Tugas : Responsi Kewirausahaan
Oleh : Adam Rahmatullah, Cindy Hosiani DPS., Eka Wahyu R. Ishmah Nurhidayati.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.2017.
"Thanks for visited my blog. Wish the content is helping you"
Oleh : Adam Rahmatullah, Cindy Hosiani DPS., Eka Wahyu R. Ishmah Nurhidayati.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.2017.
I. PEMBAHASAN
1.1Sinopsis
Tri Astuti merupakan seorang
pengusaha sukses di bidang fashion. Brand miliknya, mutif, kini sudah
terkenal dan memiliki cukup banyak peminat.
Keberhasilannya tentu tidak ia dapatkan dengan mudah. Berkali-kali ia menghadapai masalah yang
cukup membuatnya hampir saja menyerah.
Semasa kecilnya, Tri Astuti berada
dalam keluarga yang berkecukupan. Ayahnya
menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam kementrian keuangan, sehingga ia
tidak pernah menghadapi masalah yang berarti dalam hal finansial. Walaupun begitu, sedari kecil Tri Astuti
sudah diajarkan untuk hidup sederhana oleh sang ayah. Hal itu merupakan prinsip sang ayah sebagai
hasil dari tempaan hidup yang dirasakan ayahnya ketika miskin dulu. Ayah dari Tri astuti merupakan seorang putra
petani yang dengan kerja kerasnya akhirnya bisa bersekolah dan mendapat jabatan
yang tinggi. Cerita ayahnya mengenai
perjuangannya semasa muda membuat Tri Astuti kagum, dan menjadikan ayahnya
sebagai idola serta teladan dalam hidupnya.
Tri Astuti merasa sangat bersyukur memiliki keluarga yang hangat, dengan
kondisi ekonomi yang cukup baik.
Namun semuanya tidak berlangsung
lama. Sebuah berita mengejutkan
menghampiri keluarganya. Sang ayah
divonis terkena kanker. Sebuah penyakit
ganas yang pengobatannya membutuhkan dana tidak sedikit, hingga akhirnya
membuat keluarganya harus menjual beberapa rumahyang sempat dibeli. Tak kunjung sembuh, akhirnya keluarganya
harus berhutang untuk membiayai pengobatan.
Sakitnya sang ayah menjadi momentum berbaliknya kondisi keluarga Tri
Astuti, dari berkecukupan secara ekonomi, menjadi berangsur-angsur melemah. Puncak dari kesedihannya, sang ayah
meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Episode ini membalik kondisi
kehidupan keluarga Tri Astuti, yang semula tenang dan berkecukupan, menjadi
penuh dengan tantangan yang tidak pernah dihadapi sebelumnya. Sepeninggal Ayahnya, belakangan baru
diketahui bahwa tersisa utang dengan jumlah cukup besar, sisa dari bebagai
pinjaman yang dilakukan demi pengobatan sang Ayah.
Akhirnya sang ibu yang merupakan
seorang ibu rumah tangga biasa itu pun berubah.
Beliau keluar dari zona amannya. Dengan
uang pensiun ayahnya, sang ibu menyewa jongko kecil di pasar, untuk digunakannya
berjualan pakan ayam. Sebuah profesi
yang belum pernah dijalaninya selama ini.
Tri Astuti pun rajin membantu ibunya untuk berjualan di pasar. Hal inilah yang disyukurinya hingga kini
karena diantara saudara-saudaranya yang lain, hanya ia yang mewarisi bakat
dagang, senang berjualan, tidak gengsi, tahan malu terhadap pandangan orang
lain, dan etos kerja yang tinggi dari pengalamannya tersebut.
Setelah lulus kuliah, Tri Astuti
mulai berpikir ulang tentang kehidupan dan keluarganya. Sederhana sekali pemikirannya saat itu. Ia ingin mengbah keadaan! Ia ingin membahagiakan
sang ibu yang sudah berusaha menyekolahkannya!
