Tugas : Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Oleh : Ishmah Nurhidayati
Artropoda memiliki nama lain yaitu hewan berbuku-buku.
Artropoda bisa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan di udara. Artropoda
bisa menjadi parasit. Filum Artropoda memiliki spesies yang paling besar, yaitu
75% dari seluruh hewan yang ada di seluruh dunia. Arthropoda berasal dari
bahasa latin: Arthra artinya ruas, buku, segmen, dan Podos artinya
kaki yang berarti merupakan hewan yang memiliki kaki beruas, berbuku, atau
bersegmen. Tubuh Arthropoda merupakan simetri bilateral dan tripoblastik
selomata. Ciri-Ciri Arthropoda:
Oleh : Ishmah Nurhidayati
Jurusan Agrbisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2016.
I.PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hama dalam artian luas
adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman. Pengertian
hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah
semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya dimana aktivitas hidupnya ini
dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Adanya suatu hewan dalam suatu
pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
ini belum termasuk hama. Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya
perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring).
Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga,
tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut
menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama.
Terdapat dua konsep
berbeda terkait serangga dan hama, yaitu serangga hama dan hama serangga.
Serangga hama merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut serangga-serangga
yang berpotensi sebagai hama. Serangga-serangga ini memiliki aktivitas yang
berpotensi untuk menimbulkan kerugian dalam suatu agroekosistem, baik karena
aktivitasnya merusak secara langsung misalnya serangga herbivor ataupun secara
tidak langsung misalnya serangga vektor penyakit. Sementara hama serangga
adalah istilah yang digunakan untuk populasi serangga yang telah menjadi hama
dalam suatu agroekosistem. Keberadaan populasi serangga ini dianggap telah
menimbulkan kerugian dalam agroekosistem. Jadi dapat dikatakan bahwa hama
serangga adalah serangga-serangga hama yang populasinya terlalu besar sehingga
menimbulkan kerugian.
1.2.
Tujuan
Praktikum
Tujuan
Penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengenali bentuk umum serangga sebagai salah satu organism hama yang terpenting
2.
Mengenali
perbedaan struktur alat mulut serangga
II. METODOLOGI
PRAKTIKUM
2.1.
Bahan dan Alat
Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah pensil, pulpen, kertas dan cawan.
Sedangkan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah tubuh serangga (belalang) yang sudah
diawetkan.
2.2.
Prosedur Kerja
Pada praktikum
ini, prosedur kerja yang digunakan yaitu:
1.
Mencatat
bagian-bagian tubuh serangga.
2.
Mengamati
bagian-bagian tubuh serangga yang sudah diawetkan.
.
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1.
Tabel
pengamatan
Nama
Serangga: Belalang
Nama
Ilmiah : Valanga nigricornis
Ordo : Orthoptera
|
|
3.2.
Pembahasan
3.2.1.
Klasifikasi
Belalang
Belalang
merupakan serangga (insecta) pemakan tumbuhan (herbivora) yang berasal
dari ordo orthoptera atau serangga bersayap lurus. Berikut ini
adalah klasifikasi belalang (Valanga nigricornis).
Kingdom : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Subordo : Caelifera
Family : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nigricornis(Johny, 2011)
3.2.2.
Pengertian
Artopoda
Artropoda memiliki nama lain yaitu hewan berbuku-buku.
Artropoda bisa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan di udara. Artropoda
bisa menjadi parasit. Filum Artropoda memiliki spesies yang paling besar, yaitu
75% dari seluruh hewan yang ada di seluruh dunia. Arthropoda berasal dari
bahasa latin: Arthra artinya ruas, buku, segmen, dan Podos artinya
kaki yang berarti merupakan hewan yang memiliki kaki beruas, berbuku, atau
bersegmen. Tubuh Arthropoda merupakan simetri bilateral dan tripoblastik
selomata. Ciri-Ciri Arthropoda:
1.
Memiliki
3 bagian tubuh utama yaitu tubuh bersegmen (ruas), rangka luar (eksoskeleton)
yang keras, dan ekor.
