Tugas : Praktikum Produksi Tanaman Perkebunan
Oleh : Ishmah Nurhidayati
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2017
Tim
Penulis PS. 2009. Panduan Lengkap
Oleh : Ishmah Nurhidayati
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2017
PEMBAHASAN
Menurut UU No 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pasca
panen antara lain meliputi kegiatan transportasi hasil, pembersihan, pengupasan
dan pengawetan. Kegiatan pasca panen yang akan dibahas adalah penanganan hasil
panen setelah sampai di tempat pengolahan hasil sebelum hasil dilakukan
pengolahan seperti pengupasan, fermentasi, penggumpalan, perngeringan, dan
pengolahan hasil (Evizal,2013).
Pengolahan pasca panen pada karet adalah sebgai berikut.
1.
Cara memperlakukan lateks
a.
Pengumpulan Lateks Dalam Kebun.
Untuk
memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, dalam melakukan pengumpulan lateks
hasil penyadapan di kebun, faktor kebersihan
merupakan syarat terpenting yang harus diperhatikan. Hal ini
pertama-tama berlaku untuk alat-alat yang dalam pekerjaan pengumpulan lateks
bersentuhan dengannya. Selain dari kemungkinan terjadinya pengotoran lateks
oleh kotoran-kotoran yang kelak sukar dihilangkan, kotoran-kotoran tersebut
dapat menyebabkan pula terjadinya prakoagulasi dan terbentuknya lump sebelum
lateks sampai di pabrik untuk diolah.
Untuk
menghindarkan terjadinya prakoagulasi tersebut, usaha menghindarkan masuknya
kotoran ke dalam lateks tidak hanya dilakukan pada saat penyadapan, tetapi juga
dalam persiapan sebelum penyadapan di. mulai. Usaha-usaha membersihkan bidang
sadap, talang atau spout, saluran sadap, mangkok dan ember-ember pengumpul
sebelum dan pada saat me nyadap merupakan pekerjaan yang perlu diperhatikan
benar-benar.
Pengumpulan
lateks dilaksanakan 3-4 jam setelah penyadapan dilakukan. Tetapi pada
pohon-pohon yang aliran lateksnya lambat berhenti (late drops) dapat
dilakukan pengumpulan kedua.
Lateks dari
mangkok dituangkan ke dalam ember pemupul (kencleng). Untuk membersihkan lateks
dalam mangkok digunakan spatel. Tetapi jangan sekali-kali menggunakan kain,
rumput-rumputan atau daun-daun kering. Bila lateks dalam ember pemupul sudah
terkumpul banyak, lateks dipindahkan ke dalam ember pengumpul (oblong). Waktu
menuangkan lateks dari ember pemupul ke dalam ember pengumpul harus dijaga agar
tumpahnya perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya prakoagulasi.
Setelah selesai
pengumpulan lateks, ember-ember pengumpul janganlah ditaruh di tempat yang
panas atau kena sinar matahari langsung, karena kenaikan suhu di dalam cairan
lateks dapat mengakibatkan pemuaian butir-butir karet sehingga akan terjadi
prakogualasi.
Pada waktu
penimbangan atau pengukuran hasil sadapan para penyadap, mandor atau asisten
penerima lateks harus berusaha membuang kotoran-kotoran atau lump yang
kemungkinan ada dalam ember pengumpul.
'Dalam keadaan
tertentu,pada saat pengumpulan lateks biasa juga digunakan obat anti koagulasi
untuk mencegah terjadinya prakoagulasi. Akan tetapi sesungguhnya pemakaian obat
anti koagulasi ini harus diba tasi sampai batas sekecil-kecilnya, karena dapat
membawa akibat yang kurang menguntungkan, yaitu memakan biaya yang cukup besar
dan kadang kadang lateks yang dibubuhi obat anti koagulasi memerlukan larutan
obat koagulan (misalnya asam semut) yang terpaksa kadarnya harus dinaikkan.
Penambahan asam yang berlebihan dalam proses koagulasi dapat menghambat proses
pengeringan.
Adapun bahan
kimia yang digunakan sebagai anti koagulan adalah larutan soda (Na2CO3),
amoniak (NH3) dan Natrium-sulfit (Na2SO3).
Kebutuhan anti koagulan untuk tiap liter lateks kebun adalah sebanyak : 5 -10
cc larutan soda 10% atau 5 -10 cc larutan amoniak 2 -2,5% atau 5 -10 cc
larutan Natrium Sulfit.
b.
Penerimaan Lateks.
Dari lateks
hasil penyadapan, dapat ditentukan :
(1) Bobot atau
isinya
Caranya adalah
sebagai berikut : Penyadap menuangkan lateks dari ember-ember pengumpul ke
dalam ember-ember takaran melalui sebuah saringan kasar dengan ukuran lubang 2
mm maksudnya untuk menahan lump yang terjadi karena prakoagulasi. Dengan
demikian hasil penyadapan seorang penyadap dapat diketahui. Selain penentuan
basil penyadapan atas dasar volumenya, dapat juga ditetapkan beratnya. Untuk
maksud tersebut hasil lateks ditimbang sehingga diketahui bobotnya.
(2) Kadar karat
keringnya (KKK)
Dari lateks hasil
penyadapan seorang penyadap diambil contoh lateks sebanyak 50 cc dengan takaran
yang diketahui volumenya. Lateks tersebut kemudian diwadahi dalam mangkok yang
bernomor, sesuai dengan nomor penyadap. Kemudian dibubuhi 10 cc asam cuka 2%
atau asam semut 1%. Koagulasi berlangsung dengan cepat. Koagulum diambil,
diremas-remas dan kemudian digiling dalam kilang tangan sampai terbentuk
lembaran yang tipis. Lembaran dikeringkan dengan menggunakan sehelai kain.
Setelah ditimbang akan diketahui berat basah. Dengan menggunakan nangka faktor
pengeringan yang berlaku di perkebunan yang bersangkutan, maka kadar karet
keringnya akan segera diketahui.Penentuan Kadar Karet Kering sangat penting
dalam usaha mencegah terjadinya kecurangan para penyadap.
c.
Pengangkutan Lateks
Setelah lateks
hasil sadapan terkumpul seluruhnya, lateks dari tangki penerimaan/pengumpulan
di kebun kemudian diangkut dengan tangki pengangkut ke pabrik. Tangki
pengangkut ada yang ditarik dengan traktor, tetapi ada pula yang terpasang pada
truk-truk tangki. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks
tidak terlalu terguncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat
terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, ke dalam
tangki perlu dimasukkan obat anti koagulasi untuk mencegah terjadinya prakoagulasi
tersebut.
Volume tangki pengangkut
biasanya antara 2000 -3000 liter. Tangki dibuat dari bahan aluminium dan
dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipasang dan dilepas pada/dari alat
penarik (truk/traktor), dan juga mudah dibersihkan.
