Tugas dan artikel

Wednesday, March 21, 2018

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK WIRAUSAHAWAN

Tugas : Responsi Kewirausahaan
Oleh   : Adam Rahmatullah, Cindy Hosiani DPS., Eka Wahyu R. Ishmah Nurhidayati.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.2017.





I.  PEMBAHASAN



1.1Sinopsis

Tri Astuti merupakan seorang pengusaha sukses di bidang fashion.  Brand miliknya, mutif, kini sudah terkenal dan memiliki cukup banyak peminat.  Keberhasilannya tentu tidak ia dapatkan dengan mudah.  Berkali-kali ia menghadapai masalah yang cukup membuatnya hampir saja menyerah.

Semasa kecilnya, Tri Astuti berada dalam keluarga yang berkecukupan.  Ayahnya menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam kementrian keuangan, sehingga ia tidak pernah menghadapi masalah yang berarti dalam hal finansial.  Walaupun begitu, sedari kecil Tri Astuti sudah diajarkan untuk hidup sederhana oleh sang ayah.  Hal itu merupakan prinsip sang ayah sebagai hasil dari tempaan hidup yang dirasakan ayahnya ketika miskin dulu.  Ayah dari Tri astuti merupakan seorang putra petani yang dengan kerja kerasnya akhirnya bisa bersekolah dan mendapat jabatan yang tinggi.  Cerita ayahnya mengenai perjuangannya semasa muda membuat Tri Astuti kagum, dan menjadikan ayahnya sebagai idola serta teladan dalam hidupnya.  Tri Astuti merasa sangat bersyukur memiliki keluarga yang hangat, dengan kondisi ekonomi yang cukup baik.

Namun semuanya tidak berlangsung lama.  Sebuah berita mengejutkan menghampiri keluarganya.  Sang ayah divonis terkena kanker.  Sebuah penyakit ganas yang pengobatannya membutuhkan dana tidak sedikit, hingga akhirnya membuat keluarganya harus menjual beberapa rumahyang sempat dibeli.  Tak kunjung sembuh, akhirnya keluarganya harus berhutang untuk membiayai pengobatan.  Sakitnya sang ayah menjadi momentum berbaliknya kondisi keluarga Tri Astuti, dari berkecukupan secara ekonomi, menjadi berangsur-angsur melemah.  Puncak dari kesedihannya, sang ayah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.

Episode ini membalik kondisi kehidupan keluarga Tri Astuti, yang semula tenang dan berkecukupan, menjadi penuh dengan tantangan yang tidak pernah dihadapi sebelumnya.  Sepeninggal Ayahnya, belakangan baru diketahui bahwa tersisa utang dengan jumlah cukup besar, sisa dari bebagai pinjaman yang dilakukan demi pengobatan sang Ayah. 

Akhirnya sang ibu yang merupakan seorang ibu rumah tangga biasa itu pun berubah.  Beliau keluar dari zona amannya.  Dengan uang pensiun ayahnya, sang ibu menyewa jongko kecil di pasar, untuk digunakannya berjualan pakan ayam.  Sebuah profesi yang belum pernah dijalaninya selama ini.  Tri Astuti pun rajin membantu ibunya untuk berjualan di pasar.  Hal inilah yang disyukurinya hingga kini karena diantara saudara-saudaranya yang lain, hanya ia yang mewarisi bakat dagang, senang berjualan, tidak gengsi, tahan malu terhadap pandangan orang lain, dan etos kerja yang tinggi dari pengalamannya tersebut.

Setelah lulus kuliah, Tri Astuti mulai berpikir ulang tentang kehidupan dan keluarganya.  Sederhana sekali pemikirannya saat itu.  Ia ingin mengbah keadaan! Ia ingin membahagiakan sang ibu yang sudah berusaha menyekolahkannya!