2.
Tubuh
dibungkus oleh kutikula sebagai rangka luar yang terbuat dari protein dan
kitin.
3.
Esoskleten
bersifat kaku dan keras dan dapat mengalami pergantian pada kurun waktu
tertentu yang disebut eksidisis
4.
Ukuran
tubuh bervariasi
5.
Bentuk
tubuh simetris bilateral.
6.
Sifat
hidup: parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas.
7.
Alat
pernapasan: Trakea, insang, dan paru-paru (berbuku)
8.
Alat
pencernaan lengkap (mulut, kerongkongan, usus, dan anus)
9.
Bereproduksi
secara seksual dan aseksual.
10.
Sistem
saraf berupa tangga tali dan alat peraba berupa antenna
11.
Hidup
di darat, air tawar dan laut.
12.
Sistem
peredaran darah terbuka, darah tidak memilikik hemoglobin (Prihantoro, 2014).
3.2.3.
Ciri-ciri
serangga
Semua serangga
memiliki perut yang terdiri dari sebelas segmen (sering berkurang jumlahnya di
banyak spesies serangga), namun pada Protura memiliki dua belas segmen , dan
Collembola hanya enam segmen (kadang-kadang hanya empat). Pelengkap pada
bagian perut yang sangat berkurang, terbatas pada alat kelamin eksternal dan
kadang-kadang sepasang cerci sensorik pada segmen terakhir.Insekta memiliki
beberapa ciri antara lain:
a. Tubuh terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan abodemen (perut).
b. Memiliki sepasang kaki pada setiap
segmen toraks, sehingga jumlah kakinya tiga pasang dan berfungsi untuk berjalan
.
c. Kebanyakan insekta memiliki sayap
pada segmen kedua dan segmen ketiga di daerah dada, pada jenis lain sayapnya
tereduksi bahkan ada yang tidak memiliki sayap.
d. Makanan insekta ada yang berupa sisa
organisme lain, ada yang hidup sebagai parasit dalam tubuh (tumbuhan, hewan
bahkan manusia), serta bersimbiosis dengan organisme lain.
e. Alat pernapasan insekta berupa
trakea.
f. Alat ekresi berupa tubulus malpighi
yang terletak melekat pada bagian posterior saluran pencernaan .
g. Sistem sirkulasinya terbuka.
h. Organ kelamin insekta berumah dua
artinya insekta jantan dan insekta betina terpisah, alat kelaminnya terletak
pada segmen terakhir dari abodemen .
i. Fertilasi terjadi secara internal.
j.
.Insekta mengalami ekdisis pada tahap tertentu selama
perkembangan hidupnya (Mulyadi, 2014).
3.2.4.
Bagian-bagian
Serangga (Belalang)
A. Kepala
Bentuk umum kepala serangga berupa
struktur seperti kotak. Pada kepala terdapat alat mulut antara, mata majemuk
dan mata tunggal (oselus). (Afarat, 2014)
B. Antena
Serangga mempunyai sepasang antena
yang terletak pada kepala dan biasanya tampak seperti “benang” memanjang.
Antena merupakan organ penerima rangsangan seperti bau, rasa, raba dan panas.
Pada dasarnya, antena serangga terdiri atas tiga ruas. Ruas dasar disebut
scape. Scape ini masuk kedalam daerah yang menyelaput (membraneur) pada kepala.
Ruas kedua dinamakan pedisel dan ruas berikutnya secara keseluruhan dinamakan
flagela (tunggal) = flagellum (Afarat, 2014).
C. Mata
Serangga dewasa memiliki dua jenis
mata, yaitu mata tunggal dan mata majemuk. Mata tunggal dinamakan osellus. Mata
tunggal dapat dijumpai pada larva. Nimfa maupun pada serangga dewasa. Mata
majumuk dijumpai pada serangga dewasa dan biasanya berjumlah sepasang, dengan
letak pada masing – masing sisi kepala dan posisinya sedikit menonjol keluar,
sehingga mata majemuk ini mampu menampung semua pandangan dari berbagai arah.