Sedapat mungkin
harus diusahakan semua lateks dapat
diangkut ke pabrik pusat agar dapat dilakukan pencampuran lateks dari semua
bagian kebun dalam satu atau beberapa bak pencampur di pabrik, sehingga dengan
demikian dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan tempat memaksa untuk
dilakukan koagulasi di kebun, maka jumlah yang dikoagulasi harus sedapat
mungkin dibatasi. Cara terakhir ini kalau lateks diolah unluk menjadi crepe
tidak menjadi masalah.
d.
Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lateks
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, di antaranya adalah :
1)
faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap,
kebersihan pohon)
2)
iklim (musim hujan mendorong terjadinya
prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil)
3)
alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan
pengangkutan (yag baik terbuat dari alumunium, baja tahan karat)
4)
pengangkutan
5)
kualitas air dalam pengolahan.
6)
bahan-bahan kimia yang digunakan.
7)
Komposisi lateks. ’
2.
Prakoagulasi
Prakoagulasi
merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan-gumpalan
pada cairan getah sadapan. Kejadian ini sering terjadi di areal perkebunan
karet sebelum karet sampai ke pabrik atau tempat pengolahan. Bila hal ini
terjadi akan timbul kerugian yang tidak sedikit. Hasil sadapan yang mengalami
prakoagulasi hanya dapat diolah menjadi karet yang bukan jenis baku dan
kualitasnya pun rendah.
a.
Penyebab Terjadinya Prakoagulasi
Prakoagulasi
terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks
berkurang. Bagian-bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan
membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih
besar ini akan membeku. lnilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi.
Getah karet
atau lateks sebenarnya merupakan suspense koloidal dari air dan bahan-bahan
kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak
larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air.
Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat
menembus saringan.
Susunan bahan
lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang
mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata,
biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti
protein, garam-garam mineral, enzim, dan lain-lain termasuk ke dalam serum.
Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan.
Komponen kedua
ini terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.
Sebenarnya sistem koloidal bisa dipertahankan agak lama, sampai satu hari
lebih, sebab bagian-bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan tipis sejenis
protein mempunyai kestabilan sendiri. Stabilisatornya adalah lapisan protein
yang mengelilingi tersebut. Dengan berkurangnya kestabilan ini terjadilah
prakoagulasi. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Bukan
hanya penyebab dari dalam seperti jenis karet yang ditanam atau bahan-bahan
enzim saja, melainkan juga hal-hal dari luar seperti keadaan cuaca dan sistem
pengangkutan yang seolah tak berhubungan.
Penyebab
terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut.
A. Jenis karet
yang ditanam
Perbedaan
antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda-beda pula.
Otomatis kestabilan atau kemantapan koloidalnya berbeda. Klon-klon tertentu ada
yang rendah kadar kestabilannya. Namun, banyak pula jenis karet yang mempunyai
kadar kestabilan koloidal yang tinggi. Kadar kestabilan koloidal ini sedikit
banyak berpengaruh terhadap faktor lain yang juga mampu menyebabkan terjadinya
prakoagulasi.
B.
Enzim-enzim
Enzim dikenal
sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu reaksi walaupun
hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah susunan
protein yang melapisi bahan-bahan karet. Akibatnya, kemantapan lateks berkurang
dan terjadilah prakoagulasi. Biasanya enzim-enzim mulai aktif setelah lateks
keluar dari batang karet yang disadap,
C.
Mikroorganisme atau jasad renik
Mikroorganisme
banyak terdapat di lingkungan perkebunan karet. Jasad ini dapat berada di
pepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat-alat yang digunakan.
Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan
steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme.Tetapi, pohon yang baru
disadap mudah sekali terinfeksi oleh jasad-jasad renik. Apabila mikroorganisme
masuk ke dalam getah yang baru disadap, dan melakukan aktivitas hidup di
da|amnya maka akan terjadi reaksi dengan senyawasenyawa yang terkandung dalam
lateks. Akibatnya, timbul senyawa-senyawa seperti asam dan sejenisnya. Bila
banyak mikroorganisme dalam lateks maka senyawa asam yang dihasilkan akan
banyak pula. lni memungkinkan terjadinya prakoagulasi. Oleh karena itu,
kebersihan kebun serta alat-alat yang digunakan perlu dijaga agar jumlah
mikroorganisme yang merugikan dapat ditekan.
D. Faktor cuaca
atau musim
Faktor cuaca
atau musim sering menyebabkan timbulnya prakoagulasi. Pada saat tanaman karet
menggugurkan daunnya (musim gugur daun) prakoagulasi terjadi lebih sering.
Begitu juga pada saat musim hujan. ltulah sebabnya penyadapan pada saat banyak
turun hujan sering tidak dilakukan di perkebunan-perkebunan. Selain
pelaksanaannya sulit, juga untuk mencegah prakoagulasi. Akan tetapi, bila
tindakan pencegahan prakoagulasi telah dilaksanakan maka penyadapan pada musim
hujan bisa terus dilakukan. Lateks yang baru disadap juga mudah menggumpal jika
terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidnya rusak oleh panas
matahari.
E. Kondisi
tanaman
Tanaman karet
yang sedang sakit, masih muda, atau telah tua bisa mempengaruhi prakoagulasi.
Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan menghasilkan lateks yang
kurang mantap, mudah menggumpal. Hasil sadapan dari tanaman yang menderita
penyakit fisiologis sering membeku di dalam mangkok. Sedangkan tanaman karet
tua dan sakit-sakitan sering menghasilkan lateks yang sudah membeku di atas
bidang sadap.
F. Air
sadah
Air sadah atau
hard water adalah air yang memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam.
Apabila air ini tercampur ke dalam lateks maka prakoagulasi akan terjadi dengan
cepat. Untuk menjaga jangan sampai air sadah dipakai dalam pengolahan maka
dilakukan analisis kimia. Derajat kesadahan air yang masih mungkin digunakan
adalah 6°J (derajat Jerman).
G. Cara
pengangkutan
Sarana
transportasi, baik jalan atau kendaraan, yang buruk akan menambah frekuensi
terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang-guncang
mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok-kocok secara kuat sehingga merusak
kestabilan koloidal. Jarak yang jauh yang menyebabkan lateks baru tiba di
tempat pengolahan pada siang hari dan sempat terkena terik matahari di
perjalanan juga dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi.
H. Kotoran atau
bahan-bahan lain yang tercampur
Prakoagulasi
sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan lain yang mengandung
kapur atau asam. Air yang kotor juga berpengaruh sama. Lateks dari kebun karet
rakyat biasanya lebih banyak tercampur kotoran atau bahan-bahan lain daripada
lateks hasil perkebunan besar swasta atau milik pemerintah.
b.
Tindakan Pencegahan Prakoagulasi dan Zat
Antikoagulan
Prakoagulasi
dapat dicegah atau dikurangi dengan menambahkan zat-zat tertentu yang lazim
disebut anti-koagulan. Namun, sebelum menggunakan antikoagulan perlu diketahui
terlebih dahulu penyebab terjadinya prakoagulasi. Pemeriksaan perlu dilakukan
untuk mengetahui penyebabnya. Apabila prakoagulasi disebabkan oleh penyakit fisiologis
maka tindakan kultur teknis perlu dilakukan terhadap tanaman karet yang tengah
menderita. Begitu juga apabila ternyata penyebab prakoagulasi adalah masa
penyadapan yang belum waktunya atau tanaman karet sudah terlalu tua.
Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi antara
lain.
1)
Menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan
dalam penyadapan, penampungan, maupun pengangkutan. Spouts, mangkuk penampung
lateks, ember, dan lain-lainnya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Selama pengangkutan dari kebun ke pabrik pengolahan, lateks dijaga
agar tidak mengalami banyak guncangan. Seandainya akan diangkut dengan
kendaraan maka sarana jalan yang kurang baik perlu diperbaiki.
2)
Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan
air kotor, misalnya air sungai, air saluran, atau air got.
3)
Memulai penyadapan pada pagi hari sebeium
matahari terbit agar lateks dapat sampai ke pabrik atau tempat pengolahan
sebelum udara menjadi panas. Keuntungan lain dari penyadapan sebelum matahari
terbit adalah mempertinggi jumlah lateks yang dapat dihasilkan oleh pohon
karet. Apabila lateks sudah dikumpulkan maka pengangkutan tidak boleh ditunda
lagi agar secepat mungkin dapat diolah.
Apabila
langkah-langkah pencegahan di atas sudah dilakukan tetapi hasilnya belum
seperti yang diinginkan maka zat antikoagulan dapat digunakan. Zat antikoagulan
ada beberapa macam. tetapi harus dipilih yang paling tepat. Pilihan disesuaikan
dengan kondisi lokasi, harga, kadar bahaya zat tersebut, dan yang terpenting
adalah kemampuan zat tersebut dalam mencegah prakoagulasi. Dalam pemakaiannya
zat antikoagulan bisa digabung untuk menambah daya antikoagulasinya, bisa dua
macam menjadi satu atau tiga macam campuran sekaligus. Namun, hal ini sebenamya
tidak perlu. Berikut ini contoh dari beberapa antikoagulan yang banyak dipakai
di perusahaan atau tempat-tempat pengolahan karet.
1. Soda atau
Natrium karbonat
Dibanding
dengan zat antikoagulan yang lain, harga soda atau natrium karbonat memang
lebih murah. Karena itu, soda banyak digunakan di pabrik-pabrik pengolahan yang
sederhana. Akan tetapi, zat ini tidak dianjurkan digunakan pada pabrik yang
akan mengolah lateks menjadi ribbed smoked sheets atau RSS karena sheet
kering yang dihasilkannya akan bergelembung gelembung atau bubbles.
Namun. bila pada keadaan tertentu tidak ada zat antikoagulan yang lain,
penggunaan soda pada bahan karet yang nantinya akan dijadikan sheet masih
diperkenankan. yang penting harus dijaga agar jumlah soda tidak terlalu banyak.
Bila akan melakukan hal ini, ada baiknya juga melakukan pengukuran kadar
karbonat atau bikarbonat pada air yang digunakan. Kedua zat tersebut dapat
mempengaruhi timbulnya gas karbon dioksida yang tampak berupa
gelembung-gelembung. Pemakaian soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi
crepe. Dosis soda yang digunakan adalah 5-10 ml larutan soda tanpa air kristal
(soda ash) 10% setiap liter lateks. Berarti, dalam 5-10 ml larutan
soda tersebut terdapat 0.5-1 9 soda ash.
2. Amonia
Zat anti
koagulan yang satu ini termasuk banyak digunakan. Apabila segala sesuatunya
dilakukan dengan benar dan cermat maka hasil yang didapat dengan menggunakan
amoniak akan memuaskan. Lateks yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak
diberi amonia secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna crepe yang
jadi nantinya. Dosis amonia yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagulasi
adalah 5-10 ml larutan amonia 2,5% untuk setiap liter lateks. Misalkan amonia yang
digunakan berkadar 20% maka jumlah amonia yang dibutuhkan adalah 0,6-1,2 ml.
Bila dengan dosis seperti ini prakoagulasi belum bisa dicegah, dosisnya dapat
dinaikkan 2 kali Iipat atau menggunakan larutan amonia yang berkadar 5%.
3.
Formaldehida
Pemakaian
formaldehida sebagai anti koagulan paling merepotkan dibanding zat lainnya.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dan dijaga apabila menggunakannya.
Formaldehida kurang baik apabila digunakan di musim hujan. Apabila disimpan,
zat ini sering teroksidasi menjadi asam semut atau asam format. Asam semut
dapat menyebabkan pembekuan apabila dicampur dengan lateks. Oleh karena itu,
formaldehida yang akan digunakan terlebih dahulu harus diperiksa apakah larutan
ini bereaksi asam atau tidak. Jika menunjukkan reaksi asam maka larutan
tersebut dapat membekukan lateks. Pemeriksaan kadar keasaman dapat dilakukan
dengan kertas lakmus atau blue litmus paper. Bila dicelupkan dalam larutan yang
bersifat asam maka kertas lakmus akan berubah menjadl merah.
Formaldehida yang
bereaksi asam harus dinetralkan sebelum digunakan sebagai antikoagulan. Cara
menetralkannya dengan menambah zat yang bersifat basa, seperti natrium
hidroksida atau lebih dikenal dengan nama soda kaustik Setelah larutan
formaldehida bereaksi netral baru aman digunakan. Pemakaiannya dengan cara
dimasukkan ke dalam ember atau tangki-tangki penyimpan atau penampung lateks.
Bila formaldehida digunakan dalam mangkuk-mangkuk penampung lateks, dalam
beberapa jam saja zat ini akan berubah menjadi asam semut. Selain sebagai
antikoagulan. formaldehida juga bisa digunakan sebagai desinfektan atau
pembunuh kuman/mikroorganisme.
Formaldehida
yang dipakai sebagai antikoagulan dalam lateks yang diolah menjadi sheets
sering menyebabkan sheet yang dihasilkan berwarna lebih muda/pucat. Karet yang
rapuh atau short sering terjadi akibat pemakaian formaldehida terlalu
berlebihan. Peristiwa ini dikenal dengan istilah shortnes. Dengan berbagai
kelemahannya ternyata formaldehida tetap banyak digunakan. Dosis yang dapat
dipakai adalah 5-10 ml larutan dengan kadar 5% untuk setiap liter lateks yang
akan dicegah prakoagulasinya Misalkan menggunakan formalin 40% maka jumlah yang
dibutuhkan adalah 0,6-1,3 ml.
4. Natrium
sulfit
Apabila gejala
prakoagulasi tampak jelas maka pemakaian natrium sulfit sebagai alat
pencegahnya dapat dikatakan terlambat. Bahan ini tidak tahan lama
disimpan. Apabila ingin dipergunakan maka harus dibuat terlebih dahulu. Dalam
jangka sehari saja akan teroksidasi oleh udara menjadi natrium sulfat. Bila
sudah teroksidasi maka sifatnya sebagai antikoagulan menjadi lenyap. Selain
sebagai antikoagulan, natrium sulfit juga bisa memperpanjang waktu pengeringan
dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan berkadar
10% untuk setiap liter lateks. Untuk membuat larutan seperti itu dibutuhkan
natrium sulfit tanpa air kristal sebanyak 0,5-1 g.
