Tugas dan artikel

Wednesday, June 17, 2020

PENGENALAN STRUKTUR TUBUH SERANGGA

Tugas   : Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Oleh     : Ishmah Nurhidayati

Jurusan Agrbisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2016. 



I.PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
  
Hama dalam artian luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya dimana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama. Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama.

Terdapat dua konsep berbeda terkait serangga dan hama, yaitu serangga hama dan hama serangga. Serangga hama merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut serangga-serangga yang berpotensi sebagai hama. Serangga-serangga ini memiliki aktivitas yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian dalam suatu agroekosistem, baik karena aktivitasnya merusak secara langsung misalnya serangga herbivor ataupun secara tidak langsung misalnya serangga vektor penyakit. Sementara hama serangga adalah istilah yang digunakan untuk populasi serangga yang telah menjadi hama dalam suatu agroekosistem. Keberadaan populasi serangga ini dianggap telah menimbulkan kerugian dalam agroekosistem. Jadi dapat dikatakan bahwa hama serangga adalah serangga-serangga hama yang populasinya terlalu besar sehingga menimbulkan kerugian.


1.2.  Tujuan Praktikum
  
Tujuan Penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengenali bentuk umum serangga sebagai salah satu organism hama yang terpenting
2.    Mengenali perbedaan struktur alat mulut serangga




II. METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1.  Bahan dan Alat


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pensil, pulpen, kertas dan cawan.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tubuh serangga (belalang) yang sudah diawetkan.


2.2.  Prosedur Kerja


Pada praktikum ini, prosedur kerja yang digunakan yaitu:
1.    Mencatat bagian-bagian tubuh serangga.
2.    Mengamati bagian-bagian tubuh serangga yang sudah diawetkan.
.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1.  Tabel pengamatan


Nama Serangga: Belalang
Nama Ilmiah     : Valanga nigricornis
Ordo                 : Orthoptera






  






3.2.  Pembahasan


3.2.1. Klasifikasi Belalang


Belalang merupakan serangga (insecta) pemakan tumbuhan (herbivora) yang berasal dari  ordo  orthoptera atau serangga bersayap lurus. Berikut ini adalah klasifikasi belalang (Valanga nigricornis).
Kingdom  : Animalia
Filum        : Artropoda
Kelas        : Insecta
Ordo         : Orthoptera
Subordo   : Caelifera
Family      : Acrididae
Genus       : Valanga
Spesies     : Valanga nigricornis(Johny, 2011)


3.2.2. Pengertian Artopoda


Artropoda memiliki nama lain yaitu hewan berbuku-buku. Artropoda bisa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan di udara. Artropoda bisa menjadi parasit. Filum Artropoda memiliki spesies yang paling besar, yaitu 75% dari seluruh hewan yang ada di seluruh dunia. Arthropoda berasal dari bahasa latin: Arthra artinya ruas, buku, segmen, dan Podos artinya kaki yang berarti merupakan hewan yang memiliki kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Tubuh Arthropoda merupakan simetri bilateral dan tripoblastik selomata. Ciri-Ciri Arthropoda:

1.      Memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu tubuh bersegmen (ruas), rangka luar (eksoskeleton) yang keras, dan ekor.
2.      Tubuh dibungkus oleh kutikula sebagai rangka luar yang terbuat dari protein dan kitin.
3.      Esoskleten bersifat kaku dan keras dan dapat mengalami pergantian pada kurun waktu tertentu yang disebut eksidisis
4.      Ukuran tubuh bervariasi
5.      Bentuk tubuh simetris bilateral.
6.      Sifat hidup: parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas.
7.      Alat pernapasan: Trakea, insang, dan paru-paru (berbuku)
8.      Alat pencernaan lengkap (mulut, kerongkongan, usus, dan anus)
9.      Bereproduksi secara seksual dan aseksual.
10.  Sistem saraf berupa tangga tali dan alat peraba berupa antenna
11.  Hidup di darat, air tawar dan laut.
12.  Sistem peredaran darah terbuka, darah tidak memilikik hemoglobin (Prihantoro, 2014).