Berbekal bakat dagang yang
didapatkan dari sang ibu sewaktu membantu jualan pakan ayam semasa dulu,
dipadukan dengan pembelajaran mengenai etoskerja yang kuat dari sang ayah, Tri
Astuti pun memulai langkah bisnis pertama di tahun 2003. Berbagai bisnis ia jalani hingga tahun 2007. Mulai dari broker properti, outlet
burger, outlet es krim, minuman, pulsa, digital printing,
warnet, apotek, perangkat elektronik, alat kesehatan, suplemen dan obat herbal
bahkan Forex, dan semuanya hancur. Bahkan
bisnisnya yang terakhir, Forex, membuatnya merugi dan akhirnya memiliki hutang
sebesar hampir setengah miliar rupiah.
Pencerahan datang ketika ia
mengikuti seminar seorang pebisnis handal, Heppy Trenggono. Ia mulai menyadari kesalahan-kesalahan yang
dilakukannya selama ini yang membuat bisnisnya bangkrut. Pola pikir yang dulu amat diyakininya akan
membuatnya berhasil diputar balik, sampai ia menemukan bahwa pola pikirnya
selama ini keliru. Satu kalimat dari pak
Heppy Trenggono yang mengubah mindset-nya dan menjadi mula dari segala
perubahan dirinya yaitu “Sell it before you buid it!”, Bangun dulu
pasarnya, baru buka pabriknya.
Pada pertengahan tahun 2007,
beberapa teman dan keluarga Tri Astuti menawarkan produk dengan menggunakan katalog,
mulai dari sepatu, pakaian, suplemen, makanan, alat kesehatan, elektronik, dan
lain-lain. Ia pun akhirnya mulai menjual
produk-produk tersebut, bermodal katalog.
Ternyata dari berbagai katalog, yang
menghasilkan penjualan dan pesanan yang terus berulang, serta yang beritanya
paling cepat menyebar adalah katalog produk pakaian. Juga tidak perlu pengetahuan yang hebat
mengenai produk saat berjualan, karena informasi yang dimuat di katalog
sudah mewakili semua penjelasan. Profitable dan sustainable juga
tidak ada resiko basi seperti bisnis makanan.
Akhirnya Tri Astuti fokus pada satu produk saja, makanan.
Namun selama berbisnis dengan katalog,
ia menenmukan banyak kekurangan, dan yang paling menonjol adalah desain yang
bagus tapi bahan kurang berkualitas atau sebaliknya, bahan berkualitas namun
desainnya biasa saja. Berangkat dari
kendala tersebut, ia mulai berfikir untuk memproduksi produk pakaian sendiri,
yaitu pakaian yang memiliki desain yang bagus, serta bahan yang berkualitas.
Belajar dari pengalamannya di masa
lalu, bisnisnya ia mulai dengan sangat hati-hati. Merek yang kini ia pakai merupakan hasil dari
pemikiran yang panjang, hingga ia akhir yang memilih merk Mutif, yang merupakan
kepanjangan dari muslim kreatif. Untuk
bahan dari pakaian yang akan dia pakai, dia memilih untuk terjun langsung ke
pasar untuk melakukan survei bahan. Sebelum
mulai penjualan, ia juga melakukan tes pasar dan menentukan golongan mana yang
akan menjadi target pasarnya nanti.
Untuk pemasaran. Tri Astuti menggunakan brosur. Beberapa temannya yang dulu sama- sama
menjadi reseller kini ikut menjadikan produknya sebagai slah satu variasi produk
jualan mereka. Dengan cara ini, produk
Tri Astuti perlahan-lahan di kenal oleh konsumen. Selanjutnya, brousu yang kualitas gambarnya
diganti dengan menggunakan katalog. Hasilnya?
Angka penjualan pun semakin meningkat, dan menjadi semakin tinggi ketika Tri
Astuti memasang iklan di beberapa majalah.