Pabrik atau
tempat pengolahan karet yang membuat karet jenis ribbed smoked sheets
atau RSS rata-rata menggunakan amonia dan natrium sulfit sebagai antikoagulan.
Untuk membuat karet jenis crepe, antikoagulan yang biasa digunakan adalah soda
atau natrium sulfit. Sedangkan formaldehida walau dapat digunakan untuk jenis ribbed
smoke sheet dan crepe, tetapi pemakaiannya kurang dianjurkan.Untuk
mendapatkan dosis antikoagulan yang paling tepat dapat dicoba dengan dosis
rendah terlebih dahulu. Apabila belum mencukupi maka dosis dinaikkan sedikit
demi sedikit. Untuk patokan dapat digunakan dosis seperti yang teiah disebutkan
di atas.
Zat
antikoagulan harus diberikan secepat mungkin setelah lateks disadap. Apabila
mungkin, penambahan antikoagulan pada mangkuk-mangkuk penampung lateks perlu
dilakukan, kecuali untuk formaldehida. Dengan cara ini, pencegahan prakoagulasi
berjalan lebih efektif. Cara ini membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk
menaruh antikoagulan pada setiap mangkuk pada batang karet yang disadap,
berarti juga penambahan biaya.
Beberapa
perkebunan menaruh zat antikoagulan pada setiap mangkuk batang karet yang
disadap. Cara ini memerlukan banyak biaya. Untuk menghemat biaya. sebagian
areal karet yang letaknya jauh dan tempat pengolahan, zat antikoagulannya
ditaruh di mangkuk. Sedangkan sebagian areal yang dekat dengan tempat
pengolahan, zat antikoagulannya ditaruh di dalam ember atau tangki-tangki penampungan.
Penambahan
antikoagulan pada ember atau tangki penampungan terhitung kurang efektif. Lebih
tidak efektif Iagi apabila antikoagulan ditambahkan setelah lateks tiba di
tempat pengolahan. Penambahan di tempat pengolahan biasanya sudah tidak berguna
lagi. Formaldehida sering ditambahkan di tempat pengolahan, tetapi maksudnya
sebagai desinfektan atau pemati kuman.
Gejala-gejala
prakoagulasi yang sudah muncul menunjukkan tanda bahwa lateks harus segera
diolah. Setiap penundaan akan mengakibatkan penambahan jumlah lumps sehingga
hasil pengolahan menjadi kurang baik atau off grades dan tidak memenuhi standar
jenis-jenis baku atau standard grades.
3.Pengolahan Lateks
Pengolahan karet memiliki posisi
yang cukup penting dalam rangkaian agribisnis karet. Pengolahan karet
menentukan nilai tambah yang akan diperoleh. Hasil sadapan yang baik, apabila
tidak diolah dengan optimal akan mendapatkan harga yang rendah. Oleh karena itu
pengolahan karet harus diperhatikan dengan baik, sehingga diperoleh hasil olahan
karet yang bermutu dan berharga jual tinggi.
A. Alat Dan Bahan
Ada beberapa alat yang digunakan
dalam pengolahan karet alam. Alat-alat ini tidak semuanya digunakan dalam
pengolahan setiap jenis karet. Ada alat yang hanya digunakan untuk pembuatan
jenis karet tertentu saja. Selain alat, juga banyak digunakan bahan dalam
pengolahan karet alam. Berikut ini adalah alat dan bahan yang banyak ditemui
dalam pengolahan karet.
a. Mesin penggilingan
Dalam pengolahan karet jenis sheet
dan crepe biasanya digunakan mesin penggilingan. Dikalangan pengolahan lateks
sheet, mesin ini sering disebut baterai sheet. Baterai sheet ada yang terdiri
dari 4, 5, atau 6 gilingan beroda dua. Baterai sheet yang memiliki 4 gilingan
beroda dua contohnya adalah merek Cadet. Sedangkan yang memiliki 5 dan 6
gilingan beroda dua masing-masing contohnya adalah merek Aristo dan Six in One.
Kapasitas setiap jenis baterai sheet berbeda dan tergantung pada ketebalan
sheet yang akan dibuat.
Mesin penggilingan untuk karet crepe
dikenal dengan nama baterai crepe. Jumlah gilingan beroda dua yang ada biasanya
3, 4, atau 5 gilingan. Baterai crepe dengan 3 gilingan beroda dua biasanya
kurang mernberi hasil gilingan yang memuaskan, yang paling baik adalah baterai
crepe dengan 5 gilingan.
Ada mesin yang semi otomatis dan ada
juga yang seluruhnya otomatis. Mesin otomatis lebih melancarkan pekerjaan
penggilingan, tetapi harganya sangat mahal Perkebunan-perkebunan kecil serta
petani karet yang mengerjakan sendiri pengolahan lateksnya menggunakan mesin
yang digerakkan oleh tangan. Sewaktu penggilingan, mesin-mesin berjalan terus
menerus. Pada gilingan terakhir selalu terdapat patron yang disebut printer. Bentuk patron adalah spiral. Di antara jurusan spiral dan
sumbu terdapat sudut kira-kira 65°. Patronlah yang memperbesar permukaan sheet
serta bisa mempercepat jalannya pengeringan. Lebar dan dalam alur-alur patron
menentukan besarnya ukuran patron. Hal ini harus disesuaikan dengan ketebalan sheet yang dihasilkan. Kebalikannya bila
ukuran patron telah ditentukan maka ketebalan sheet yang dibuat harus
disesuaikan dengan patronnya.
b. Tangki atau bejana
koagulasi
Ta ngki yang banyak dipakai pada era
sebelum Perang Dunia II terbuat dari arnit
atau ebonit, sesudahnya digunakan
tangki yang terbuat dari aluminium. Ukuran tangki yang digunakan biasanya (10 x
3 x 16) kaki. Tangki yang berukuran besar ini disekat lagi menjadi 76 atau 91
ruang yang lebih kecil Untuk menyekat digunakan pelat-pelat aluminium. Ada juga
yang menggunakan tangki dengan ukuran (300 x 70 x 40) cm.Tangki ini disekat
lagi menjadi ruang-ruang kecil sejumlah 75--90 dengan pelat-pelat aluminium.
Pada tempat pengolahan karet yang hanya sedikit kapasitas produksinya. fungsi
tangki atau bejana digantikan oleh loyang-loyang yang mempunyai kapasitas olah
antara 10-15 liter.
c. Rumah pengeringan
Pada pembuatan karet crepe, rumah
pengeringan mutlak diperlukan.Tinggi ruangan biasanya dibuat tidak lebih dari 6
m. Untuk rumah pengering bertingkat tingginya hanya antara 3-4 m. Di dalam
rumah pengeringan terdapat gantar-gantar dari kayu jati dengan tebal 4-5 cm
untuk menggantungkan karet crepe yang akan dikeringkan. Gantar dari bambu
kurang baik karena licin.