Berbekal bakat dagang yang didapatkan dari sang ibu sewaktu membantu jualan pakan ayam semasa dulu, dipadukan dengan pembelajaran mengenai etoskerja yang kuat dari sang ayah, Tri Astuti pun memulai langkah bisnis pertama di tahun 2003.  Berbagai bisnis ia jalani hingga tahun 2007.  Mulai dari broker properti, outlet burger, outlet es krim, minuman, pulsa, digital printing, warnet, apotek, perangkat elektronik, alat kesehatan, suplemen dan obat herbal bahkan Forex, dan semuanya hancur.  Bahkan bisnisnya yang terakhir, Forex, membuatnya merugi dan akhirnya memiliki hutang sebesar hampir setengah miliar rupiah.
Pencerahan datang ketika ia mengikuti seminar seorang pebisnis handal, Heppy Trenggono.  Ia mulai menyadari kesalahan-kesalahan yang dilakukannya selama ini yang membuat bisnisnya bangkrut.  Pola pikir yang dulu amat diyakininya akan membuatnya berhasil diputar balik, sampai ia menemukan bahwa pola pikirnya selama ini keliru.  Satu kalimat dari pak Heppy Trenggono yang mengubah mindset-nya dan menjadi mula dari segala perubahan dirinya yaitu “Sell it before you buid it!”, Bangun dulu pasarnya, baru buka pabriknya.

Pada pertengahan tahun 2007, beberapa teman dan keluarga Tri Astuti menawarkan produk dengan menggunakan katalog, mulai dari sepatu, pakaian, suplemen, makanan, alat kesehatan, elektronik, dan lain-lain.  Ia pun akhirnya mulai menjual produk-produk tersebut, bermodal katalog.

Ternyata dari berbagai katalog, yang menghasilkan penjualan dan pesanan yang terus berulang, serta yang beritanya paling cepat menyebar adalah katalog produk pakaian.  Juga tidak perlu pengetahuan yang hebat mengenai produk saat berjualan, karena informasi yang dimuat di katalog sudah  mewakili semua penjelasan.  Profitable dan sustainable juga tidak ada resiko basi seperti bisnis makanan.  Akhirnya Tri Astuti fokus pada satu produk saja, makanan.

Namun selama berbisnis dengan katalog, ia menenmukan banyak kekurangan, dan yang paling menonjol adalah desain yang bagus tapi bahan kurang berkualitas atau sebaliknya, bahan berkualitas namun desainnya biasa saja.  Berangkat dari kendala tersebut, ia mulai berfikir untuk memproduksi produk pakaian sendiri, yaitu pakaian yang memiliki desain yang bagus, serta bahan yang berkualitas.

Belajar dari pengalamannya di masa lalu, bisnisnya ia mulai dengan sangat hati-hati.  Merek yang kini ia pakai merupakan hasil dari pemikiran yang panjang, hingga ia akhir yang memilih merk Mutif, yang merupakan kepanjangan dari muslim kreatif.  Untuk bahan dari pakaian yang akan dia pakai, dia memilih untuk terjun langsung ke pasar untuk melakukan survei bahan.  Sebelum mulai penjualan, ia juga melakukan tes pasar dan menentukan golongan mana yang akan menjadi target pasarnya nanti.

Untuk pemasaran.  Tri Astuti menggunakan brosur.  Beberapa temannya yang dulu sama- sama menjadi reseller kini ikut menjadikan produknya sebagai slah satu variasi produk jualan mereka.  Dengan cara ini, produk Tri Astuti perlahan-lahan di kenal oleh konsumen.  Selanjutnya, brousu yang kualitas gambarnya diganti dengan menggunakan katalog.  Hasilnya? Angka penjualan pun semakin meningkat, dan menjadi semakin tinggi ketika Tri Astuti memasang iklan di beberapa majalah.

Mulanya, bisnis ini dijalankan oleh Tri Astuti seorang diri dengan memanfaatkan kamar kos berukuran 3x3 meter serta terasnya.  Kamar kos itu perlahan-lahan disulap menjadi gudang menyimpanan stok produk awal Mutif.  Sedangkan bagian teras dimanfaatkan sebaga kantor.  Benar-benar perjalanan awal yang penuh dengan efesiensi sana-sini.

Tri Astuti mengelola bisnisnya sendirian selama 2-3 minggu..  Merasa tidak sanggup mengelola sendirian, ia pun mulai merekrut beberapa karyawan.  Dimulai dari satu orang karyawan saja, lama kelamaan setiap bulannya karyawannya bertambah.  Proses terus berjalan.  Karyawan juga bertambah lagi.  Karena semakin banyaknya karyawan, kantor Mutif pun akhirnya pindah ke tempat lebih besar.  Tri Astuti tidak membeli sebuah rumah, melainkan mengontrak.  Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa ia tidak bisa meramalkan keadaan bisnisnya di beberapa tahun yang akan datang.  Selain itu, membeli rumah tentu akan mengurangi modal, sedangkankan bisnisnya yang sedang berkembang dengan pesatnya tentu sangat membutuhkan modal untuk terus berproduksi.