Mulanya, bisnis ini dijalankan oleh
Tri Astuti seorang diri dengan memanfaatkan kamar kos berukuran 3x3 meter serta
terasnya. Kamar kos itu perlahan-lahan
disulap menjadi gudang menyimpanan stok produk awal Mutif. Sedangkan bagian teras dimanfaatkan sebaga
kantor. Benar-benar perjalanan awal yang
penuh dengan efesiensi sana-sini.
Tri Astuti mengelola bisnisnya
sendirian selama 2-3 minggu.. Merasa
tidak sanggup mengelola sendirian, ia pun mulai merekrut beberapa karyawan. Dimulai dari satu orang karyawan saja, lama
kelamaan setiap bulannya karyawannya bertambah.
Proses terus berjalan. Karyawan
juga bertambah lagi. Karena semakin
banyaknya karyawan, kantor Mutif pun akhirnya pindah ke tempat lebih besar. Tri Astuti tidak membeli sebuah rumah,
melainkan mengontrak. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan bahwa ia tidak bisa meramalkan keadaan bisnisnya di
beberapa tahun yang akan datang. Selain
itu, membeli rumah tentu akan mengurangi modal, sedangkankan bisnisnya yang
sedang berkembang dengan pesatnya tentu sangat membutuhkan modal untuk terus
berproduksi.
Karena perkembangannnya yang pesat,
pada tahun 2014, Kantor Mutif kembali pindah ke tempat yang lebih besar. Namun keadaan ini justru menimulkan masalah
lain, yaitu komunikasi antar karyawan. Karyawan
yang sudah memiliki ruangan masing-masing, ternyata membuat banyak informasi
yang terlewat. Seolah-olah semua bagian
sudah tahu dan mengerti. Akibatnya,
banyak pekerjaan yang tidak tertangani karena belum terbangunnya sistem yang
baik.
Seiring berjalannya waktu, dampak
dari peningkatan penjualan berupa mitra jaringan menyebabkan permintaan
terhadap produk Mutif semakin bertambah.
Sayangnya, hal ini berbenturan dengan kapasitas produksi Mutif yang
masih sangat terbatas. Tri Astuti pun
mulai khawatir apabila permintaan banyak tapi ternyata kuantitas dan kualitas
produk tidak siap menghadapinya. Padahal
menurut pengalamannya menjadi reseller, ketiadaan prosuk dengan berbagai
alasan, termasuk karena kapasitas produksi yang belum memadai, akan menggerus
kepercayaan mitra dan konsumen.
Tri Astuti pun menambah mitra
kerjanya untuk memenuhi permintaan pasar.
Namun, belakangan ia baru menyadari bahwa kelangkaan produk seperti ini
bisa menjadi sebuah strategi pemasaran.Kelangkaan barang yang tidak disengaja
justru menjadi momentum yang membuat tidak sedikit orang akhirnya penasaran
dengan produk Mutif. Sebagai solusi
terakhir akhirnya Mutif berupaya untuk membangun situs web resmi mutif. Di sana di pajang informasi
selengkap-lengkapnya mengenai Mutif yang nantinya tentu akan memperudah
konsumen. Prinsip yang masih dipegangnya
selama ini dalam menjalankan bsinisnya yaitu “ Mutif bukan menawarkan produk
yangberharga murah, tapi berbiaya murah”, namun tentu saja dengan kualitas yang
tetap di jaga.
1.2 Karakteristik Pengusaha
Menurut Wirya Saputra ada 10
Karakter wirausaha yaitu visionary,
bersikap positif, percaya diri, asli, goal oriented, tahan uji, siap
menghadapi resiko, kreatif, kompetitor yang sehat, dan pemimpin yang demokratis.
a. Visionary (visioner) yaitu
mampu melihat jauh ke depan, selalu melakukan yang terbaik pada masa kini,
sambil membayangkan masa depan yang lebih baik.