Rata-rata rumah pengeringan menggunakan
alat pemanas untuk mempercepat pengeringan. Cara pemanasan yang paling banyak
dipakai adalah thermosifon atau pemanasan dengan air panas serta menggunakan
uap air bertekanan rendah. Bila tanpa pemanas, waktu yang diperlukan untuk
mengeringkan crepe antara 2-4 minggu. Sedangkan dengan pemanas waktunya bisa
dipersingkat menjadi 5-7 hari. Dinding rumah pengeringan sebaiknya dibuat dari
batu atau kayu. Bahan seng kurang baik digunakan. Atap dan dinding harus rapat
agar tidak ada udara dari Iuar yang merembes masuk.
d. Rumah pengasapan
Rumah pengasapan digunakan dalam
pembuatan karet sheet. Syarat rumah asap yang baik; suhu dalam harus dapat
dipertahankan sehingga praktis tidak berubah, ventilasi dari ruang-ruangnya
dapat diatur sesuai kebutuhan, serta penambahan asap dan pemanasan dapat
terjamin. Suhu dan ventilasi di dalam ruang pengasapan dan pengeringan harus
dijaga agar sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, di dalam ruangan periu
dipasang termograf, bisa juga digunakan termometer maksimum minimum.
Jumlah ruang pengasapan dan
pengeringan yang diperlukan berhubungan dengan waktu pengeringan. Ini berkaitan
dengan ketebalan sheet yang akan dibuat. Misalnya waktu pengeringan 5-5,5 hari
maka ruang yang dibutuhkan adalah 6 buah. Namun, bila produksi harian tinggi
dan setiap hari membutuhkan lebih dari satu ruangan maka jumlah ruangan yang
diperlukan dikalikan jumlah ruangan yang dipakai per hari. Karet tidak boleh
dicampur aduk dalam satu ruangan karena hasil karet dari hari yang tidak sama
tidak boleh digabungkan.
Selain alat-alat yang telah
disebutkan di atas, sebenarnya masih ada beberapa alat yang banyak digunakan
dalam pengolahan karet, seperti alat penyaring, gunting/pemotong, meja sortasi,
pengepres, pengepak, dan lain-lain.
e Kayu bakar untuk rumah
pengasapan
Ada beberapa macam pohon yang
kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar ruang pengasapan. Pohon tersebut
antara lain pohon karet, akasia. lomtorogung, dan glirisidia. Kayu yang panjang
biasanya dibelah dan dipotong hingga rata-rata mempunyai ukuran panjang sekitar
30 cm dengan garis tengah 10 cm.
f. Air
Dalam pengolahan karet diperiukan
air, dalam jumlah yang banyak. Karena itu. air mempakan bahan yang vital.
Semakin tinggi kapasitas olah suatu pabrik, semakin besar jumlah air yang
diperlukan. Air biasanya digunakan untuk kepertuan pengenceran lateks.
pembuatan larutan kimia, pencucian hasil, pencucian alat, dan untuk
mendinginkan mesin. Air yang digunakan dalam pengolahan karet harus memenuhi
syarat: jernih, tidak berbau, bereaksi netral, derajat kesadahan tidak boleh
melebihi 60 J, dan tidak mengandung logam-logam kimia seperti besi,
tembaga, dan bikarbonat. Asalkan memenuhi persyaratan ini maka air dari sumber
mana pun (air sungai, sumur, leding, danau, irigasi, atau tampungan air hujan)
bisa dimanfaatkan.
g. Bahan-bahan kimia
Daiam pengolahan karet alam banyak
sekali digunakan bahan-bahan kimia. Sesuai dengan proses yang dibantunya bahan
itu ada yang berfungsi sebagai bahan pokok, yaitu sebagai bahan pembeku, pengelantang,
vulkanisasi, pemercepat reaksi, penggiat, antioksidan dan antiozonan, pengisi,
pelunak, pewarna, dll.
B. Pengolahan Karet Sheet (Ribbed Smoke
Sheet/RSS)
Prinsip pengolahan jenis karet ini
adalah mengubah lateks segar menjadi lembaran-lembaran sheet lewat proses
penyaringan,pengenceran, pembekuan, penggilingan, dan pengasapan. Lateks yang
akan diolah menjadi smoked sheet hendaknya diencerkan terlebih dahulu hingga
kadarnya kira-kira menjadi 15%. Pengenceran bertujuan untuk menjaga agar kadar
karet kering (KKK) lateks sewaktu diolah dapat dipertahankan selalu tetap.
Kotoran-kotoran yang terdapat dalam lateks akan mengapung atau memisah sewaktu
diencerkan. Kotoran-kotoran ini lalu disingkirkan. Lateks yang telah diencerkan
juga lebih mudah disaring. Selain itu, pengenceran bertujuan mengeluarkan
getembung-gelembung gas yang ada.
Apabila gelembung-gelembung gas
tidak dikeluarkan maka hasil smoked sheetnya akan jelek dan
bergelembung-gelembung besar. Lateks encer yang akan dibuat smoked sheet dibekukan
dalam bejana-bejana atau tangki-tangki koagulasi. Apabila hanya memproduksi
smoked sheet dalam jumlah yang kecil make tak perlu menggunakan tangki cukup
Loyang-loyang dengan volume antara 10-15 liter.
Hasil pembekuan akan semakin keras
bila kadar karet kering bahan lateks yang digunakan semakin tinggi. Tingkat
kekerasan koagulum yang terjadi tergantung juga pada lamanya pembuatan serta
jumlah asam yang ditambahkan. Semakin lama pembekuan terjadi, semakin keras
koagulumnya. Begitu juga semakin besar jumlah asamnya, koagulum pun akan
bertambah keras.
Hasil pembekuan yang baik adalah
tidak terlalu keras dan tidak terlaiu lembek, kekerasan sedang. Apabila hasil
pembekuan terlalu keras maka pengerjaannya menjadi lebih susah. Gilingan yang
digunakan akan membutuhkan energi listrik yang lebih banyak.Berbeda dengan
hasil pembekuan yang terlalu keras, hasil pembekuan yang lembek mudah sekali
rusak atau robek sewaktu dilakukan penggilingan. Sewaktu diasap dan dikeringkan
juga mudah molor atau memanjang. Untuk itu, setiap pabrik pengolahan perlu
menjaga agar tingkat kekerasan karet bisa sesuai.
Larutan asam format 1% adalah bahan
yang digunakan untuk membekukan lateks. Bisa juga digunakan Iarutan asam asetat
atau asam cuka 2%. Pemakaian asam format untuk pembekuan terasa lebih ekonomis
karena biaya produksi pembekuan dengan asam format lebih murah. Pada lateks
kebun yang telah ditambah dengan zat antikoagulan diperlukan jumlah asam yang lebih
banyak. Besarnya penambahan asam tergantung dari zat antikoagulan yang dipakai.