3.2.3. Ciri-ciri serangga


Semua serangga memiliki perut yang terdiri dari sebelas segmen (sering berkurang jumlahnya di banyak spesies serangga), namun pada Protura memiliki dua belas segmen , dan Collembola hanya enam segmen (kadang-kadang hanya empat). Pelengkap pada bagian perut yang sangat berkurang, terbatas pada alat kelamin eksternal dan kadang-kadang sepasang cerci sensorik pada segmen terakhir.Insekta memiliki beberapa ciri antara lain:
a.    Tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan abodemen (perut).
b.    Memiliki sepasang kaki pada setiap segmen toraks, sehingga jumlah kakinya tiga pasang dan berfungsi untuk berjalan .
c.    Kebanyakan insekta memiliki sayap pada segmen kedua dan segmen ketiga di daerah dada, pada jenis lain sayapnya tereduksi bahkan ada yang tidak memiliki sayap.
d.   Makanan insekta ada yang berupa sisa organisme lain, ada yang hidup sebagai parasit dalam tubuh (tumbuhan, hewan bahkan manusia), serta bersimbiosis dengan organisme lain.
e.    Alat pernapasan insekta berupa trakea.
f.     Alat ekresi berupa tubulus malpighi yang terletak melekat pada bagian posterior saluran pencernaan .
g.    Sistem sirkulasinya terbuka.
h.    Organ kelamin insekta berumah dua artinya insekta jantan dan insekta betina terpisah, alat kelaminnya terletak pada segmen terakhir dari abodemen .
i.      Fertilasi terjadi secara internal.
j.      .Insekta mengalami ekdisis pada tahap tertentu selama perkembangan hidupnya (Mulyadi, 2014).


3.2.4. Bagian-bagian Serangga (Belalang)


A.  Kepala
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada kepala terdapat alat mulut antara, mata majemuk dan mata tunggal (oselus). (Afarat, 2014)

B.  Antena
Serangga mempunyai sepasang antena yang terletak pada kepala dan biasanya tampak seperti “benang” memanjang. Antena merupakan organ penerima rangsangan seperti bau, rasa, raba dan panas. Pada dasarnya, antena serangga terdiri atas tiga ruas. Ruas dasar disebut scape. Scape ini masuk kedalam daerah yang menyelaput (membraneur) pada kepala. Ruas kedua dinamakan pedisel dan ruas berikutnya secara keseluruhan dinamakan flagela (tunggal) = flagellum (Afarat, 2014).

C. Mata
Serangga dewasa memiliki dua jenis mata, yaitu mata tunggal dan mata majemuk. Mata tunggal dinamakan osellus. Mata tunggal dapat dijumpai pada larva. Nimfa maupun pada serangga dewasa. Mata majumuk dijumpai pada serangga dewasa dan biasanya berjumlah sepasang, dengan letak pada masing – masing sisi kepala dan posisinya sedikit menonjol keluar, sehingga mata majemuk ini mampu menampung semua pandangan dari berbagai arah. Mata majemuk atau mata faset, terdiri atas sejumlah (bisa sampai beberapa ribu) satuan – satuan yang dinamakan ommatidia.Ragam dari mata majemuk adalah dalam bentuk ukuran dan banyak fasetnya. Sebagai contoh, capung (Ordo odonata) mempunyai mata majemuk yang berukuran besar serta memiliki banyak faset (Afarat, 2014).

D. Alat Mulut
Serangga berhasil menyesuaikan diri pada hampir semua jenis lingkungan, yang dicapai dengan sejumlah modifikasi bagian – bagian tubuhnya. Salah satu modifikasi tersebut berkaitan dengan alat mulutnya. Jenis alat mulut serangga menentukan jenis makanan dan semacam kerusakan yang ditumbulkannya. Bagian – bagian alat mulut serangga secara umum terdiri atas sebuah labrum, sepasang mandibel, sepasang maksila, dan sebuah labium serta hipofaring.Pada dasarnya alat mulut serangga dapat digolongkan menjadi :
a.    Menggigit- mengunyah, seperti pada ordo Orthoptera, Coleoptera, Isoptera, dan larva atau ulat.
b.    Menusuk-mengisap, seperti pada ordo Homoptera dan Hemiptera.
c.    Mengisap, seperti pada ordo Lepidoptera (imagonya).
d.   Menjilat-mengisap, seperti pada ordo Diptera (Afarat, 2014).
  
E.  Tungkai

Tungkai atau kaki merupakan salah satu embelan pada toraks serangga selain sayap. Tungkai serangga terdiri atas beberapa ruas (segmen). Ruas pertama disebut koksa (coxa) merupakan bagian yang melekat langsung pada toraks. Ruas kedua disebut trokhanter (trochanter), berukuran lebih pendek dari pada koksa dan sebagian bersatu dengan ruas ketiga. Ruas ketiga disebut femur merupakan ruas yang terbesar. Selanjutnya, ruas keempat disebut fibia, biasanya lebih ramping tetapi kira – kira sama ratanya panjangnya dengan femur. Pada bagian ujung fibia ini biasanya terdapat duri – duri atau taji. Ruas terakhir disebut tarsus – tarsus ini biasanya terdiri atas 1 sampai 5 ruas. Diujung ruas terakhir tarsus terdapat pretarsus yang terdiri dari sepasang kuku tarsus. Kuku tarsus ini disebut claw. Diantara kuku tersebut terdapat struktur seperti bantalan yang disebut arolium (Afarat, 2014).