Seorang wirausaha cenderung kreatif dan inovatif.
b. Positive (bersikap
positif),
yaitu membantu seorang wirausaha selalu berpikir yang baik, tidak tergoda untuk
memikirkan hal-hal yang bersifat negatif, sehingga dia mampu mengubah tantangan
menjadi peluang dan selalu berpikir akan sesuatu yang lebih besar.
c. Confident (percaya
diri),
sikap ini akan memandu seseorang dalam setiap mengambil keputusan dan
langkahnya. Sikap percaya dan tidak
selalu mengatakan “Ya” tetapi juga berani mengatakan “Tidak” jika memang
diperlukan.
d. Genuine (asli),
seorang wirausaha harus mempunyai ide, pendapat dan mungkin model sendiri. Bukan berarti harus menciptakan sesuatu yang
betul-betul baru, dapat saja dia menjual sebuah produk yang sama dengan yang
lain, namun dia harus memberi nilai tambah atau baru.
e. Goal Oriented (berpusat
pada tujuan), selalu berorientasi pada tugas dan hasil. Seorang wirausaha ingin selalu berprestasi,
berorientasi pada laba, tekun, tabah, bekerja keras, dan disiplin untuk
mencapai sesuatu yang telah ditetapkan.
f. Persistent (tahan uji),
harus maju terus, mempunyai tenaga, dan semangat yang tinggi, pantang menyerah,
tidak mudah putus asa, dan kalau jatuh segera bangun kembali.
g. Ready to face a risk (siap
menghadapi risiko), risiko yang paling berat adalah bisnis
gagal dan uang habis. Siap sedia untuk
menghadapi risiko, persaingan, harga turun-naik, kadang untung atau rugi,
barang tidak laku atau tak ada order. Harus
dihadapi dengan penuh keyakinan. Dia
membuat perkiraan dan perencanaan yang matang, sehingga tantangan dan risiko
dapat diminimalisasi.
h. Creative (kreatif
menangkap peluang), peluang selalu ada dan lewat di depan
kita. Sikap yang tajam tidak hanya mampu
melihat peluang, tetapi juga mampu menciptakan peluang.
i. Healthy Competitor (menjadi
pesaing yang baik).
Kalau berani memasuki dunia usaha, harus berani memasuki dunia
persaingan.Persaingan jangan membuat stres, tetapi harus dipandang untuk
membuat kita lebih maju dan berpikir secara lebih baik. Sikap positif membantu untuk bertahan dan
unggul dalam persaingan.
j. Democratic leader
(pemimpin yang demokratis), memiliki kepemimpinan yang
demokratis, mampu menjadi teladan dan inspirator bagi yang lain. Mampu membuat orang lain bahagia, tanpa
kehilangan arah, dan tujuan, dan mampu bersama orang lain tanpa kehilangan
identitas dirinya sendiri.
Menurut kami, Tri Astuti memiliki
hampir semua karakteristik tersebut.
Karakteristik yang pertama, visionary
dapat dilihat ketika ia memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah
ketimbangmembelinya. Hal ini dikarenakan
ia merasa bahwa bisnisnya belum pasti selalu dalam keadaan baik di waktu yang
akan datang, sehingga ia lebih memilih menggunakan uang yang ada sebagai modal
pembuatan baju dari pada menggnakannya untuk membeli atau mengkredit rumah.
Karakteristik yang kedua, bersikap
positif. Tri Astuti tidak pernah
kehilangan motivasi bisnisnya walau berulangkali gagal. Ia selalu percaya bahwa suatu saat ia akan
berhasil dan hal itu terbukti saat ini. Ketiga,
tahan uji. Karakteristik ini yang paling
sering terlihat dalam perjalan hidup Tri Astuti. Ia tidak menyerah begitu saja ketika hidupnya
seperti diputar balik saat ayahnya meninggal.