Jumlah asam bisa dikurangi apabila hasil pembekuan atau koagulum baru digiling
keesokan harinya. Penambahan asam hendaknya merata, tidak menumpuk atau
dimasukkan ke satu tempat. Asam ditambahkan di bawah permukaan lateks. Asam
yang ditambahkan di atas permukaan lateks bisa membaurkan lateks dengan
molekul-molekul udara.
Lateks kemudian diaduk dengan hati-hati.
Adukan yang kasar bisa menimbulkan gelembung-gelembung yang dapat mengurangi
mutu smoked sheet yang dihasilkan. Dengan adukan yang perlahan-lahan, risiko
timbulnya gelembung-gelembung dapat dikurangi. Adukan sebanyak 12 kali sudah
cukup. Jumlah adukan ini sama dengan 6 kali adukan bolak-balik.
Pada permukaan lateks biasanya
terdapat busa. Busa ini harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum lateks
dibekukan. Gumpalan-gumpalan bagian karet yang terjadi karena pengaruh
prakoagulasi juga harus disingkirkan. Untuk membersihkan busa dapat digunakan
pelat-pelat aluminium dan untuk membersihkan pengaruh prakoagulasi dapat
digunakan saringan tarik.
Pelat-pelat yang berfungsi sebagai
sekat dipasang dalam tangki setelah semua busa dan pengaruh prakoagulasi
disingkirkan. Mula-mula pelat bagian tengah dipasang terlebih dahulu. Lantas
diikuti pelat pembagi ruang hingga semua pelat terpasang. Pelat terlebih dahulu
dibasahi untuk mencegah tertutupnya udara dalam koagulum. Bila udara tertutup
maka hasil smoked sheet akan bergelembung-gelembung kecil. Lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk pembekuan adalah 2 jam.
Apabila lateks sudah membeku. pada
tangki koagulasi ditambahkan air untuk memudahkan kontraksi. Lateks beku yang
sulit dikeluarkan karena melekat pada pelat pemisah terjadi karena tidak
ditambahkan air. Air juga mencegah terjadinya oksidasi yang sering menimbulkan
noda oksidasi berwarna biru ungu. Larutan natrium bisulfit 0,5-1%digunakan
untuk mencegah oksidasi bila koagulum tidak langsung digiling hari itu
juga.
Koagulum diubah menjadi smoked sheet
melalui proses penggilingan. Sebagian besar air yang terkandung dalam koagulum
dikeluarkan melalui proses ini. Hasil pembekuan yang telah digiling menjadi
lebih tipis dan permukaannya menjadi lebih lebar. Sheet dengan ketebalan 3-3,5
mm biasanya dibuat dengan lebar dan dalam alur patron sekitar 3 mm. Sheet yang
memiliki ketebalan kurang dari 3 mm dibuat dengan lebar dan dalam alur patron
sekitar 2,4 mm. Ketebalan koagulum hasil pembekuan ikut pula menentukan
penggilingan. Koaulum yang lebih tebal dari 3 cm sulit untuk langsung digiling.
Koagulum yang terlalu tebal perlu dilakukan penggilingan pendahuluan sebelum
penggilingan yang sebenarnya.
Kecepatan penggilingan yang
terlampau tinggi bisa merobek lembaran smoked sheet. Sedangkan kecepatan yang
terlalu rendah bisa memperkecil kapasitas baterai sheet yang dipakai. Faktor
kecepatan bukan hal yang bisa diabaikan begitu saja. Kecepatan yang tepat harus
ditemukan sendiri pada setiap tempat pengolahan. Selesai penggilingan, sheet
yang diperoleh digantung selama satu jam untuk membuang airnya. Air akan
menetes dan jatuh terbuang. Jika penggantungan terlalu lama bisa terjadi
kesalahan pada sheet kering seperti rustines. Ini jelas mengurangi
kualitas.
Sheet yang telah digantung selama
satu jarn bisa diasapi dan dikeringkan. Pengasapan bertujuan agar bahan-bahan
pengawet yang terdapat pada asap terserap oleh lembaran-lembaran karet. Selain
itu juga membantu pengeringan dan menghambat pertumbuhan spora-spora cendawan
atau mikroorganisme lainnya. Selama pengasapan, suhu, ventilasi, dan jumlah
asap harus diatur dan dijaga. Lantai ruangan perlu disemen dan dibuat miring.
Agar air yang masih ada dalam sheet tidak mengumpul di ruangan maka perlu
dibuat parit pengairan ke luar. Pada hari pertama biasanya banyak sekali uap
air sehingga perlu dikeluarkan secepatnya dari ruangan. Pentingnya pengaturan
ventilasi dan pengairan disebabkan karena tempat yang selalu lembap mudah
menjadi sarang bakteri, cendawan, atau mikroorganisme lainnya.
Pengasapan dan pengeringan biasanya
berlangsung selama 4 hari lebih hingga selesai. Lama pengeringan tergantung
dari ketebalan sheet yang akan diolah. Lembaran sheet yang tebal membutuhkan
waktu pengeringan yang lama. Makin tipis Iembaran sheetnya, makin cepat waktu
pengeringannya. Dibutuhkan waktu 5-5,5 hari untuk mengeringkan sheet dengan
ketebalan 3-3,5 mm. Sheet yang tebalnya 2.5-3 mm membutuhkan waktu pengeringan
3.5-4 hari. Sheet yang tebalnya 2-2.5 mm membutuhkan waktu pengeringan 2,5-3
hari.
Penggunaan antikoagulan seperti
natrium sulfut juga bisa menambah lamanya pengeringan. Selain itu kekerasan
koagulum juga ikut mempengaruhi. Pada hari pertama suhu yang dibutuhkan dalam
kamar asap antara 40-450 C. Suhu yang terlalu rendah dapat
menimbulkan rustines dan suhu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan
gelembung-gelembung besar. Ventilasi harus memadai. Asap yang dibutuhkan banyak
sehingga lebih baik menggunakan kayu yang agak basah. Penggantungan lembaran
karet yang terlampau padat juga kurang baik.
Pada hari kedua suhu.dinaikkan
hingga 450-50o C, tetapi ventilasi dan asap dikurangi
menjadi setengahnya karena kebutuhan asap sudah berkurang.Pada hari ketiga suhu
dinaikkan lagi hingga 500-550 C. Ventilasi dan asap juga
dikurangi hingga kira-kira tinggal seperempat dari hari pertama. Setelah hari
keempat dan seterusnya suhu dipertahankan 500-550 C. Suhu
bisa dinaikkan hingga 600 C apabila sheet belum kering. Usahakan
ventilasi dan jumlah asap sekecil-kecilnya. Bila sheet sudah kering tetapi
warnanya belum sesuai dengan yang dikehendaki maka pengasapan diteruskan pada
suhu 500-55o C atau lebih rendah.Lembaran-lembaran karet
digantung diatas gantar-gantar dari bambu, kayu, atau bahan lain. Pemakaian
bahan yang bersih akan lebih baik karena dapat membantu mempertahankan
mutu.
