Tugas : Mata Kuliah Kependudukan
Oleh : Ishmah Nurhidayati
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.2017.
Oleh : Ishmah Nurhidayati
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.2017.
PEMBAHASAN
1.
Proyeksi
Penduduk
Salah satu sumber data kependudukan yang dianggap paling lengap dan
akurat adalah sensus. Akan tetapi sensus dilakukan setiap lima tahun sekali
bahkan pada umumnya di negara sedang berkembang dilakukan 10 tahun sekali,
sehingga tidak dapat memenuhi permintaan data secara mendesak untuk sesuatu
kepentingan tertentu. Untuk tujuan perencanaan pembangunan dan penilaian
program baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah diperlukan
data-data kependudukan tidak hanya besar atau jumlahnya saja tetapi komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin serta karakteristik sosial ekonomi baik
pada saat sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Untuk tujuan tersebut
diperlukan teknik estimasi ataupun proyeksi jumlah penduduk di masa mendatang
beserta struktur umurnya (Muliakususma, 1981)
Proyeksi penduduk merupakan salah satu unsur demografi yang sering
menarik perhatian mereka yang sedang mempelajari Ilmu Kependudukan. Hal ini
karena pengetahuan yang bertalian dengan jumlah penduduk suatu negeri atau
daerah di masa depan mempunyai beragam kegunaan seperti bagi penyusunan rencana
pembangunan sosial ekonomi negeri atau daerah yang bersangkutan. Seringkali di
samping ingin diketahui perkiraan penduduk total, juga ingin diketahui
perkiraan jumlah-jumlah penduduk dalam berbagai golongan umur menurut jenis
kelamin (Rusli, 1985)
Semua perencanaan pembangunan sangat membutuhkan data penduduk
tidak saja pada saat merencakan pembangunan tetapi juga pada masa-masa
mendatang yang disebut dengan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk bukan merupakan
ramalan jumlah penduduk untuk masa mendatang, tetapi suatu perhitungan ilmiah
yang didasarkan asumsi dar komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk yaitu
kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Ketiga komponen inilah yang
menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur penduduk di masa yang akan
datang (Mantra, 2003).
Ketajaman proyeksi penduduk sangat tergantung pada ketajaman asumsi
tren komponen pertumbuhan penduduk yang dibuat. Menurut BPS (1998), untuk
menentukan asumsi tingkat kelahiran, kematian, dan perpindahan di masa yang
akan datang diperlukan data yang menggambarkan tren di masa lampau hingga saat
ini, faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing komponen, dan hubungan
antara satu komponen dengan yang lain serta target yang akan dicapai atau
diharapkan pada masa yang akan datang (Mantra, 2003).
Proyeksi penduduk ini secara perodik perlu direvisi, karena sering
terjadi bahwa asumsi tentang kecenderungan tingkat kelahiran, kematian, dan
perpindahan penduduk (migrasi) yang melandasi proyeksi lama tidak sesuai lagi
dengan kenyataan. Biro Pusat Statistik (1998) sudah beberapa kali membuat
proyeksi penduduk yaitu pada setiap tersedianya data hasil sensus penduduk (SP)
1971, 1980, 1990, dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 dan 1995 (Mantra,
2003).
Data dasar yang diperlukan untuk pembuatan proyeksi penduduk adalah
sebagai berikut.
a.
Jumlah
penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebagai data dasar pembuatan
proyeksi penduduk.
b.
Besar
dan perkembangan angka kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.
c.
Tabel
kematian yang sesuai dengan perkembangan komponen demografi pada proyeksi
tersebut (Mantra, 2003).
1.1.
Evaluasi
Data Umur dan Jenis Kelamin
Menurut BPS (1998), data yang
diperoleh dari hasil sensus dan survei biasanya masih mengandung beberapa
kesalahan, walaupun telah diusahakan agar kesalahan tersebut tidak terjadi atau
sekecil mungkin. Kesalahan yang paling sering ditemukan adalah kurang tepatnya
pelaporan umur. Kesalahan ini sering terjadi, antara lain karena banyak
penduduk terutama di daerah pedesaan yang tidak melaporkan umur mereka dengan
benar. Hal ini disebabkan karena memang penduduk tersebut tidak mengetahui
tanggal kelahirannya atau umurnya, sehingga pelaporan umumnya hanya berdasarkan
perkiraan dia sendiri atau perkiraan, pencacah. Selain itu walaupun ada
penduduk yang mengetahui umurnya secara pasti tetapi karena alasan-alasan
tertentu melaporkan umurnya lebih tua atau lebih muda dari umur sebenarnya
(Mantra, 2003).