Ia bahkan dua belas kali gagal dalam menjalankan bisnis dan memiliki
hutang hapir setengah milyar. Namun ia
tetap tidak menyerah. Berikutnya,
percaya diri. Hal ini terlihat dari
kemampuannya menjalankan bisnisnya, terutama saat ini menjadi reseller menggunakan
katalog, dimana pekerjaan tersebut membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi
dalam menjalankannya.
Karakteristik selanjutnya, goal
oriented. Ia selalu tahu tujuan
hidupnya dan berfokus ke sana. Ia tahu
apa keinginannya dan bagaimana cara mendapatkannya. Keenam, siap menghadapi resiko. Hal ini terlihat dari bagaimana Tri Astuti
tak pernah jera untuk memulai bisnis, padahal seperti yang kita tahu, resiko
dalam berbisnis sangat besar. Selanjutnya,
kreatif. Ide bisnis Tri Astuti seakan
tak pernah habis. Selain itu,
kemampuannya melihat cela yang membuatnya medapatkan ide bisnisnya yang
terakhir sangat memperlihatkan karakteristik yang satu ini. Terakhir, healthy competitor atau kompetitor
yang sehat. Kejujuran yang ditanamkan
sang ayah pada Tri Astuti semenjak kecil, membuat Tri Astuti sangat jujur dalam
menjalankan bisnisnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa karakter yang dimiliki Tri Astuti adalah visionary, bersikap
positif, percaya diri, goal oriented, tahan uji, siap menghadapi resiko,
kreatif, dan yang terakhir, kompetitor yang sehat.
1.3 Karakteristik yang Paling Menonjol
Setelah
membaca buku biografi mengenai Tri Astuti dan jatuh bangunnya dalam
berwirausaha, kami menyimpulkan bahwa karakteristik paling menonjol yang ia
miliki adalah:
a. Confident (percaya diri)
Meskipun ia berkali-kali jatuh bangun dalam
membangun dan mengembangkan usaha, tetapi ia tidak pernah putus asa dan tetap
percaya diri bahwa suatu saat bisnis yang dilakukannya akan berhasil. Bahkan meski terlilit hutang bank sekian
milyar, ia tidak putus asa tetapi justru mencari jalan keluar yakni dengan
memulai bisnis tanpa usaha, bisnis katalog.
Ketika usaha penjualan bajunya sudah maju, ia percaya diri untuk
memproduksi baju-baju tersebut karena banyaknya permintaan konsumen seringkali
tidak terpenuhi karena produksi pabrik yang tidak kontinu. Untuk melakukan hal-hal tersebut diperlukan
kepercayaan diri yang tinggi, sebab tanpa kepercayaan diri, ia tidak akan
berani mengambil keputusan-keputusan yang berpengaruh pada bisnisnya.
b. Persistent (tahan uji)
Tahan uji merupakan karakteristik utama yang
dimiliki Tri Astuti. Meskipun terlilit
hutang bank sekian milyar, ia tidak melarikan diri dan justru memulai usaha
baru. Kegagalan usaha tidak membuatnya
terpuruk, namun dijadikan pengalaman untuk bangkit kembali, bahkan menjadi
lebih baik. Karakteristik ini mendukung
kepercayaan diri yang ia miliki. Tanpa
memiliki ketahanan uji tentunya ia tidak percaya diri dan berani mengambil
resiko.
c. Ready to face a risk
(berani menghadapi resiko)
Ia sudah mencoba berbagai usaha, mulai dari makanan,
percetakan, pulsa, sampai warnet. Namun
karena semua dilakoninya dengan hanya mengandalkan pengalaman, resiko jatuh
pada kondisi yang sama terus berulang. Resiko
tersebut tidak menjadikannya takut melanjutkan usaha, tetapi justru dihadapi
dengan berani. Ia menilai bahwa resiko
dalam berwirausaha adalah hal yang tidak boleh dihindari, tetapi bagaimana kita
melawan dan menghadapi resiko tersebut.