F. Sayap

Serangga merupakan satu – satunya binatang inverbrata yang memiliki sayap. Adanya sayap memungkinkan serangga dapat lebih cepat menyebar (mobilitas) dari suatu tempat ketempat lain dan menghindar dari bahaya yang mengancamnya (Afarat, 2014).

Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian meso dan metoraksi. Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan bawah yang terbuat dari bahan khitin tipis. Bagian – bagian tertentu dari sayap yang tampak sebagai garis tebal disebut  pembuluh yang atau rangka sayap pembuluh atau rangka sayap memanjang disebut rangka sayap membujur (longitudinal) dan yang melintang disebut rangka sayap melintang. Sedangkan, bagian atau daerah yang dikelilingi pembuluh atau rangka sayap disebut sel (Afarat, 2014).

Sayap serangga terletak pada mesotoraks, apabila serangga memiliki dua pasang sayap. Jika serangga hanya memiliki satu sayap, maka sayap tersebut terletak pada mesotoraks dan pada metatoraks terdapat sepasang halter. Halter ini berfungsi sebagai alat keseimbangan pada saat serangga tersebut terbang (Afarat, 2014).

G. Abdomen
Abdomen pada serangga primitif  tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh bagian seperti Selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak sama. Pada serangga primitif (belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah 12. Perkembangan evolusi serangga menunjukkan adanya tanda – tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan banyaknya ruas abdomen (Afarat, 2014).

Sebagian besar ruas abdomen tampak jelas terbagi menjadi tergum (bagian atas) dan sternum (bagian bawah), sedangkan pleuron (bagian tengah) tidak tampak, sebab sebagian bersatu dengan tergum. Perbedaan kelamin jantan dan betina dapat dilihat jelas pada bagian abdomen ini. Pada abdomen serangga betina terdapat 10 ruas tergum dan 8 ruas sternum, sedangkan pada serangga jantan terdapat 10 ruas tergum dan 9 ruas sternum. Ruad ke-11 abdomen pada belalang betina tinggal berupa pelat dorsal berbentuk segitiga yang dinamakan epiprok dan sepasang pelat lateroventral yang dinamakan paraprok. Di antara ujung – ujung epiprok dan paraprok terdapat lubang anus. Tergum ruas ke-11 memiliki sepasang embelan yang dinamakan cerci (tunggal : cercus). Pada serangga betina embelan – embelan termodifikasi pada ruas abdomen kedelapan dan kesembilan membentuk ovipositor (alat peletakkan telur) di mana terdiri atas dua pasang katub yang dinamakan valvifer dan selanjutnya menyandang  valvulae (sepasang pada ruas kedelapan dan dua pasang pada ruas kesembilan). Alat kopulasi pada serangga jantan biasanya terdapat pada ruas abdomen kesembilan (Afarat, 2014).

Pada kedua sisi ruas abdomen pertama terdapat lubang yang cukup besar dan tertutup oleh selaput tipis yang disebut timpanum (alat pendengaran pada belalang). Spirakel (lubang pernapasan) pada abdomen terletak di depan timpanum, dan spirakel lainnya terletak pada ruas abdomen kedua sampai kedelapan pada sebelah bawah dari tergum. Pada serangga betina yang mempunyai ovipositor, struktur dari alat ini sangat beragam, tergantung dari telur – telur yang akan diletakkan (Afarat, 2014).


3.2.5. Morfologi Serangga


Tubuh insect dibagi atas 3 bagian yaitu kepala, dada dan abdomen. Toraks terdiri dari 3 segmen yang jelas, masing-masing mempunyai sepasang kaki. Jadi insect adalah hewan berkaki enam. Sebagian besar dari insect, jika dewasa, juga mempunyai satu atau dua pasang sayap pada toraks. Mereka mempunyai sepasang antenna di kepala. Pertukaran gas dilakukan dengan suatu system pipa trakea, yang menembus ke setiap bagian tubuh. Anggota tubuh yang bersegmen, bercakar, berpasangan tidak hanya dipergunakan untuk lokomosi, tetapi juga untuk pencernaaan makanan (Afarat, 2014).

Tiga segmen yang meliputi toraks terdiri dari anterior, prothorax, mempunyai dorsal lebar (pronotum). Pada segment yang tengah, mesothorax dan posterior, beerukuran kecil. Pada mesothorax dan metathorax masing-maasing terdapt sayap. Pada 3 bagian thorax terdapat kaki, yang masing-masing kaki terdiri dari bagian longitudinal (Afarat, 2014).