Seperti telah disebutkan di atas,
salah satu data dasar yang dibutuhkan untuk membuat proyeksi penduduk dengan
metode komponen adalah jumlah penduduk yang dirinci menurut umur dan jenis
kelamin. Oleh karena itu, untuk keperlua proyeksi ini data dasar yang
mengandung beberapa kesalahan perlu dievaluasi secara cermat, kemudian
dilakukan perapihan (adjustment) dengan tujuan untuk menghapus atau
memperkecil erbagai kesalahan yang ditemukan. (Mantra, 2003).
Mengingat pentingnya data mengenai
umur, maka untuk memperoleh keterangan tentang umur yanglebih baik dalam sensus
penduduk yang lalu dan SUPAS 1995 oleh BPS telah ditempuh berbagai cara. Bagi
responden yang tahu tanggal lahirnya dalam kalender Masehi, umur responden bisa
langsung dihitung, sedangkan bagi responden yang tahu tanggal lahirnya dalam
kalender Islam, Jawa dan Sunda, umur responden dihitung dengan menggunakan
tabel konversi kalender yang disediakan dalam buku pedoman pencacahan.
Terakhir, untuk responden yang tidak tahu tanggal kelahirannya, tetap
diupayakan memperoleh keterangan tentang umur dengan menggunakan kejadian
penting setempat atau nasional, atau membandingkan dengan umur orang atau tokoh
setempat yang diketahui waktu kelahirannya (Mantra, 2003).
Setelah data SUPAS 1995 diperoleh,
BPS membuat proyeksi penduduk Indonesia per propinsi selama 10 tahun (hingga
tahun 2005). Walaupun berbagai usaha untuk memperoleh keterangan tentang umur
sudah dilakukan namun data penduduk menurut umur dalam SUPAS 1995 masih tidak
terlepas dari kesalahan dalam pelaporan. Kesalahan yang terjadi antara lain
dengan adanya kebiasaan penduduk, terutama yang tidak tahu tanggal lahirnya,
melaorkan umurnya pada tahun-tahun yang berakhiran 0 dan 5. Di samping itu,
seperti telah disebutkan di atas terjadi juga kesalahan pada penduduk yang tahu
secara pasti umurnya tetapi karena alasan tertentu mereka melaporkan umurnya
lebih tua atau lebih muda dari seharusnya (Mantra, 2003).
1.2.
Perapihan
Umur
Seperti telah disinggung dimuka
perapihan umur dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil kesalahan yang ada
dalam data tersebut. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka kesalahan-kesalahan
itu akan terbawa ke dalam perhitunga proyeksi, sehingga akan mempengaruhi
jumlah dan struktur umur penduduk dalam periode proyeksi tersebut. Dalam
melakukan perapihan umur kesulitan yang dihadapi adalah tidak diketahui secara pasti letak
kesalahan-kesalahan yang ada, sehingga sulit menentukan umur-umur mana saja
yang sudah pasti salah dan mana yang benar, sehingga perapihan dilakukan untuk
semua kelompok umur (Mantra, 2003).
BPS mengadakan perapihan adata dasar
penduduk menurut umur dan jenis kelamin (SUPAS 1995) dilakukan dalam tiga
tahapan yang berbeda. Pertama, merapihkan data penduduk umur (10-64) tahun.
Kedua, merapihkan data penduduk umur 65 tahun ke atas. Ketiga, tahap terakhir
adalah merapihkan data penduduk umur (0-9) tahun. Masing-masing tahap perapihan
data dasar dilakukan dengan metode yang berbeda (Mantra, 2003).
2.
Kegunaan
Proyeksi Penduduk.
Pada masa dahulu, pemerintah
tertarik pada “population projection” terutama untuk keperluan pajak
atau keperluan mengetahui besarnya ekuatan negaranya. Pada decade akhir-akhir
ini, pemerintah memerlukan proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggungjawabnya
untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyatnya melalui pembangunan
yang terencana (Muliakusuma, 2000).
Mengingat semua rencana-rencana
pembangunan, baik ekonomi maupun sosial menyangkut pertimbangan tentang jumlah serta
karakteristik daripada penduduk di masa mendatang, proyeksi mengenai jumlah
serta struktur penduduk dianggap sebagai persyaratan minimum untuk proses
perencanaan pembangunan:
a.