1.4 Karakteristik yang Penting pada Pengusaha Sukses
Berdasarkan
biografi Tri Astuti dan beberapa pemaparan teori para ahli mengenai karakteristik
pengusaha, kami menyimpulkan bahwa seorang pengusaha sukses setidaknya
berkarakteristik:
a. Percaya
diri
Kepercayaan terhadap kemampuan diri menjadi modal
utama untuk meraih kesuksesan dalam berwirausaha. Tri Astuti contohnya, meskipun berulang kali
gagal dalam bisnisnya, ia tidak pantang mundur dan percaya bahwa ia pasti dapat
menemukan bisnis yang cocok untuknya.
b. Kemampuan
untuk belajar dari orang lain
Seorang wirausaha harus membangun jaringan yang baik
dengan orang lain, contohnya mengikuti organisasi. Dengan mengikuti dan menjadi anggota dalam
suatu organisasi akan mendapatkan ide-ide praktek terbaik dari orang lain dan
manfaat lainnya. Tri Astuti, dengan
komunitas kecilnya, pada awalnya ia berniat membagikan ilmu bisnisnya, tetapi
justru mendapat jaringan reseller melalui kegiatannya. Tidak hanya belajar dari orang lain,
pengalaman juga mengajarkan banyak hal untuk bertahan dalam bisnis.
c. Suka
mencoba dan inovatif/kreatif
Pengusaha yang memiliki karakteristik ini mampu
menghasilkan ide-ide baik untuk produk atau jasa baru dengan cara baru untuk
menerapkannya. Sehingga produk atau jasa
serta pengalaman yang diberikan ke konsumen bervariasi. Dengan begitu, konsumen tidak merasa bosan
malahan akan bertambah loyal. Ini pun
penting demi kepentiman promosi produk supaya bisa mendatangkan konsumen baru. Hal tersebut juga dilakukan Tri Astuti, ia
terus menerus berinovasi dengan produk bajunya sehingga terciptalah baju-baju
yang cocok dengan keinginan konsumennya.
d. Jujur
Seorang wirausahawan sukses akan berusaha selalu
terbuka dalam setiap situasi. Ia
menghargai klien dan rekan-rekan satu timnya dengan cara mengatakan kebenaran
pada mereka. Saat ia tidak bisa memenuhi
tenggat waktu, tidak mampu memenuhi target, atau tidak bisa memenuhi keinginan
pasar ia akan mengatakan kegagalan ini dengan jujur. Hal ini tentunya sudah tertanam dalam diri
Tri Astuti dan wirausahawan lainnya. Tidak
hanya jujur pada klien dan rekan-rekan, mereka juga jujur pada diri sendiri
mengenai kesalahan-kesalahan bisnis yang mereka lakukan sehingga menjadi bahan
introspeksi untuk diperbaiki. Dalam
menghadapi kendala-kendala teknis seperti ketersediaan barang yang tidak
kontinu sedangkan permintaan banyak, kualitas produk menurun, dll, mereka
mencoba terbuka terhadap kekurangan produknya sehingga tidak terkesan
mengunggulkan namun merugikan konsumen.
e. Penuh
Perencanaan
Perencanaan setiap aspek usaha menjadi suatu
keharusan karena ini mengharuskan Anda untuk menganalisa setiap kondisi usaha,
penelitian dan mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan terutama didasarkan
pada fakta-fakta yang terungkap melalui penelitian. Hal inilah yang menjadi pembelajaran bagi Tri
Astuti. Jika sebelumnya pola
berwirausahanya adalah membuat produk lalu mencari pasar, kini ia melakukan
kebalikannya. Langkah sebelumnya yang
diambil tidak direncanakan dengan matang dan melihat resikonya. Akan tetapi ia mengubah pola pikir itu
setelah mengikuti seminar seorang pengusaha sukses.