Setelah diasapi dan dikeringkan
smoked sheet harus diseleksi atau disortir. Ini penting karena menyangkut mutu
yang dihasilkan dan harga jualnya. Dalam satu pak atau bandela tidak boleh
digabungkan smoked sheet yang berlainan mutunya karena bisa merusak kepercayaan
serta hubungan baik dengan pembeli.
Meja sortasi dari kaca bewarna susu
dengan dinding disebelah bawah yang bewarna putih membentuk sudut 45° dapat
digunakan untuk pemeriksaan. Cahaya sewaktu melakukan pengontrolan harus cukup
dan mengenai dinding putih. Bila ruangan gelap, dapat digunakan cahaya dari
lampu listrik. Yang dikontrol terutama adalah kotoran-kotoran dan gelembung
gelembung udara. Selain itu juga
diperiksa ketebalan, panjang dan lebar, serta warna smoked sheet yang
dihasilkan.
Warna smoked sheet yang diinginkan
pasar adalah cokelat dan sheet yang jernih. Kadang-kadang toleransi pasar
terhadap warna cukup besar karena warna bukanlah hal yang paling vital dalam
smoked sheet. Warna yang lebih tua karena terlalu banyak diasap tidak
diinginkan. Warna agak tua asalkan tidak berlebihan pengasapannya masih
diterima. Sedangkan warna yang terlalu muda tidak disukai karena biasanya sheet
yang dihasilkan mudah terserang jamur.
Ketebalan sheet harus diukur di
beberapa tempat sebab ada bagian yang menonjol ke luar dan sebaliknya ada
bagian yang tertekan. Dari beberapa tempat pengukuran tersebut diambil
rata-ratanya. Ketebalan sheet yang umum antara 2,5-3,5 mm. Ketebalan sheet
kadang-kadang menggunakan satuan nonius. Lembaran-lembaran yang lebih tebal
tidak baik karena memperpanjang waktu pengeringan dan mudah menyebabkan hasil
yang kurang baik seperti warna yang tidak rata dan timbul gelembung-gelembung
udara. Berat selembar sheet biasanya antara 1-1.5 kg. Oleh karena itu, setiap
sheet yang dihasilkan perlu ditimbang untuk mengecek apakah beratnya sudah
sesuai. Bisa saja hasil sheet tidak sesuai dengan berat yang telah ditentukan.
Penyimpangan berat biasa terjadi karena kesalahan selama pengenceran.
Panjang sheet yang biasa dibuat
adalah 90-135 cm dan lebarnya 45 cm. Karena panjang atau lebar sheet sering
sama (sheet biasanya dibuat standar) maka pengukuran panjang dan lebar hanya
dicantumkan rata-ratanya. Pengukuran dilakukan dari ujung ke ujung. Bila
panjang dan lebar tidak sama dengan angka standar maka angka panjang dan lebar
harus dicantumkan.
Setelah disortir dan diperiksa, lembaran
sheet yang telah jadi dipak dalam bandela serta dibungkus dengan lembaran karet
sheet dari kelas mutu yang sama atau lebih bagus. Satu bandela mempunyai berat
antara 224-250 lbs. Untuk kelas X RSS, RSS 1, dan RSS 2 pada kulit luarnya
dilumuri tepung agar tidak saling melekat. Sisi luar bandela semuanya dilumuri
dengan larutan kimia yang disebut the official bale coating solution dan
pada sisi yang berdampingan diberi tanda.
Terakhir, bandela-bandela ditimbang
kembali agar sama beratnya. Bila ada bandela yang beratnya kurang atau melebihi
1% dari berat seharusnya maka harus dipak ulang.Pengolahan karet sheet seperti
itu umumnya dilakukan di perkebunan-perkebunan karet besar, milik pemerintah
atau swasta. Sedangkan di perkebunan karet rakyat pengolahannya tergolong
sederhana. Karet sheet yang dihasilkan oleh petani atau karet sheet rakyat
umumnya tidak melalui proses pengasapan, berupa sheet angin.
C. Pengolahan Karet Crepe
Prinsip pengolahan karet crepe
adalah mengubah lateks segar dari kebun menjadi lembaran crepe melalui proses
penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan, dan pengeringan.
Perbedaannya dengan pengolahan sheet terletak pada tahap penggilingan dan
pengeringan crepe. Tahapan ini pada pengolahan sheet merupakan tahap
penggilingan dan pengasapan.
Untuk dibuat menjadi karet crepe,
lateks segar yang telah dikumpulkan dari kebun terlebih dahulu disaring di
tempat pengolahan. Penyaringan dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan lateks
yang baik dan bersih sebagai bahan baku. Kemudian, lateks diencerkan
sampai kadamya menjadi sekitar 20%. Pengenceran dilakukan dengan natrium
bisulfit yang juga merupakan bahan pemutih.
Asam format atau asam semut
ditambahkan dalam lateks yang dibekukan,bisa juga menggunakan asam asetat. Bila
menggunakan asam format sebagai pembeku, dosisnya adalah 0.5-0.7 ml per liter
lateks. Sedangkan dosis asam asetat 1-1.4 ml untuk setiap liter lateks.
Asam pembeku ini diberikan ke lateks segera setelah natrium bisulfit
diberikan. Kemudian, larutan diaduk secara merata. Busa atau buih-buih yang
timbul pada permukaan larutan segera dibuang. Pembuangan busa yang kurang baik
dapat menimbulkan garis-garis pada crepe kering. Busa sisa ini dapat diolah
lagi menjadi karet off crepe. Jadi, seandainya akan diolah lagi busa ini
ditampung di tempat khusus.
Seperti halnya karet sheet, karet
crepe juga dibekukan di dalam tangki. Setelah pembekuan, tangki koagulasi hams
ditutup agar crepe tidak tercampur kotoran. Untuk mencegah proses oksidasi yang
menyebabkan wama ungu pada crepe, ditambahkan air bersih atau larutan natrium
bisulfit 1% hingga aimya melebihi permukaan lateks. Pemberian natrium bisulfit
juga dapat menghindari/mengurangi warna kuning lateks. Lateks beku dengan
ukuran yang besar harus dipotong-potong terlebih dahulu agar mudah digiling.
Jenis crepe baku atau standar dibuat
dengan menggunakan 3 hingga 5 gilingan crepe yang masing-masing memiliki 2
roda. Setiap gilingan berputar dengan kecepatan yang tidak sama. Gilingan crepe
memiliki lebar 16-18 inci dan garis tengah 12-14 inci. Kemampuannya adalah
25-30 kg gilingan perjam. Ada juga gilingan crepe yang lebarnya sampai 30 inci.
Gilingan crepe lebih besar dibanding gilingan sheet. Pada bagian terakhir
gilingan terdapat finisher di mana terdapat roda-roda yang rata.