Mata majemuk atau mata faset, terdiri atas sejumlah (bisa sampai beberapa ribu)
satuan – satuan yang dinamakan ommatidia.Ragam dari mata majemuk adalah dalam
bentuk ukuran dan banyak fasetnya. Sebagai contoh, capung (Ordo odonata)
mempunyai mata majemuk yang berukuran besar serta memiliki banyak faset
(Afarat, 2014).
D. Alat Mulut
Serangga berhasil menyesuaikan diri
pada hampir semua jenis lingkungan, yang dicapai dengan sejumlah modifikasi
bagian – bagian tubuhnya. Salah satu modifikasi tersebut berkaitan dengan alat
mulutnya. Jenis alat mulut serangga menentukan jenis makanan dan semacam
kerusakan yang ditumbulkannya. Bagian – bagian alat mulut serangga secara umum
terdiri atas sebuah labrum, sepasang mandibel, sepasang maksila, dan sebuah labium
serta hipofaring.Pada dasarnya alat mulut serangga dapat digolongkan menjadi :
a. Menggigit- mengunyah, seperti pada
ordo Orthoptera, Coleoptera, Isoptera, dan larva atau ulat.
b. Menusuk-mengisap, seperti pada ordo
Homoptera dan Hemiptera.
c. Mengisap, seperti pada ordo
Lepidoptera (imagonya).
d. Menjilat-mengisap, seperti pada ordo
Diptera (Afarat, 2014).
E. Tungkai
Tungkai atau kaki merupakan salah
satu embelan pada toraks serangga selain sayap. Tungkai serangga terdiri atas
beberapa ruas (segmen). Ruas pertama disebut koksa (coxa) merupakan bagian yang
melekat langsung pada toraks. Ruas kedua disebut trokhanter (trochanter),
berukuran lebih pendek dari pada koksa dan sebagian bersatu dengan ruas ketiga.
Ruas ketiga disebut femur merupakan ruas yang terbesar. Selanjutnya, ruas
keempat disebut fibia, biasanya lebih ramping tetapi kira – kira sama ratanya
panjangnya dengan femur. Pada bagian ujung fibia ini biasanya terdapat duri –
duri atau taji. Ruas terakhir disebut tarsus – tarsus ini biasanya terdiri atas
1 sampai 5 ruas. Diujung ruas terakhir tarsus terdapat pretarsus yang terdiri
dari sepasang kuku tarsus. Kuku tarsus ini disebut claw. Diantara kuku tersebut
terdapat struktur seperti bantalan yang disebut arolium (Afarat, 2014).
F. Sayap
Serangga merupakan satu – satunya
binatang inverbrata yang memiliki sayap. Adanya sayap memungkinkan serangga
dapat lebih cepat menyebar (mobilitas) dari suatu tempat ketempat lain dan
menghindar dari bahaya yang mengancamnya (Afarat, 2014).
Sayap merupakan tonjolan integumen
dari bagian meso dan metoraksi. Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan
bawah yang terbuat dari bahan khitin tipis. Bagian – bagian tertentu dari sayap
yang tampak sebagai garis tebal disebut
pembuluh yang atau rangka sayap pembuluh atau rangka sayap memanjang
disebut rangka sayap membujur (longitudinal) dan yang melintang disebut rangka
sayap melintang. Sedangkan, bagian atau daerah yang dikelilingi pembuluh atau
rangka sayap disebut sel (Afarat, 2014).
Sayap serangga terletak pada mesotoraks,
apabila serangga memiliki dua pasang sayap. Jika serangga hanya memiliki satu
sayap, maka sayap tersebut terletak pada mesotoraks dan pada metatoraks
terdapat sepasang halter. Halter ini berfungsi sebagai alat keseimbangan pada
saat serangga tersebut terbang (Afarat, 2014).
G. Abdomen
Abdomen pada serangga primitif tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan
oleh bagian seperti Selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak
sama. Pada serangga primitif (belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah
12. Perkembangan evolusi serangga menunjukkan adanya tanda – tanda bahwa
evolusi menuju kepengurangan banyaknya ruas abdomen (Afarat, 2014).