f. Menguasai
seni negosiasi
Kemampuan untuk bernegosiasi secara efektif harus
dimiliki wirausahawan untuk melakukan segala upaya untuk menguasai dan mengatur. Pengaturan yang saling menguntungkan ini
berarti bahwa setiap orang yang terlibat merasa mereka telah memenangkan, yang
benar-benar dasar untuk membangun jangka panjang dan hubungan bisnis yang
menguntungkan.
g. Motivasi
diri dan tekad
Dorongan untuk terus berjalan dan melihat hal-hal
yang dilewati sehingga selalu bersemangat dalam menjalankan usaha. Seorang wirausaha yang sangat termotivasi dan
fokus memiliki kemauan untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan secara
efisien dan efektif, sehingga produktivitas yang lebih tinggi, peningkatan
pendapatan, penghematan biaya dan mendapatkan kepuasan dalam usaha. Seperti Tri Astuti dan wirausahawan lainnya,
mereka pasti pernah mengalami keterpurukan dalam menjalankan usahanya. Tetapi, mereka tetap memotivasi diri untuk
menjalankan usaha tersebut karena memiliki tujuan masing-masing, contohnya
untuk membantu keluarga. Dengan memiliki
motivasi dan tekad untuk mengembangkan usaha, kesabaran mereka berbuah.
1.5
Karakteristik yang
Dapat Dikembangkan pada Diri
Belajar dari biografi Tri Astuti, karakteristik yang ingin kami kembangkan
untuk membentuk jiwa kewirausahaan yaitu:
a. Percaya diri
Kepercayaan diri merupakan modal utama dalam mengembangkan jiwa wirausaha. Tanpa kepercayaan diri kita tidak akan mampu
membuka dan mengembangkan usaha. Kepercayaan
diri diperlukan dalam usaha seperti untuk mencari jaringan komunitas,
memperkenalkan produk kepada konsumen, memperluas jaringan pemasaran, dll.
b. Berani menghadapi resiko
Karakteristik ini berhubungan dengan kepercayaan diri. Dengan memiliki kepercayaan diri, kita akan
berani menghadapi resiko apapun yang terjadi dalam mengembangkan usaha. Selain itu, dengan berani dan menghadapi
resiko, kita akan bertanggungjawab untuk mencari penyelesaian masalah terhadap
resiko tersebut.
c. Kreatif
Kreatif juga merupakan modal utama dalam mengembangkan usaha. Seorang wirausahawan sukses hendaknya
memiliki kreativitas selain dalam hal menciptakan produk, juga kreatif dalam
mencari alternatif pemecahan masalah atau resiko yang sedang dihadapi. Dengan memiliki kreativitas, kita dapat
menciptakan produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Pola pikir tersebut hendaknya diubah yakni
dari melihat peluang pasar, baru menciptakan produk, seperti apa yang diajarkan
oleh Tri Astuti dalam bukunya.
II. KESIMPULAN
Kesimpulan dari
paper ini adalah:
1.
Karakter
yang dimiliki Tri Astuti adalah visionary, bersikap positif, percaya
diri, goal oriented, tahan uji, siap menghadapi resiko, kreatif, dan
yang terakhir, kompetitor yang sehat.
2.
Karakteristik Tri
Astuti yang paling menonjol confident (percaya diri) persistent
(tahan uji) ready to face a risk (berani menghadapi resiko).
3.
Karakteristik yang ingin kami kembangkan untuk
membentuk jiwa kewirausahaan adalah percaya diri, berani menghadapi resiko, dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Totok
s. Wiryasaputra. 2004. Entrepreneur, Anda Merdeka jadi Bos. Tridarma Manunggal.
Jakarta.
Astuti,
Tri. 2014. Bisnis Berkah dan Sukses Bermodal Katalog. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
yang lagi bingung soalnya kursor di new entri nya ilang
Ishmah N🐳
:
0 comments:
Post a Comment