Karena perkembangannnya yang pesat, pada tahun 2014, Kantor Mutif kembali pindah ke tempat yang lebih besar.  Namun keadaan ini justru menimulkan masalah lain, yaitu komunikasi antar karyawan.  Karyawan yang sudah memiliki ruangan masing-masing, ternyata membuat banyak informasi yang terlewat.  Seolah-olah semua bagian sudah tahu dan mengerti.  Akibatnya, banyak pekerjaan yang tidak tertangani karena belum terbangunnya sistem yang baik.

Seiring berjalannya waktu, dampak dari peningkatan penjualan berupa mitra jaringan menyebabkan permintaan terhadap produk Mutif semakin bertambah.  Sayangnya, hal ini berbenturan dengan kapasitas produksi Mutif yang masih sangat terbatas.  Tri Astuti pun mulai khawatir apabila permintaan banyak tapi ternyata kuantitas dan kualitas produk tidak siap menghadapinya.  Padahal menurut pengalamannya menjadi reseller, ketiadaan prosuk dengan berbagai alasan, termasuk karena kapasitas produksi yang belum memadai, akan menggerus kepercayaan mitra dan konsumen.

Tri Astuti pun menambah mitra kerjanya untuk memenuhi permintaan pasar.  Namun, belakangan ia baru menyadari bahwa kelangkaan produk seperti ini bisa menjadi sebuah strategi pemasaran.Kelangkaan barang yang tidak disengaja justru menjadi momentum yang membuat tidak sedikit orang akhirnya penasaran dengan produk Mutif.  Sebagai solusi terakhir akhirnya Mutif berupaya untuk membangun situs web resmi mutif.  Di sana di pajang informasi selengkap-lengkapnya mengenai Mutif yang nantinya tentu akan memperudah konsumen.  Prinsip yang masih dipegangnya selama ini dalam menjalankan bsinisnya yaitu “ Mutif bukan menawarkan produk yangberharga murah, tapi berbiaya murah”, namun tentu saja dengan kualitas yang tetap di jaga.


1.2  Karakteristik Pengusaha

Menurut Wirya Saputra ada 10 Karakter  wirausaha yaitu visionary, bersikap positif, percaya diri, asli, goal oriented, tahan uji, siap menghadapi resiko, kreatif, kompetitor yang sehat, dan pemimpin yang demokratis. 
a.    Visionary (visioner) yaitu mampu melihat jauh ke depan, selalu melakukan yang terbaik pada masa kini, sambil membayangkan masa depan yang lebih baik.  Seorang wirausaha cenderung kreatif dan inovatif.
b.    Positive (bersikap positif), yaitu membantu seorang wirausaha selalu berpikir yang baik, tidak tergoda untuk memikirkan hal-hal yang bersifat negatif, sehingga dia mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan selalu berpikir akan sesuatu yang lebih besar.
c.    Confident (percaya diri), sikap ini akan memandu seseorang dalam setiap mengambil keputusan dan langkahnya.  Sikap percaya dan tidak selalu mengatakan “Ya” tetapi juga berani mengatakan “Tidak” jika memang diperlukan.
d.   Genuine (asli), seorang wirausaha harus mempunyai ide, pendapat dan mungkin model sendiri.  Bukan berarti harus menciptakan sesuatu yang betul-betul baru, dapat saja dia menjual sebuah produk yang sama dengan yang lain, namun dia harus memberi nilai tambah atau baru.
e.    Goal Oriented (berpusat pada tujuan), selalu berorientasi pada tugas dan hasil.  Seorang wirausaha ingin selalu berprestasi, berorientasi pada laba, tekun, tabah, bekerja keras, dan disiplin untuk mencapai sesuatu yang telah ditetapkan.
f.     Persistent (tahan uji), harus maju terus, mempunyai tenaga, dan semangat yang tinggi, pantang menyerah, tidak mudah putus asa, dan kalau jatuh segera bangun kembali.
g.    Ready to face a risk (siap menghadapi risiko), risiko yang paling berat adalah bisnis gagal dan uang habis.  Siap sedia untuk menghadapi risiko, persaingan, harga turun-naik, kadang untung atau rugi, barang tidak laku atau tak ada order.  Harus dihadapi dengan penuh keyakinan.  Dia membuat perkiraan dan perencanaan yang matang, sehingga tantangan dan risiko dapat diminimalisasi.
h.    Creative (kreatif menangkap peluang), peluang selalu ada dan lewat di depan kita.  Sikap yang tajam tidak hanya mampu melihat peluang, tetapi juga mampu menciptakan peluang.
i.      Healthy Competitor (menjadi pesaing yang baik).  Kalau berani memasuki dunia usaha, harus berani memasuki dunia persaingan.Persaingan jangan membuat stres, tetapi harus dipandang untuk membuat kita lebih maju dan berpikir secara lebih baik.  Sikap positif membantu untuk bertahan dan unggul dalam persaingan.
j.      Democratic leader (pemimpin yang demokratis), memiliki kepemimpinan yang demokratis, mampu menjadi teladan dan inspirator bagi yang lain.  Mampu membuat orang lain bahagia, tanpa kehilangan arah, dan tujuan, dan mampu bersama orang lain tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri.