Dibidang
pangan : menentukan kebutuhan akan bahan
pangan sesuai dengan gizi serta susunan penduduk menurut umur.
b.
Di
bidang kesehatan : menentukan
jumlah medis, dokter, obat-obatan, jumlah tempat tidur di rumah-rumah sakit
yang diperlukan selama periode proyeksi.
c.
Di
bidang pendidikan : proyeksi
penduduk dipakai sebagai dasar untuk memperkirakan jumlah penduduk usia sekolah,
jumlah murida, jumlah guru, gedung-gedung sekolah, pendidikan pada masa yang
akan datang.
d.
Dibidang
Tenaga Kerja : menentuak
jumlah angkatan kerja, penyediaan lapangan kerjayang erat hubungannya dengan
proyeksi tentang memungkinkan perencanaan untuk memperhitungkan perubahan
tingkat pendidikan, ‘skilled’ dan pengalaman dari tenaga kerja.
e.
Di bidang Produksi Barang dan Jasa : denga proyeksi angkatan kerja dalam hubungannya dengan data
mengenai produktivitas merupakan dasar estimasi produksi barang-barang dan ajsa
di masa mendatang (Muliakusuma, 2000).
Jadi penggunaan proyeksi penduduk
tersebut di ats dapat digunakanuntuk dua macam perencanaan :
a.
Perencanaan
yang tujuannya unntuk menyediakan jasa sebagai response terhdap penduduk yang
sudah diproyeksikan tersebut.
b.
Perencanaan
yang tujuannya untuk merubah trend penduduk menuju ke perkembangan demografi
sosial dan ekonomi.
c.
Jenis
dan definisi Perkiraan penduduk. Ada tiga macam jenis perkiraan penduduk yaitu
antar sensus (Intercensal), sesudah sesus (postcensal), dan
proyeksi (Projection) (Muliakusuma, 2000).
3.
Metode
Proyeksi
Pada hakikatnya perhatian
harus lebih diarahkan kepada metode matematis dengan dilandasi oleh keyakinan
bahwa terdapa juga kemungkinan untuk menemukan hukum pertumbuhan penduduk yang
secara relative sederhana. Perubahan berikutnya yang terjadi di dalam angka
kelahiran dan angka pertumbuhan menunjukkan bahwa metode seperti itu ternyata
sangat tidak memenuhi harapan, dan proyeksi biasanya disusun secra ekslusif
dengan menggunakan metode komponen (Pollard, 1984).
3.1.Mathematical
Method
Pada matematical method digunakan kalau
kita tidak mengetahui data tentang komponen pertumbuhan penduduk, di sisni
dianggap yang digunakan hanyalah penduduk keseluruhan.Dalam mathemagtical
method kita dapat menggunakan perumusan matematika dan yang paling sederhana
adalah :
a. Linear
dengan cara arithmetic dan geometric
b. Non
linear antara lain exponential
1.
Arithmetic rate of growth
Pertumbuhan
penduduk secara arithmat adalah pertumbuhan penduduk dengan jumlah (absolut
number) adalah sama setiap tahun.
Rumus : Pn =Po (1+ m)
Di mana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
Po =jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
r =angka pertumbuhan penduduk
n =periode waktu dalam tahun
2.
Geometric rate of growth
Pertumbuhan
penduduk secara geometric adalah pertumbuhan penduduk yang menggunakan dasar
bunga berbunga. Jadi pertumbuhan penduduk di mana angka pertumbuhan adalah sama untuk setiap tahun.
Rumus : Pn = Po
Dimana
Pn =
jumlah penduduk pada tahun n
Po =
jumlah penduduk pada tahun awal
r =angka
pertumbuhan penduduk
n =jangka
dalam waktu
3.
Exponential rate of grow
Pertumbuhan
penduduk secara terus menerus setiap hari dengan angka pertumbuhan yang
konstan.
Rumus: Pn = Po atau Pt = Po
Dimana:
Pn atau Pt =
jumlah penduduk pada tahun n atau t
Po =
jumlah penduduk pada tahun awal
r =
angka petumbuhan penduduk
n atau t =
waktu dalam tahun
e =
bilangan pokok dari sistem logarima natural yang besarnya sama dengan 2,7182818
3.2.Metode Komponen
Untuk memproyeksikan jumlah penduduk
pada waktu yang akan datang dalam jangka waktu relatif pendek dapat dilakukan
baik dengan menggunakan metode matematika maupun metoda komponen karena hasil
secara total ( jumlah penduduk keseluruhan ) hampir tak ada perbedaan. Akan
tetapi apabila proyeksi penduduk dalam jangka yang lebih panjang ( lebih dari
lima tahun ) maka perbedaan hasil proyeksi makin berarti.
Terutama kalau terjadi perubahan
tingkat kelahiran, tingkat kematian, timgkat migrasi dan penggunaan metoda
matematika kurang mensukseskan.Oleh karena itu metoda komponen lebih banyak
digunakan karena metode komponen mencangkup determinan-determinan pertumbuhan
penduduk.
Kebaikannya:
a. Memperhatikan perubahan tiap-tiap
komponen dalam pertumbuhan penduduk, yaitu Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi.
b. Di dalam metoda ini kita mulai
dengan asumsi – asumsi Mortalitas, Fertilitasi, dan Migrasi.
Data-data yang diperlukan.
Sebelum memulai pembuatan proyeksi
kita memerlukan data sebagai berikut:
a. Distribusi penduduk menurut umur dan
jenis kelamin yang telah dilakukan prorating dan adjustment.
b. Menentukan level of mortality suautu
penduduk tertentu.
c. Mengestimasikan pola fertilitasi
(ASFR)
d. Menetukan rasio jenis kelamin saat
lahir ( ratio atbirth )
e. Menentukanpola migrasi ( proporsi migrasi menurut umur )
Metode komponen kohor atau sering disebut metode komponen lebih
dipercaya untuk digunakan pada proyeksi penduduk jangka panjang, karena metode
komponen memperhitungkan perubahan-perubahan dalam komponen utama pertumbuhan
penduduk (kelahiran, kematian, dan perpindahan). Menurut Adioetomo dan Samosir
(2010), proyeksi penduduk pada waktu yang akan datang dalam jangka waktu yang
relative pendek dapat menggunakan metode matematik maupun komponen, dan
keduanya menghasilkan jumlah penduduk keseluruhan yang tidak berbeda jauh.
Namun apabila proyeksi penduduk dilakukan untuk jangka waktu yang lebih panjang
(lebih dari lima tahun), maka perbedaan proyeksi penduduk total antara kedua
metode tersebut akan semakin berarti.
Masih menurut Adioetomo dan Samosir (2010), proyeksi penduduk dengan metode komponen dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu demografi uniregional dan demografi multiregional. Metode demografi uniregional menggunakan angka migrasi bersih total tanpa memperhatikan kemana arus migrasi keluar dan darimana arus migrasi masuk di suatu daerah. Sementara itu, metode demografi multiregional memperlakukan migrasi masuk ke suatu daerah sebagai migrasi keluar dari daerah asal tertentu dan migrasi keluar dari suatu daerah sebagai migrasi masuk di daerah tertentu.
Metode komponen merupakan metode yang banyak digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk . Metode ini memungkinkan penggunaan informasi statistik dari komponen perubahan penduduk. Metode ini memungkinkan untuk melakukan proyeksi menurut umur dan jenis kelamin. Penghitungan metode komponen kohor memperhitungkan jumlah dari setiap kohor di masa depan dengan memperhitungkan efek dari tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi.
Masih menurut Adioetomo dan Samosir (2010), proyeksi penduduk dengan metode komponen dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu demografi uniregional dan demografi multiregional. Metode demografi uniregional menggunakan angka migrasi bersih total tanpa memperhatikan kemana arus migrasi keluar dan darimana arus migrasi masuk di suatu daerah. Sementara itu, metode demografi multiregional memperlakukan migrasi masuk ke suatu daerah sebagai migrasi keluar dari daerah asal tertentu dan migrasi keluar dari suatu daerah sebagai migrasi masuk di daerah tertentu.
Metode komponen merupakan metode yang banyak digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk . Metode ini memungkinkan penggunaan informasi statistik dari komponen perubahan penduduk. Metode ini memungkinkan untuk melakukan proyeksi menurut umur dan jenis kelamin. Penghitungan metode komponen kohor memperhitungkan jumlah dari setiap kohor di masa depan dengan memperhitungkan efek dari tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi.