Sebagian besar ruas abdomen tampak
jelas terbagi menjadi tergum (bagian atas) dan sternum (bagian bawah),
sedangkan pleuron (bagian tengah) tidak tampak, sebab sebagian bersatu dengan
tergum. Perbedaan kelamin jantan dan betina dapat dilihat jelas pada bagian
abdomen ini. Pada abdomen serangga betina terdapat 10 ruas tergum dan 8 ruas
sternum, sedangkan pada serangga jantan terdapat 10 ruas tergum dan 9 ruas
sternum. Ruad ke-11 abdomen pada belalang betina tinggal berupa pelat dorsal
berbentuk segitiga yang dinamakan epiprok dan sepasang pelat lateroventral yang
dinamakan paraprok. Di antara ujung – ujung epiprok dan paraprok terdapat
lubang anus. Tergum ruas ke-11 memiliki sepasang embelan yang dinamakan cerci
(tunggal : cercus). Pada serangga betina embelan – embelan termodifikasi pada
ruas abdomen kedelapan dan kesembilan membentuk ovipositor (alat peletakkan
telur) di mana terdiri atas dua pasang katub yang dinamakan valvifer dan
selanjutnya menyandang valvulae
(sepasang pada ruas kedelapan dan dua pasang pada ruas kesembilan). Alat
kopulasi pada serangga jantan biasanya terdapat pada ruas abdomen kesembilan
(Afarat, 2014).
Pada kedua sisi ruas abdomen pertama
terdapat lubang yang cukup besar dan tertutup oleh selaput tipis yang disebut
timpanum (alat pendengaran pada belalang). Spirakel (lubang pernapasan) pada
abdomen terletak di depan timpanum, dan spirakel lainnya terletak pada ruas
abdomen kedua sampai kedelapan pada sebelah bawah dari tergum. Pada serangga
betina yang mempunyai ovipositor, struktur dari alat ini sangat beragam,
tergantung dari telur – telur yang akan diletakkan (Afarat, 2014).
3.2.5.
Morfologi
Serangga
Tubuh insect
dibagi atas 3 bagian yaitu kepala, dada dan abdomen. Toraks terdiri dari 3
segmen yang jelas, masing-masing mempunyai sepasang kaki. Jadi insect adalah
hewan berkaki enam. Sebagian besar dari insect, jika dewasa, juga mempunyai
satu atau dua pasang sayap pada toraks. Mereka mempunyai sepasang antenna di
kepala. Pertukaran gas dilakukan dengan suatu system pipa trakea, yang menembus
ke setiap bagian tubuh. Anggota tubuh yang bersegmen, bercakar, berpasangan
tidak hanya dipergunakan untuk lokomosi, tetapi juga untuk pencernaaan makanan (Afarat, 2014).
Tiga segmen
yang meliputi toraks terdiri dari anterior, prothorax, mempunyai dorsal lebar
(pronotum). Pada segment yang tengah, mesothorax dan posterior, beerukuran
kecil. Pada mesothorax dan metathorax masing-maasing terdapt sayap. Pada 3
bagian thorax terdapat kaki, yang masing-masing kaki terdiri dari bagian
longitudinal (Afarat,
2014).
Toraks terdiri
dari 3 segmen yang jelas, masing- masing mempunyai sepasang kaki. Jadi insecta
adalah hewan berkaki enam. Sebagian besar dari insecta, jika dewasa, juga
mempunyai satu atau dua pasang sayap pada toraks. Dan pada insecta mempunyai
sepasang antenna (Afarat,
2014).
Kepala
merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk pengumpulan
makanan dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan syaraf). Struktur
kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sklerit. Sklerit-sklerit
ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura yang tampak sebagai alur. Kutikula
pada kepala mengalami penonjolan ke arah dalam, membentuk rangka kepala bagian
dalam, yang disebut tentorium. Pada kepala terdapat dua organ penerima rangsang
yang tampak jelas yaitu mata tunggal dan antena. Mata terdiri dari dua jenis
mata majemuk dan tunggal (Afarat, 2014).
Sepasang antena
terdapat pada salah satu ruas kepala di atas mulut yang dapat digerak-gerakkan.
Antena merupakan alat penting yang berfungsi sebagai alat perasa dan alat
pencium. Ruas pertama antena yang disebut skapus melekat pada kepala. Ruas
kedua disebut pedisel dan ruas-ruas berikutnya secara keseluruhan disebut
flagellum (Afarat,
2014).
3.2.6.
Perbedaan
Mandibulata dan Haustelata
A.
Tipe Mulut
Menggigit-Mengunyah(Mandibulata)
Terdiri dari sepasang bibir, organ
penggiling untuk menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai penyobek.
Makanan disobek kemudian dikunyah lalu ditelan. Serta struktural alat makan
jenis ini terdiri dari :
1. Labrum, fungsinya untuk memasukkan
makanan ke dalam rongga mulut.
2. Efifaring, fungsinya sebagai
pengecap.
3. Mandibel, fungsinya untuk mengunyah,
memotong dan melunakkan makanan
4. Maksila, alat bantu untuk mengambil
makanan.
5. Labium, fungsinya untuk
menutup/membuka mulut (Rahman, 2013)
Gejala serangannya , ditemukan
bagian tanaman yang hilang, oleh sebab dimakan, digerek atau digorok. Contoh :
ordo ortoptera, yaitu belalang (Rahman, 2013).
B.
Tipe Mulut
Menusuk-Menghisap(Haustelata)
Gejala serangan pada
bagian tanaman akan ditemukan bekas tusukan silet yang akan menyebabkan
terjadinya perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian tanaman yang
diserang.Contoh : ordo hemiptera, yaitu kepik. Kepik mempunyai alat mulut
menusuk mengisap, misalnya Scotinophara (Heteroptera). Alat mulut yang paling
menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet. Ada empat
stilet yang sangat runcing, berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan
tanaman. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini
merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah (Enggal,
2014).
IV. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tubuh
insect dibagi atas 3 bagian yaitu kepala, dada dan abdomen.
2.
Gejala
serangan serangga bertipe mulut Mandibulata ditemukan bagian tanaman yang
hilang, oleh sebab dimakan, digerek atau digorok. Sedangkan tanaman yang
diserang oleh serangga bertipe mulut haustelata akan ditemukan bekas tusukan silet yang akan menyebabkan terjadinya
perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian tanaman yang diserang
DAFTAR PUSTAKA
Afarat, Pandu. 2014. Struktur Tubuh Belalang. http://sucubus-scabier.blogspot.co.id/2014/03/struktur-tubuh-belalang-anatomi-tubuh.html Diakses pada 27 Oktober 2016 Pukul 05.33 WIB
Enggal. 2014. Deskripsi Serangga Bertipe Mulut Haustelata
dan Mandibulata. https://enggal1995.wordpress.com/2014/12/31/deskripsi-serangga-bertipe-mulut-haustelata-dan-mandibulata/. Diakses pada 27 Oktober 2016 Pukul 05.48 WIB
Johny. 2011. Klasifikasi Belalang. http://pintarsains.blogspot.co.id/2011/06/
klasifikasi-belalang-dissosteira.html
Diakses pada 26 Oktober 2016 pukul 20.25 WIB
Mulyadi, Tedi. 2014. Ciri-ciri Umum Serangga. http://budisma.net/2014/12/ciri-ciri-umum-serangga-insekta.html Diakses pada 27 Oktober 2016 pukul 05.08 WIB.
Prihantoro, Taufan. 2014. Pengertian, Ciri-ciri, dan Klasifikasi
Artropoda. http://taufan-web.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-ciri-ciri-dan-klasifikasi.html Diakses pada 27 Oktober 2016 pukul 05.03 WIB.
Rahman, Edi. 2013. Tipe Mulut Serangga. https://cabeping.wordpress.com
/2013/05/28 tipe-mulut-serangga/
Diakses pada 27 Oktober 2015 Pukul 05.47 WIB.
0 comments:
Post a Comment