Pengolahan karet crepe dengan
kapasitas produksi yang rendah bisa memakai baterai crepe yang memiliki 3 buah
gilingan, yaitu gilingan pendahuluan, gilingan menengah, dan gilingan akhir
(nnisher). Untuk kapasitas produksi yang lebih besar dapat dipakai 4 atau 5
giiingan crepe. Pada jenis gilingan crepe ini terdapat 2 buah gilingan
akhir.
Setiap jamnya mesin penggiling
membutuhkan 0,18-0,22 KW tenaga listrik per kg crepe kering. Motor listrik
penggerak terdapat pada satu sumbu atau pada setiap gilingan. Setiap kilogram
karet crepe kering yang dihasilkan menggunakan air cucian sebanyak 5-6 liter.
Selama berlangsungnya penggilingan air harus selalu tersedia.
Setelah penggilingan selesai, lembaran
crepe digantung agar sisa-sisa air menetes dan dibantu pengeringannya oleh
angin. Penggantungan cukup beberapa jam dan dapat langsung dibawa ke kamar
pengeringan agar benar-benar kering. Melalui proses-proses di dalam ruangan
yang menggunakan alat pemanas seiama 5-7 hari maka crepe siap dipasarkan untuk
dijadikan bahan lain. Bila digunakan kamar yang tidak menggunakan alat pemanas,
pengeringan bisa berlangsung sangat lama, sekitar 2-4 minggu.
Kapasitas ruang pengering antara
11,25-16,5 kg/m2 luas ruangan. Bila jumlah yang akan dikeringkan
lebih tinggi dari kapasitas ruang maka pengeringan berjalan kurang baik.Tinggi
ruangan disesuaikan dengan panjang lembaran crepe yang akan digantung, yang
baik disisakan ruang kosong di bawah lembaran crepe sekitar 50 cm. Tidak mudah
untuk menghasilkan crepe yang memenuhi standar dan bermutu tinggi. Selama
pembuatan banyak hal-hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan
dalam pengolahan.
D. Pengolahan Karet Spesifikasi
Teknis (Crumb Rubber)
Pada intinya pengolahan karet
spesifikasi teknis dimaksudkan untuk mengubah cara-cara pengolahan yang
konvensional. Prinsipnya adalah usaha menghasilkan karet yang dapat diketahui
dan terjamin mutu teknisnya, disajikan beserta sertlflkat uji coba
laboratorium, pengepakan dalam bongkah kecil, mempunyai berat dan ukuran yang
seragam, serta ditutup dengan lembar plastik polyethylene.
Diberi nama karet spesiflkasi teknis
atau technically specilled rubber karena penetapan jenis-jenis mutunya
didasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar
penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe. maupun lateks pekat
tidak berlaku untuk jenis ini.
Persaingan karet alam dengan karet
sintetislah yang merupakan dasar timbulnya jenis karet ini. Karet sintetis
yang permintaannya cenderung meningkat mempunyai jaminan mutu dalam tiap
bandelannya. Keterangan sifat teknis karet serta keistimewaan-keistimewaan tiap
jenis mutu disertakan pula. Beberapa pihak pengelola karet alam akhirnya
mengupayakan perbaikan mutu karet alam dengan membuat bahan karet yang sudah
diketahui sifat-sifat teknisnya. Malaysia merupakan pelopor pengolahan karet
spesifnkasi teknis ini. Berdasarkan perbedaan bahan baku yang digunakan untuk
pembuatannya, pengolahan karet spesifikasi teknis dibedakan atas bahan baku
lateks dan bahan baku karet rakyat yang bermutu rendah.
A. Pengolahan Karet Spesifikasi
Teknis dari Lateks
Ada beberapa proses dasar yang
dilalui dalam pengolahan karet spesifikasi teknis dengan bahan baku lateks,
yaitu penerimaan dan penyaringan lateks, penggumpalan atau koagulasi,
pembutiran atau granulasi, pengeringan, dan pembungkusan.
Mula-mula lateks yang dikirim ke
tempat pengolahan disaring dan dikumpulkan dalam bak atau tangki. Kemudian,
dilakukan penggumpalan dalam bak atau tangkitangki tersebut sehingga
menghasilkan bongkahan-bongkahan atau koagulum.
Pemotongan koagulum merupakan
langkah yang harus dilalui sebelum dilakukan proses pembutiran. Mesin
pembutiran yang biasa digunakan adalah mesin pelletiser yang mempunyai banyak
pisau berputar.Hasil yang diperoleh dicuci hingga bersih kemudian dimasukkan
dalan mesin pengering. Biasanya pengeringan menggunakan mesin dan ban berjalan.
Hasil akhir dari karet spesifikasi teknis didinginkan sebelum dikemas. Berat
akhir diperoleh melalui penimbangan. Agar bandela berbentuk kecil dan seragam
maka bandela tersebut perlu dikempa. Ukuran bandela biasanya (28 x 14 x 7)
inci, sekitar (72 x 36 x 18) cm, atau (22,5 x 15x 7,5) inci, sekitar (58 x 38 x
19) cm. Berat yang ditetapkan untuk tiap bandela adalah 33,3 kg.
Selesai dikempa, bongkah dibungkus
dengan lembaran plastik polyethylene. Lembaran plastik polyethylene ini harus
memiliki ketebalan 0,03 mm, titik cair 1080 C, dan berat jenis 0,92.
Bungkus ini disertai tanda jenis mutu, tanda pengenal SIR, dan pabrik yang memproduksinya.
b. Pengolahan Karet
Spesifikasi Teknis dari Karet Rakyat Bermutu Rendah
Ada Pabrik yang membuat karet
Spesifilkasi teknis dengan bahan koagulum lateks atau lateks yang telah
mengalami Proses koagulasi. Biasanya koagulum lateks yang diolah ini bermutu
rendah, contohnya slabs karet rakyat, lump kebun, lump mangkok, scraps,
unsmoked sheet, dan lainlain.
Bahan koagulum lateks yang bermutu
rendah ini terlebih dahulu disortir. Setelah itu bahan ini dimasukkan ke dalam
tangkitangki air pembersih. Selanjutnya, bahan dibersihkan lagi dengan mesin
hammermill. Pada mesin ini pencucian diikuti dengan pemotongan lalu digiling
dengan mesin penggilingan crepe. Hasil yang ke luar dari mesin penggilingan
crepe dimasukkan ke mesin pelletiser atau mesin dengan pisau berputar. Di sini
bahan mengalami proses pembutiran.
Seusai proses pembutiran, bahan
mengalami perlakuan kimiawi. Larutan asam fosfat atau asam amino digunakan
untuk merendamnya. Terakhir, bahan dikeringkan dan diikuti proses pengepakan
seperti pada karet spesiflkasi teknis yang dibuat dari bahan lateks.
DAFTAR PUSTAKA
Evizal,
Rusdi. 2013. Dasar-Dasar Produksi Perkebunan.Graha Ilmu. Bandar Lampung
Setyamidjaja,
Djoehana. 1983. Karet, Budidaya dan Pengolahan. Yasaguna. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment