Tugas : Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Oleh : Ishmah Nurhidayati
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2016.
Telur diletakkan pada cabang tanaman dalam sarang yang dibentuk oleh betina. Masing-masing sarang bisa berisi 200 telur atau lebih. Telur berwarna cokelat kemerahan.Lama stadia telur adalah 5-8 minggu.Nimfa keluar dari sarang telur secara bersama-sama. Nimfa kelihatan seperti dewasa kecuali dia lebih kecil dan sayap belum sempurna. Nimfa ganti kulit beberapa kali. Nimfa berwarna putih, kuning ,ungu, dimana bentuk dan warnanya berubah seperti warna bunga. Nimfa mengalami 5 instar.Imago kawin dan betina bertelur dalam sarang. Biasanya betina makan jantan langsung setelah kawin atau sambil kawin. Imago berwarna hijau cerah. Stadia imago kurang lebih 4 bulan (Indriyati, 2013).
Oleh : Ishmah Nurhidayati
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2016.
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan serangga adalah proses perkembangan atau berubahnya bentuk dan ukuran tubuhnya yang tidak akan kembali lagi ke bentuk semula dengan berbagai kegiatannya. Dimana serangga tersebut melakukan berbagai gerakan, tumbuh, berkembangbiak, peka terhadap lingkungan dan mengadakan proses metabolisme.
Keberadaan serangga sebagai salah satu komponen biotik dalam suatu ekosistem mutlak diperlukan. Keberadaanya dalam ekosistem mengakibatkan berlangsungnya interaksi antara serangga dengan komponen biotik lainnya.Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan Penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses terjadinya metamorphosis paurometabola
2. Mengetahui perbedaan setiap tahapan (nimfa dan imago)
3. Mengetahui matamorfosis ordo paurometabola
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1. Bahan dan Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pensil, pulpen, kertas dan cawan.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tubuh serangga (Belalang sembah, rayap, belalang, jangkrik, kepi hijau, walang sangit, kecoa, bapak pucung, dan cocopet) yang sudah diawetkan.
2.2. Prosedur Kerja
Pada praktikum ini, prosedur kerja yang digunakan yaitu:.
1. Mengamati bagian-bagian tubuh serangga yang sudah diawetkan.
2. Mencatat hasil pengamatan
.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2. Pembahasan
3.2.1. Cocopet (Chelisoces morio)
A. Klasifikasi
Serangga ini memiliki nama umum cocopet, berbentuk memanjang, ramping dan agak gepeng yang menyerupai kumbang pengembara, tetapi mempunyai sersi seperti capit. Tarsi tiga ruas, tipe mulut mengunyah dan metamorfosis sederhana. Cocopet-cocopet muda ruas-ruas antenanya lebih sedikit dari pada yang dewasa, dengan ruas-ruas tambahan setiapkali berganti kulit. Berikut ini klasifikasi cocopet.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropelzinga
Kelas : Insecta
Ordo : Dermaptera
Famili : Chelisochisidae
Genus : Chelisoches
Spesies : Chelisoches morio (Arianto, 2014).
B. Siklus Hidup
Cocopet mengalami metamorfosis hemimetabola (hemimetabola) dan aktif pada malam hari. Daur HidupDermaptera kawin dengan posisi ujung bertemu ujung, seringkalisaling memegang penjepitnya, Betina dapat menyimpan spermauntuk beberapa bulan sebelum fertilisasi. Betina bertelur sebanyak 30 telur pada lubang dibawah puing. Betina memelihara telur dari jamur dan parasit lain serta predator. Larva berkembang secara bertahap dengan molting. Parental care berlanjut sampai 2-3 tahap pada larva, dimana induk mungkin memakan bayinya. Nymphamirip dengan dewasa, namun tanpa sayap. Dewasa ketika tahapmolting ke 5.Dermaptera dewasa memiliki satu siklus setiap tahundan hibernasi ketika musim dingin didalam lubang.Pada musimsemi, jantan keluar dari lubang sehingga induk dapat merawat telurnya (Arianto, 2014).
C. Proses Metamorfosis
Cocopet mengalami metamorfosis hemimetabola. Metamorfosis tidak sempurna atau hemimetabola perubahan bentuk yang tidak mengalami fase pupa. Pada pertumbuhan dan perkembangan hemimetabola, hewan muda memilikibetuk yang sama dengan hewan dewasa, hanya saja ukuran dan kematangan organ reproduksinya yang berbeda. Oleh karena itu, hewan muda disebut dengan nimfa, bukan larva. Tahapan- tahapan pada hemimetabola yaitu telur –nimfa- imago (Arianto, 2014).
D. Peranan
Dermaptera merupakan serangga omnivora yang dapat berperansebagai predator.Cocopet memakan sayuran yang membusuk, terkadang tumbuh-tumbuhan hidup, dan beberapa spesies sebagai pemangsa atau predator serangga lainnya. Perilaku menangkap mangsa dilakukan dengan mengarahkan forcep kemulut dengan melengkungkan abdomen di atas kepala (Arianto, 2014).
3.2.2. Bapak pucung(Leptocorisa acuta)
A. Klasifikasi
Badan bapak pucung berwarna merah api dengan panjang 11-17mm dan lebar 4,5 mm. Di belakang kepala dan perut, ada garis putih dan hitam. Sayapnya berwarna coklat terdapat sepasang bercak hitam. Nimfanya berawarna merah cerah dan hidup berkelompok. Berikut ini klasifikasi Bapak pucung
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropelzinga
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Pyrrhocoridae
Genus : Dysdercus
Spesies : Dysdercus cingulatus (Arianto, 2014).
B. Daur hidup
Telur bapak pucung biasanya diletakan dibawah tanaman inang atau di tempat yang terlindung pada lubang kecil. Lubang tersebut kemudian ditutup dengan butiran tanah atau serasah. Jumlah telur sekitar 100 yang dibagi dalam 8 kelompok. Untuk perkembangannya, telur perlu kelembaban yang tinggi. Jika keadaan kering, telur akan mati. Telur menetas dalam 5 hari pada suhu 27 derajat Celcius, atau 8 hari pada suhu 23 derajat Celcius.
Nimfa akan mengalami beberapa kali proses pergantian kulit atau ekdisis. Tiap tahapan diantara pergantian kulit itu disebut instar. Nimfa bapak pucung mengalami 5 kali instar. Warna nimfa yang telah dewasa penuh adalah merah dengan bercak hitam pada sayapnya. Panjang nimfa 10-15 mm. Lamanya periode nimfa adalah 21 hari pada suhu 27 derajat celcius, atau 35 hari pada suhu 23 derajat celcius. Masa perkawinan bapak pucung 2-6 hari dan mulai bertelur 3-8 hari kemudian (Arianto, 2014).
C. Proses Metamorfosis
Bapak pucung mengalami metamorfosis hemimetabola. Metamorfosis tidak sempurna atau hemimetabola perubahan bentuk yang tidak mengalami fase pupa. Pada pertumbuhan dan perkembangan hemimetabola, hewan muda memilikibetuk yang sama dengan hewan dewasa, hanya saja ukuran dan kematangan organ reproduksinya yang berbeda. Oleh karena itu, hewan muda disebut dengan nimfa, bukan larva. Tahapan- tahapan pada hemimetabola yaitu telur –nimfa- imago (Arianto, 2014).
D. Peranan
Pada dasarnya bapak pucung merupakan hama, baik serangga muda maupun dewasa, yang menyerang tanaman dari keluarga Malvaceae (kapas, rosela, dan okra) serta keluarga Bombacaceae (kapuk randu) (Arianto, 2014).
3.2.3. Belalang sembah (Mantis religiosa)
A. Klasifikasi
Belalang sembah termasuk dalam Kingdom Animalia dengan Sistem Klasifikasi sebagai berikut
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom: Invertebrata
Sub Kingdom: Invertebrata
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Mantodea
Famili : Mantidae
Genus : Mantis
Spesies : Mantis religiosa (Yeti, 2011)
B. Siklus Hidup
C. Proses Metamorfosis
Belalang sembah mengalami metamorfosis hemimetabola. Metamorfosis tidak sempurna atau hemimetabola perubahan bentuk yang tidak mengalami fase pupa. Pada pertumbuhan dan perkembangan hemimetabola, hewan muda memilikibetuk yang sama dengan hewan dewasa, hanya saja ukuran dan kematangan organ reproduksinya yang berbeda. Oleh karena itu, hewan muda disebut dengan nimfa, bukan larva. Tahapan- tahapan pada hemimetabola yaitu telur –nimfa- imago (Arianto, 2014).
D. Peranan
Belalang sembah adalah serangga pemangsa tingkat tinggi dan merupakan serangga karnivora yang makan segala macam serangga dan terkadang bersifat kanibal. Mereka biasanya diam dan menunggu korban mereka dengan tungkai-tungkai depan dengan posisi yang diangkat ke atas. Serangga ini mempunyai cara kamuflase atau penyamaran yang baik, ada yang mirip seperti daun, ranting, bunga dan sebagainya, sehingga tidak dikenali oleh mahluk yang lainnya, termasuk mangsanya (Indriyati, 2013).
3.2.4. Belalang(Valanga nigricornis)
A. Klasifikasi
Belalang adalah salah satu jenis hewan herbivora yang termasuk dalam ordo orthoptera dengan famili Acrididae. Hewan ini memiliki dua antena dibagian kepala yang jauh lebih pendek dari bentuk tubuh. belalang ini juga memiliki femor belakang yang panjang dan kuat sehingga dapat lompat dengan baik, dan bahkan juga memiliki kebiasan – kebiasan mengerik atau mengeluarkan suara pada malam hari. Berdasarkan sebuah penelitian, dan pengamatan belalang kayu ini dapat diklasifikasikan dan morfologikan berdasarkan tingkatan taksonomi diantaranya yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nigricornis (Kurniawan, 2013)
B. Siklus Hidup
Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari.
Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang.
C. Proses Metamorfosis
Belalang mengalami metamorfosis lengkap atau tidak lengkap sederhana yang terdiri dari 3 atau 4 tahap yaitu Polong telur berbentuk oval memanjang dan sering melengkung. Seringkali ukuran biji beras, telur mungkin putih, kuning-hijau, cokelat atau berbagai warna cokelat tergantung pada spesies.Telur menetas menjadi nimfa, yang terlihat seperti orang dewasa kecil tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa menyerupai kecil, orang dewasa bersayap.Anakan yang baru menetas berwarna putih, namun setelah paparan sinar matahari, mereka menganggap warna khas dan tanda-tanda orang dewasa. Nimfa meranggas kulit mereka berkali-kali saat mereka tumbuh menjadi orang dewasa
D. Peranan
Belalang adalah hama rakus yang sangat merugikan, mereka makan mulai dari daun jati, pisang, padi, jagung hingga tebu. 50 ekor belalang dewasa dapat menghabiskan makanan setara dengan seekor sapi dewasa.
3.2.5. Rayap (Coptotermes curvignathus)
A. Klasifikasi
Rayap termasuk ke dalam ordo isopteran dan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Kelas : Insecta
Ordo : Isoptera
Family : Rhinotermitidae
Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvignathus (Pratama, 2013)
B. Siklus Hidup
Siklus hidup rayap dimulai dari telur lunak berwarna jingga transparant yang selanjutnya akan menetas menjadi larva. Larva kemudian akan tumbuh menjadi rayap muda yang disebut nymph. Ketika beranjak dewasa, rayap muda ini akan memilih peran mereka dalam koloni (Ditjen Perkebunan, 2013).
C. Proses Metamorfosis
Proses pertumbuhan rayap dari telur menuju dewasa melalui tiga tahap, yaitu: telur – nimfa (larva) – dewasa (imago). Karena tanpa melewati fase pupa atau chrysalis atau pembentukan kepompong, rayap termasuk serangga dengan metamorfosis tidak sempurna (Hemimetabola). Rayap muda (larva/nimfa) yang menetas mirip dengan induknya, tetapi ada organ yang belum muncul, misalnya sayap. Sayap akan muncul pada saat rayap dewasa (imago). Rayap muda (larva/nimfa) menuju dewasa mengalami pertumbuhan berulang dan pergantian kulit (ekdisis), fase ini disebut fase Instar (Ditjen Perkebunan, 2011).
D. Peranan
Rayap adalah hama penting pada tanaman karet, Rayap menyerang pada akar dan batang tanaman karet yang mengakibatkan pelukaan jaringan sehingga mengalami kerusakan. Pada tingkat serangan yang berat mengakibatkan tanaman karet mengalami kematian dan rebah. Akibat pelukaan akar tanaman karet mengakibatkan mudah diserang oleh penyakit (Ditjen Perkebunan, 2013)
3.2.6. Jangkrik (Gryllus sp)
A. Klasifikasi
Jangkrik merupakan hewan yang termasuk dalam ordo Orthoptera, termasuk di dalamnya Gryllus sp ( jangkrik ) adalah bersifat hemimetabola, mulutnya tipe pengunyah, memilki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, yang disebut tegumina.Jangkrik diklasifikasikan ke dalam :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo : orthoptera
Family : Grylludae
Genus : Gryllus
Spesies : Gryllus sp (Yeti, 2011)
B. Siklus Hidup
Siklus hidup jangkrik betina adalah > 3 bulan, sedangkan jangkrik jantan kurang < 3 bulan. Telur jangkrik akan menetas pada umur ± 13 hari, umur nimfa adalah ± 1,5 bulan, dan umur jangkrik dewasa adalah ± 1,5 bulan. Nimfa jangkrik akan berganti kulit sebanyak 6-8 kali selama masa pertumbuhannya. Setelah nimfa ganti kulit yang terakhir akan menjadi jangkrik dewasa, jangkrik dewasa akan mulai kawin setelah umur 3-4 hari (Zainudin, 2013).
C. Proses Metamorfosis
Jangkrik mengalami metamorfosis hemimetabola. Metamorfosis tidak sempurna atau hemimetabola perubahan bentuk yang tidak mengalami fase pupa. Pada pertumbuhan dan perkembangan hemimetabola, hewan muda memilikibetuk yang sama dengan hewan dewasa, hanya saja ukuran dan kematangan organ reproduksinya yang berbeda. Oleh karena itu, hewan muda disebut dengan nimfa, bukan larva. Tahapan- tahapan pada hemimetabola yaitu telur –nimfa- imago (Arianto, 2014).
D. Peranan
Jangkrik adalah pemakan tumbuhan atau omnivora, jika dalam posisi kekurangan makanan mereka dapat memakan apa saja termasuk jenis jangkrik lainnya bisa di jadikan makanan untuk mempertahankan hidupnya, bahkan memakan organ tubuhnya sendiri. Jangkrik merupakan serangga liar, bahkan jangkrik kadang di sebut sebagai hama tanaman di alam, jangkrik biasanya di temukan di daerah areal pesawahan atau tanah lapang. (Zainudin, 2013).
3.2.7. Kepik Hijau (Nezara Viridula)
A. Klasifikasi
Klasifikasi kepik hijau (Nezara viridula):
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula
B. Siklus Hidup
Serangga ini berwarna hijau, memiliki sepasang antena, memiliki sepasang sayap yang berbentuk bangun segitiga, memiliki mata fasek, memiliki tiga pasang tungkai. Panjang kepik hijau sekitar 16 mm. Telur diletakkan berkelompok pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri-dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar. Siklus hidup: 4 – 8 minggu: Telur 5 – 7 hari, Larva: 21 – 28 hari
C. Proses Metamorfosis
Kepik hijau mengalami metamorfosis hemimetabola. Metamorfosis tidak sempurna atau hemimetabola perubahan bentuk yang tidak mengalami fase pupa. Pada pertumbuhan dan perkembangan hemimetabola, hewan muda memilikibetuk yang sama dengan hewan dewasa, hanya saja ukuran dan kematangan organ reproduksinya yang berbeda. Oleh karena itu, hewan muda disebut dengan nimfa, bukan larva. Tahapan- tahapan pada hemimetabola yaitu telur –nimfa- imago (Arianto, 2014).
D. Peranan
Kepik hijau merupakan hama. Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji (Tohir, 2013)
3.2.8. Walang sangit (Dysdercus cingulatas)
A. Klasifikasi
Walang sangit secara umum morfologi tersusun dari antenna, caput, toraks, abdomen, tungkai depan, tungkai belakang, sayap depan dan sayap belakang. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras, tebal dan tanpa vena. Sayap belakang bertipe membranus dan terlipat dibawah sayap dengan saat serangga istirahat. Tipe alat mulut yaitu penggigit-pengunyah dengan kemampuan mandibular berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionadae alat mulutnya terbentuk moncong yang terbentuk di depan kepala. Berikut ini klasifikasi walang sangit (Arianto, 2014).
B. Siklus Hidup
Walang sangit mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Walang sangit dewasa meletakkan telur pada bagian atas daun tanaman khususnya pada area daun bendera tanaman padi. Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per induk 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya 19 hari. Lama preoviposition 21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit 46 (Arianto, 2014).
C. Proses Metamorfosis
Walang sangit mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm (Petani Hebat, 2013).
D. Peranan
Walang sangit adalah salah satu hama yang menyerang tanaman padi. Gejala serangan berupa bulir padi yang hampa karena sudah dimakan habis. Hama ini sekarang menjadi hama umum tanaman padi dan menyebar luas dengan cepat di seluruh wilayah di dunia. Di Indonesia walang sangit merupakan hama potensial yang pada waktu-waktu tertentu menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%. Diduga bahwa populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25%. Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun padi akan menurunkan hasil 15%. Hubungan antara kepadatan populasi walang sangit dengan penurunan hasil menunjukkan bahwa serangan satu ekor walang sangit per malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27% (Arianto, 2014).
3.2.9. Kecoa (Blateridae sp)
A. Klasifikasi
Kecoa termasuk ke dalam kelas insecta dan ordo Blattodea, memiliki sekitar 3.500 spesies yang tersebar hampir di semua belahan bumi, kecuali wilayah kutub. Berikut ini klasifikasi kecoa
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Superordo: Dictyoptera
Ordo : Blattodea
Famili : BlaberidaeSpesies : Blaberidae sp (Jaya, 2012).
Ordo : Blattodea
Famili : BlaberidaeSpesies : Blaberidae sp (Jaya, 2012).
B. Siklus Hidup
Mula-mula, telur kecoak akan menetas menjadi nimfa. Nimfa ialah tahapan tubuh hewan muda. Nimfa pada kecoak memiliki bentuk tubuh yang hampir serupa dengan kecoak dewasa, tetapi ukuran nimfa lebih kecil dan belum bersayap. Dalam perkembangannya, nimfa akan mengalami pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali hingga menjadi kecoak dewasa. Setelah dewasa, kecoak tersebut akan bertelur. Telur tersebut akan menetas. Tahapan perubahan bentuk akan terulang lagi (Jaya, 2012).