Toraks terdiri dari 3 segmen yang jelas, masing- masing mempunyai sepasang kaki. Jadi insecta adalah hewan berkaki enam. Sebagian besar dari insecta, jika dewasa, juga mempunyai satu atau dua pasang sayap pada toraks. Dan pada insecta mempunyai sepasang antenna (Afarat, 2014).

Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk pengumpulan makanan dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sklerit. Sklerit-sklerit ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura yang tampak sebagai alur. Kutikula pada kepala mengalami penonjolan ke arah dalam, membentuk rangka kepala bagian dalam, yang disebut tentorium. Pada kepala terdapat dua organ penerima rangsang yang tampak jelas yaitu mata tunggal dan antena. Mata terdiri dari dua jenis mata majemuk dan tunggal (Afarat, 2014).

Sepasang antena terdapat pada salah satu ruas kepala di atas mulut yang dapat digerak-gerakkan. Antena merupakan alat penting yang berfungsi sebagai alat perasa dan alat pencium. Ruas pertama antena yang disebut skapus melekat pada kepala. Ruas kedua disebut pedisel dan ruas-ruas berikutnya secara keseluruhan disebut flagellum (Afarat, 2014).


3.2.6. Perbedaan Mandibulata dan Haustelata


A.       Tipe Mulut Menggigit-Mengunyah(Mandibulata)

Terdiri dari sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai penyobek. Makanan disobek kemudian dikunyah lalu ditelan. Serta struktural alat makan jenis ini terdiri dari :
1.   Labrum, fungsinya untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut.
2.   Efifaring, fungsinya sebagai pengecap.
3.   Mandibel, fungsinya untuk mengunyah, memotong dan melunakkan makanan
4.   Maksila, alat bantu untuk mengambil makanan.
5.   Labium, fungsinya untuk menutup/membuka mulut (Rahman, 2013)

Gejala serangannya , ditemukan bagian tanaman yang hilang, oleh sebab dimakan, digerek atau digorok. Contoh : ordo ortoptera, yaitu belalang (Rahman, 2013).


B.       Tipe Mulut Menusuk-Menghisap(Haustelata)

Gejala serangan pada bagian tanaman akan ditemukan bekas tusukan silet yang akan menyebabkan terjadinya perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian tanaman yang diserang.Contoh : ordo hemiptera, yaitu kepik. Kepik mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara (Heteroptera). Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet. Ada empat stilet yang sangat runcing, berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah (Enggal, 2014).

  

IV. KESIMPULAN


Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Tubuh insect dibagi atas 3 bagian yaitu kepala, dada dan abdomen.
2.  Gejala serangan serangga bertipe mulut Mandibulata ditemukan bagian tanaman yang hilang, oleh sebab dimakan, digerek atau digorok. Sedangkan tanaman yang diserang oleh serangga bertipe mulut haustelata akan ditemukan bekas tusukan silet yang akan menyebabkan terjadinya perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian tanaman yang diserang



DAFTAR PUSTAKA

  
Afarat, Pandu. 2014. Struktur Tubuh Belalang. http://sucubus-scabier.blogspot.co.id/2014/03/struktur-tubuh-belalang-anatomi-tubuh.html Diakses pada 27 Oktober 2016 Pukul 05.33 WIB

Enggal. 2014. Deskripsi Serangga Bertipe Mulut Haustelata dan Mandibulata. https://enggal1995.wordpress.com/2014/12/31/deskripsi-serangga-bertipe-mulut-haustelata-dan-mandibulata/. Diakses pada 27 Oktober 2016 Pukul 05.48 WIB

Johny. 2011. Klasifikasi Belalang. http://pintarsains.blogspot.co.id/2011/06/ klasifikasi-belalang-dissosteira.html Diakses pada 26 Oktober 2016 pukul 20.25 WIB

Mulyadi, Tedi. 2014. Ciri-ciri Umum Serangga. http://budisma.net/2014/12/ciri-ciri-umum-serangga-insekta.html Diakses pada 27 Oktober 2016 pukul 05.08 WIB.

Prihantoro, Taufan. 2014. Pengertian, Ciri-ciri, dan Klasifikasi Artropoda. http://taufan-web.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-ciri-ciri-dan-klasifikasi.html Diakses pada 27 Oktober 2016 pukul 05.03 WIB.

Rahman, Edi. 2013. Tipe Mulut Serangga. https://cabeping.wordpress.com /2013/05/28 tipe-mulut-serangga/ Diakses pada 27 Oktober 2015 Pukul 05.47 WIB.



0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Total Pageviews

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Buku Tugas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com