Menurut kami, Tri Astuti memiliki hampir semua karakteristik tersebut.
Karakteristik yang pertama, visionary dapat dilihat ketika ia memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah ketimbangmembelinya.  Hal ini dikarenakan ia merasa bahwa bisnisnya belum pasti selalu dalam keadaan baik di waktu yang akan datang, sehingga ia lebih memilih menggunakan uang yang ada sebagai modal pembuatan baju dari pada menggnakannya untuk membeli atau mengkredit rumah. 

Karakteristik yang kedua, bersikap positif.  Tri Astuti tidak pernah kehilangan motivasi bisnisnya walau berulangkali gagal.  Ia selalu percaya bahwa suatu saat ia akan berhasil dan hal itu terbukti saat ini.  Ketiga, tahan uji.  Karakteristik ini yang paling sering terlihat dalam perjalan hidup Tri Astuti.  Ia tidak menyerah begitu saja ketika hidupnya seperti diputar balik saat ayahnya meninggal.  Ia bahkan dua belas kali gagal dalam menjalankan bisnis dan memiliki hutang hapir setengah milyar.  Namun ia tetap tidak menyerah.  Berikutnya, percaya diri.  Hal ini terlihat dari kemampuannya menjalankan bisnisnya, terutama saat ini menjadi reseller menggunakan katalog, dimana pekerjaan tersebut membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dalam menjalankannya.

Karakteristik selanjutnya, goal oriented.  Ia selalu tahu tujuan hidupnya dan berfokus ke sana.  Ia tahu apa keinginannya dan bagaimana cara mendapatkannya.  Keenam, siap menghadapi resiko.  Hal ini terlihat dari bagaimana Tri Astuti tak pernah jera untuk memulai bisnis, padahal seperti yang kita tahu, resiko dalam berbisnis sangat besar.  Selanjutnya, kreatif.  Ide bisnis Tri Astuti seakan tak pernah habis.  Selain itu, kemampuannya melihat cela yang membuatnya medapatkan ide bisnisnya yang terakhir sangat memperlihatkan karakteristik yang satu ini.  Terakhir, healthy competitor atau kompetitor yang sehat.  Kejujuran yang ditanamkan sang ayah pada Tri Astuti semenjak kecil, membuat Tri Astuti sangat jujur dalam menjalankan bisnisnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter yang dimiliki Tri Astuti adalah visionary, bersikap positif, percaya diri, goal oriented, tahan uji, siap menghadapi resiko, kreatif, dan yang terakhir, kompetitor yang sehat.


1.3  Karakteristik yang Paling Menonjol

Setelah membaca buku biografi mengenai Tri Astuti dan jatuh bangunnya dalam berwirausaha, kami menyimpulkan bahwa karakteristik paling menonjol yang ia miliki adalah:
a.    Confident (percaya diri)
Meskipun ia berkali-kali jatuh bangun dalam membangun dan mengembangkan usaha, tetapi ia tidak pernah putus asa dan tetap percaya diri bahwa suatu saat bisnis yang dilakukannya akan berhasil.  Bahkan meski terlilit hutang bank sekian milyar, ia tidak putus asa tetapi justru mencari jalan keluar yakni dengan memulai bisnis tanpa usaha, bisnis katalog.  Ketika usaha penjualan bajunya sudah maju, ia percaya diri untuk memproduksi baju-baju tersebut karena banyaknya permintaan konsumen seringkali tidak terpenuhi karena produksi pabrik yang tidak kontinu.  Untuk melakukan hal-hal tersebut diperlukan kepercayaan diri yang tinggi, sebab tanpa kepercayaan diri, ia tidak akan berani mengambil keputusan-keputusan yang berpengaruh pada bisnisnya.