C. Proses Metamorfosis
Kecoa adalah salah satu contoh hewan yang melakukan metamorfosis tidak sempurna dalam hidupnya. Metamorfosis kecoa termasuk metamorfosis tidak sempurna karena ia tidak melalui fase pupa atau kepompong. Proses metamorfosis kecoa hanya melalui 3 fase saja dengan urutan pertama fase telur, kemudian fase nimfa, dan fase kecoa dewasa (Sugeng, 2016)
D. Peranan
Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit. Peranan tersebut antara lain sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen, sebagai inang perantara bagi beberapa spesies (Jaya, 2012).
IV. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Metamorfosis bertahap (paurometabola) merupakan perubahan secara bertahap dalam bentuk luarnya dari telur sampai bentuk dewasa.
2. Nimfa adalah telur yang menetas menjadi serangga pradewasa, sedangkan imago adalah serangga dewasa.
3. Ordo serangga yang memiliki proses metamorphosis bertahap (paurometabola) yait orthoptera, isopteran, hemiptera, dermaptera, dan thysanoptera.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, Febri. 2014. Pengenalan Ordo Hemiptera, Odonata, dan Dermaptera
http://febri-bebek.blogspot.co.id/2014/11/pengenalan-ordo-hemiptera-2-odonata-dan.html diakses pada 2 November 2016 pukul 18.00 WIB.
Ditjen Perkebunan. 2013. Mengenal rayap dan peranannya. http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/berita-283-mengenal-rayap-dan-peranannya.html. Diakses pada 3 November 2016 pukul 04.48 WIB
Indriyati, Ryien. 2013. Daya Predasi Belalang Sembah. http://ryrien-indriyati.blogspot.co.id /2012/07/daya-predasi-belalang-sembah.html Diakses pada 2 November 2016 pukul 20.23 WIB
Jaya, Burhanuddin Kalana. 2012. Siklus Hidup Kecoa, Taksonomi, Morfologi dan Peranan Hidup Kecoa. http://kalana-jaya.blogspot.co.id/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada 3 November 2016 pukul 06.02 WIB
Kurniawan, Fredi. 2013. Klasifikasi dan Morfologi Belalang Kayu. http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-belalang-kayu/ Diakses pada 2 November 2016 pukul 18.14 WIB
Petani Hebat. 2013. Klasifikasi dan morfologi Walang Sangit. http://www.petanihebat.com/2013/05/klasifikasi-dan-morfologi-walang-sangit.html Diakses pada 3 November 2016 pukul 05.42 WIB
Pratama, Zulian. 2013. Ordo Isoptera. http://prachzpratama2.blogspot.co.id/2013 /04/makalah-ordo-isoptera-rayap-tanah-dan.html Diakses pada 2 November 2016 pukul 20.13 WIB
Sugeng. 2016. Metamorphosis Kecoa. http://www.ebiologi.com/2016/10/ metamorfosis-kecoa-urutan-proses-gambar.html Diakses pada 3 November 2016 pukul 06.08 WIB
Tohir. 2013. Hama Nimfa Kepik Hijau dalam Pertanian. http://chyrun.com/nimfa-kepik-hijau/ Diakses pada 3 November 2016 pukul 05.35 WIB
Yeti, Teresa. 2011. Gryllus sp http://kancanedewe.blogspot.co.id/2011/08/gryllus-sp-jangkrik.html Diakses pada 3 November 2016 pukul 05.00 WIB
Yeti, Teresa. 2011. Mantis religiosa. http://kancanedewe.blogspot.co.id/2011/08/ mantis-religiosa-belalang-sembah.html Diakses pada 2 November 2016 pukul 19.51 WIB
Zainudin, Zenzen. 2013. Mengenal Jenis Jangkrik. http://www.agrotani.com/ mengenal-jenis-jenis-jangkrik/ Diakses pada 3 November 2016 pukul 05.31 WIB
0 comments:
Post a Comment