Model-model ekstrapolasi trend yang
didiskusikan diatas mengacu pada perkiraan penduduk secara agregat, sementara
model komponen kohor mengacu pada perubahan-perubahan komponen penduduk (yaitu
fertilitas, mortalitas dan migrasi) secara terpisah. Penduduk secara
keseluruhan dibagi kedalam beberapa kohor/kelompok umur. Interval (k) dari
kohor ini umumnya dalam satu tahunan (0-1, 1 -2, 2-3 dst), lima tahunan (0-4,
5-9, 10-14 dst), atau 10 tahunan (0-9, 10-19, 20-29. Selanjutnya, kohor dibagi
lagi berdasarkan gender dan etnis.
Pengelompokan penduduk berdasarkan
komponen-komponen yang mempengaruhi perubahan penduduk, kelompok umur, gender
dan etnis akan membantu untuk membangun pemahaman yang lebih baik mengenai
dinamika penduduk suatu daerah. Karena ukuran kohor semakin kecil, maka akan semakin
terperinci informasi yang dapat digunakan dalam analisis. Misalnya, bayi dan
penduduk umur-umur tua akan memiliki persentase kematian yang lebih tinggi
dibandingkan penduduk usia muda. Jumlah kelahiran akan bervariasi berdasarkan
umur dan etnis dari penduduk wanita. Demikian juga, migrasi akan bervariasi
menurut umur, gender dan etnis individu.
Persamaan dalam model komponen kohor
adalah:
Dimana:
Pt = penduduk tahun t pada kohor di interval
k
t = tahun
n = umur awal dari kohor
k = jumlah tahun dalam kohor (interval
kohor umur) DTH = total kematian
IR = total kelahiran
NMIG = total migrasi bersih
Karena penduduk kohor n pada tahun
sebelumnya () dikurangi dengan jumlah kematian
dalam kohor tersebut () adalah jumlah penduduk yang
bertahan hidup ke kohor n pada tahun t (), maka persamaan dapat ditulis
ulang sebagai berikut:
Berikut diberikan perhitungan-perhitungan
untuk ketiga komponen dalam metode ini:
a. Mortalitas-Tingkat Survival
Mortalitas dihitung dalam model sebagai
jumlah penduduk dalam kohor tertentu n-k pada tahun t-k, yang bertahan hidup ke
kohor berikutnya (n) pada tahun t.
Dimana: penduduk dari kohor n-k pada tahun t-k
n-kSRVk = tingkat bertahan hidup (survival)
b. Kelahiran- Tingkat Fertilitas
Fertilitas adalah jumlah bayi yang
dilahirkan wanita usia subur (biasanya antara 15-44 tahun). Tingkat fertilitas
diberikan melalui persamaan berikut:
Dimana: tingkat fertilitas wanita dalam
kohor n dari interval k
jumlah
kelahiran oleh wanita pada kohor n
jumlah
wanita dalam kohor n
Tingkat fertilitas yang diperoleh dari
rumus diatas dapat digunakan untuk menghitung jumlah kelahiran dalam interval
waktu yang sama sesuai dengan ukuran kohor. Misalnya, jika ukuran kohor adalah
lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14), maka proyeksi dapat dilakukan untuk interval
lima tahunan (2005, 2010, 2015).
Selanjutnya, jika wanita-wanita pada
kohor umur tertentu tidak memiliki kelahiran, maka untuk keakuratan
perhitungan, tingkat fertilitas perlu disesuaikan. Tingkat fertilitas yang disesuaikan
adalah rata-rata dari dua tingkat fertilitas yang berurutan.
Dimana: tingkat fertilitas yang disesuaikan dari
wanita dalam kohor n dengani nterval k
Total kelahiran selanjutnya dibagi atas
kelahiran bayi laki-laki dan bayi perempuan berdasarkan sex ratio waktu lahir
dari data masa yang lalu.
c. Migrasi bersih (Net Migration).
Migrasi
bersih adalah perbedaan antara jumlah penduduk yang masuk dengan jumlah
penduduk yang keluar dari suatu daerah, dengan persamaan:
3.3.Metode Ratio
Menurut Smith, Tayman dan Swanson (2001),
model ratio-sebagaimana model ekstrapolasi trend- juga didasarkan pada trend
masa lalu. Model ratio menggunakan konsep bahwa penduduk (atau perubahan
penduduk) pada suatu wilayah yang lebih kecil (wilayah studi) merupakan
proporsi dari penduduk (perubahan penduduk) dari wilayah yang lebih luas, atau
wilayah basis (base area). Model ini sederhana dan mudah dalam perhitungannya
serta membutuhkan data yang relative lebih sedikit. Meskipun demikian, model
ini membutuhkan proyeksi penduduk dari wilayah basis tersebut.