b.    Persistent (tahan uji)
Tahan uji merupakan karakteristik utama yang dimiliki Tri Astuti.  Meskipun terlilit hutang bank sekian milyar, ia tidak melarikan diri dan justru memulai usaha baru.  Kegagalan usaha tidak membuatnya terpuruk, namun dijadikan pengalaman untuk bangkit kembali, bahkan menjadi lebih baik.  Karakteristik ini mendukung kepercayaan diri yang ia miliki.  Tanpa memiliki ketahanan uji tentunya ia tidak percaya diri dan berani mengambil resiko.

c.    Ready to face a risk (berani menghadapi resiko)
Ia sudah mencoba berbagai usaha, mulai dari makanan, percetakan, pulsa, sampai warnet.  Namun karena semua dilakoninya dengan hanya mengandalkan pengalaman, resiko jatuh pada kondisi yang sama terus berulang.  Resiko tersebut tidak menjadikannya takut melanjutkan usaha, tetapi justru dihadapi dengan berani.  Ia menilai bahwa resiko dalam berwirausaha adalah hal yang tidak boleh dihindari, tetapi bagaimana kita melawan dan menghadapi resiko tersebut.


1.4  Karakteristik yang Penting pada Pengusaha Sukses

Berdasarkan biografi Tri Astuti dan beberapa pemaparan teori para ahli mengenai karakteristik pengusaha, kami menyimpulkan bahwa seorang pengusaha sukses setidaknya berkarakteristik:
a.    Percaya diri
Kepercayaan terhadap kemampuan diri menjadi modal utama untuk meraih kesuksesan dalam berwirausaha.  Tri Astuti contohnya, meskipun berulang kali gagal dalam bisnisnya, ia tidak pantang mundur dan percaya bahwa ia pasti dapat menemukan bisnis yang cocok untuknya.

b.      Kemampuan untuk belajar dari orang lain
Seorang wirausaha harus membangun jaringan yang baik dengan orang lain, contohnya mengikuti organisasi.  Dengan mengikuti dan menjadi anggota dalam suatu organisasi akan mendapatkan ide-ide praktek terbaik dari orang lain dan manfaat lainnya.  Tri Astuti, dengan komunitas kecilnya, pada awalnya ia berniat membagikan ilmu bisnisnya, tetapi justru mendapat jaringan reseller melalui kegiatannya.  Tidak hanya belajar dari orang lain, pengalaman juga mengajarkan banyak hal untuk bertahan dalam bisnis.

c.       Suka mencoba dan inovatif/kreatif
Pengusaha yang memiliki karakteristik ini mampu menghasilkan ide-ide baik untuk produk atau jasa baru dengan cara baru untuk menerapkannya.  Sehingga produk atau jasa serta pengalaman yang diberikan ke konsumen bervariasi.  Dengan begitu, konsumen tidak merasa bosan malahan akan bertambah loyal.  Ini pun penting demi kepentiman promosi produk supaya bisa mendatangkan konsumen baru.  Hal tersebut juga dilakukan Tri Astuti, ia terus menerus berinovasi dengan produk bajunya sehingga terciptalah baju-baju yang cocok dengan keinginan konsumennya.

d.      Jujur
Seorang wirausahawan sukses akan berusaha selalu terbuka dalam setiap situasi.  Ia menghargai klien dan rekan-rekan satu timnya dengan cara mengatakan kebenaran pada mereka.  Saat ia tidak bisa memenuhi tenggat waktu, tidak mampu memenuhi target, atau tidak bisa memenuhi keinginan pasar ia akan mengatakan kegagalan ini dengan jujur.  Hal ini tentunya sudah tertanam dalam diri Tri Astuti dan wirausahawan lainnya.  Tidak hanya jujur pada klien dan rekan-rekan, mereka juga jujur pada diri sendiri mengenai kesalahan-kesalahan bisnis yang mereka lakukan sehingga menjadi bahan introspeksi untuk diperbaiki.  Dalam menghadapi kendala-kendala teknis seperti ketersediaan barang yang tidak kontinu sedangkan permintaan banyak, kualitas produk menurun, dll, mereka mencoba terbuka terhadap kekurangan produknya sehingga tidak terkesan mengunggulkan namun merugikan konsumen.

