peserta TOT yang dinyatakan lulus dan menerima sertifikat Fasilitator tahap I.

Menurut Heru bahwasannya terdapat dua tahapan pelatihan TOT, dan kedepan peserta TOT akan dibekali dengan pelatihan yang bersifat subtantif. “Ini baru langkah awal namun pelatihan saat ini sifatnya sangat aplikatif jadi setelah peserta diberikan pelatihan tahap awal diharapkan mampu menjadi minimal moderator dalam suatu acara, dan kedepan mereka akan diberikan pelatihan yang bersifat substantif atau yang lebih berisi tentang hukum”, terangnya.

Adapun target dari pelatihan TOT Heru mengatakan bahwa pelatihan ini umumnya adalah untuk fasilitator program dan kegiatan KY. “Umumnya kita menyediakan pelatihan ini untuk fasilitator semua program kegiatan KY, jadi diharapkan bila KY mengadakan kegiatan maka menggunakan SDM yang telah dilatih saat ini, namun tidak menutup kemungkinan bila kedepan KY mengadakan pelatihan bagi Cakim dan Hakim, KY juga mampu menyediakan fasilitator yang telah sangat cakap dibidangnya, terutama yang telah dinyatakan lulus di tahap ke 2, atau tingkat advance”, Ujar Heru.

Langkah yang dikerjakan oleh bidang Peningkatan Kapasitas Hakim merupakan komitmen yang tegas dalam menjalankan kewenangan seperti yang dicantumkan pada Undang-Undang Nomor 18, Tahun 2011, tentang perubahan Undang-Undang Nomor 22, Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial, terdapat pada Pasal 20 ayat (2), yang menyatakan bahwa KY mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim.

Dalam hal peningkatan kapasitas dalam kaitannya dengan peningkatan secara keilmuan, maka dibutuhkan seorang Fasilitator yang baik dan handal, Hal tersebut tidak hanya dalam menyelenggarakan dan memfasilitasi setiap program dan kegiatan saja, bahkan sampai dengan mengemas keilmuan dalam sebuah pelatihan tematik yang dijalankan oleh Lembaga KY kedepan, sehingga diharapkan sebuah pelatihan tersebut akan dapat berjalan secara optimal dan lancar

0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Total Pageviews

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Buku Tugas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com