Model ratio mencakup model constant
share, shift share dan model share of growth.
a. Model Constant Share
Model ini berasumsi bahwa share penduduk
dari daerah studi merupakan suatu proporsi yang konstan dari daerah basis dan
proyeksi dilakukan berdasarkan proporsi konstan tersebut. Model disajikan dalam
bentuk persamaan berikut:
Dimana:
P =
jumlah penduduk pada daerah studi
Pj = penduduk pada daerah basis atau daerah yang
lebih luas yang didalamnya terdapat daerah studi
l = tahun akhir dari observasi
t
= tahun proyeksi
Jika data wilayah studi menunjukkan
kecenderungan yang sama seperti wilayah basis, penggunaan model ini akan
menghemat waktu dan lebih sederhana dalam penerapannya. Namun demikian, jika
daerah studi dan daerah basis memiliki trend pertumbuhan yang berlawanan,
artinya jika daerah studi mengalami penurunan penduduk dan daerah basis
mengalami peningkatan penduduk, atau sebaliknya, proyeksi ini tidak dapat
diaplikasikan
b. Model Shift Share
Model shift share mencoba mengoreksi
kelemahan dari model constant share dengan memasukkan indeks pergeseran (shift
term) untuk menghitung perubahan share penduduk dari waktu ke waktu. Jika
pertumbuhan daerah studi lebih cepat dari daerah basis maka shift term akan
positif. Sebaliknya jika pertumbuhan daerah studi lebih lambat dari daerah
basis, maka shift termnya akan negative.
Persamaan dalam metode ini adalah sebagai berikut:
Dimana:
b = tahun awal observasi
s = shift term
z = jumlah tahun dalam proyeksi (t-1)
y = jumlah tahun dalam periode observasi (1-b)
Satu kelemahan utama dari metode ini
adalah jika terjadi pertumbuhan atau pengurangan yang tinggi pada tahun dasar,
hal ini dapat menyebabkan bertambahnya atau berkurangnya penduduk dalam jumlah
yang sangat besar pada tahun proyeksi. Oleh karenanya, penggunaan metode ini
untuk proyeksi penduduk jangka panjang harus dilakukan secara hati-hati.
c. Metode “share of growth”
Metode ini menggunakan share dari
pertumbuhan penduduk bukannya share dari jumlah penduduk seperti yang digunakan
dua model ratio sebelumnya. Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa share
pertumbuhan penduduk daerah studi pada periode observasi akan berlaku sama
dalam periode proyeksi.
Model ini disajikan dalam bentuk
persamaan berikut:
Metode ini akan lebih tepat diterapkan
jika trend pertumbuhan penduduk pada daerah studi sama dengan trend pertumbuhan
pada daerah basis. Misalnya jika pertumbuhan penduduknya sama-sama meningkat
atau sama-sama menurun.
4.
Publikasi BPS tentang Proyeksi Penduduk
Publikasi
proyeksi penduduk yang pernah diilakuakn oleh BPS yaitu:
a. Proyeksi
Penduduk Indonesia 1971-1980
b. Proyeksi
penduduk Indonesia 1980-1990
c. Proyeksi
Penduduk Indonesia per Propinsi 1990-2000
d. Proyeksi
Penduduk Indonesia Per Propinsi 1995-2005
Perbaikan proyeksi selalu dilakukan, karena sering terjadi
asumsi-asumsi yang dibuat mengenai fertilitas (fertility), mortalitas
(mortality), dan migrasi (migration) tidak sesuai lagi denagn keadaan data yang
baru.
DAFTAR PUSTAKA
Mantra,
Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Muliakusuma,
Sutarsih. 1981. Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta.
Muliakusuma,
Sutarsih. 2000. Dasar-Dasar Demografi, Edisi 2000. Lembaga
Penerbit FE UI. Jakarta.
Pollard,
A.h dkk. 1984. Teknik Demografi. Bina Aksara. Jakarta.
Rusli,
Said. 1985. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta.
That's
it. so sorry, rumusnya mungkin ga ada, karena di file asli
dia bentuknya
picture, dan gue males ngedit. ha ha ha. Thank you for visited my blog. Wish
the content is helping you.
yang lagi nugas manajemen keuangan
Ishmah N 🐳
0 comments:
Post a Comment