e.       Penuh Perencanaan
Perencanaan setiap aspek usaha menjadi suatu keharusan karena ini mengharuskan Anda untuk menganalisa setiap kondisi usaha, penelitian dan mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan terutama didasarkan pada fakta-fakta yang terungkap melalui penelitian.  Hal inilah yang menjadi pembelajaran bagi Tri Astuti.  Jika sebelumnya pola berwirausahanya adalah membuat produk lalu mencari pasar, kini ia melakukan kebalikannya.  Langkah sebelumnya yang diambil tidak direncanakan dengan matang dan melihat resikonya.  Akan tetapi ia mengubah pola pikir itu setelah mengikuti seminar seorang pengusaha sukses.

f.       Menguasai seni negosiasi
Kemampuan untuk bernegosiasi secara efektif harus dimiliki wirausahawan untuk melakukan segala upaya untuk menguasai dan mengatur.  Pengaturan yang saling menguntungkan ini berarti bahwa setiap orang yang terlibat merasa mereka telah memenangkan, yang benar-benar dasar untuk membangun jangka panjang dan hubungan bisnis yang menguntungkan.

g.      Motivasi diri dan tekad
Dorongan untuk terus berjalan dan melihat hal-hal yang dilewati sehingga selalu bersemangat dalam menjalankan usaha.  Seorang wirausaha yang sangat termotivasi dan fokus memiliki kemauan untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan secara efisien dan efektif, sehingga produktivitas yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan, penghematan biaya dan mendapatkan kepuasan dalam usaha.  Seperti Tri Astuti dan wirausahawan lainnya, mereka pasti pernah mengalami keterpurukan dalam menjalankan usahanya.  Tetapi, mereka tetap memotivasi diri untuk menjalankan usaha tersebut karena memiliki tujuan masing-masing, contohnya untuk membantu keluarga.  Dengan memiliki motivasi dan tekad untuk mengembangkan usaha, kesabaran mereka berbuah.


1.5  Karakteristik yang Dapat Dikembangkan pada Diri

Belajar dari biografi Tri Astuti, karakteristik yang ingin kami kembangkan untuk membentuk jiwa kewirausahaan yaitu:

a.  Percaya diri
Kepercayaan diri merupakan modal utama dalam mengembangkan jiwa wirausaha.  Tanpa kepercayaan diri kita tidak akan mampu membuka dan mengembangkan usaha.  Kepercayaan diri diperlukan dalam usaha seperti untuk mencari jaringan komunitas, memperkenalkan produk kepada konsumen, memperluas jaringan pemasaran, dll. 

b.  Berani menghadapi resiko
Karakteristik ini berhubungan dengan kepercayaan diri.  Dengan memiliki kepercayaan diri, kita akan berani menghadapi resiko apapun yang terjadi dalam mengembangkan usaha.  Selain itu, dengan berani dan menghadapi resiko, kita akan bertanggungjawab untuk mencari penyelesaian masalah terhadap resiko tersebut. 

c.   Kreatif
Kreatif juga merupakan modal utama dalam mengembangkan usaha.  Seorang wirausahawan sukses hendaknya memiliki kreativitas selain dalam hal menciptakan produk, juga kreatif dalam mencari alternatif pemecahan masalah atau resiko yang sedang dihadapi.  Dengan memiliki kreativitas, kita dapat menciptakan produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar.  Pola pikir tersebut hendaknya diubah yakni dari melihat peluang pasar, baru menciptakan produk, seperti apa yang diajarkan oleh Tri Astuti dalam bukunya. 




II.  KESIMPULAN



Kesimpulan dari paper ini adalah:
1.    Karakter yang dimiliki Tri Astuti adalah visionary, bersikap positif, percaya diri, goal oriented, tahan uji, siap menghadapi resiko, kreatif, dan yang terakhir, kompetitor yang sehat.
2.    Karakteristik Tri Astuti yang paling menonjol confident (percaya diri) persistent (tahan uji) ready to face a risk (berani menghadapi resiko).
3.    Karakteristik yang ingin kami kembangkan untuk membentuk jiwa kewirausahaan adalah percaya diri, berani menghadapi resiko, dan kreatif.





DAFTAR PUSTAKA



Totok s. Wiryasaputra. 2004. Entrepreneur, Anda Merdeka jadi Bos. Tridarma Manunggal. Jakarta.

Astuti, Tri. 2014. Bisnis Berkah dan Sukses Bermodal Katalog. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta



 "Thanks for visited my blog. Wish the content is helping you"

yang lagi bingung soalnya kursor di new entri nya ilang

Ishmah N🐳
:

0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Total Pageviews

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Buku Tugas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com