Tugas dan artikel

Monday, January 01, 2018

ANALISIS VEGETASI

Tugas : Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
Oleh   : Cindy HDPS., Galuh YD., Ishmah N., Juliantika, Laely S., Sandy PP., Yaqub.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2016.



I.PENDAHULUAN



1.1.  Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.

Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks lainnya



1.2.  Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui pengertian analisis vegetasi
2.    Untuk mengetahui metode pengukuran analisis vegetasi
3.    Untuk mengetahui fungsi SDR
4.    Untuk mengetahui gulma yang dominan dari hasil praktikum yang telah dilakukan.



II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1.  Pengertian Analisis Vegetasi


Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat (Simanung, 2009).

Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Simanung, 2009).

Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:
1)   Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya.
2)   Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar (Anonim, 2001).

2.2.  Metode Pengukuran Analisis Vegetasi

Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik.

a.    Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak-contoh yang telah terbatas.  Besaran yang dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Estimasi visual dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat dan menduga parameter gulma yang akan diamati. Metode estimasi visual memiliki kelemahan yaitu hanya layak dilakukan oleh orang yang berpengalaman

Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup merata dan tidak banyak waktu tersedia.  Tetapi memiliki kelemahan yaitu terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian.  Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran masing-masing komponen tidak terkamin ketepatannya.

Setelah letak petak contoh yang akan ditafsir ditentukan yang selalu tetap letaknya. Besaran yang dihitung berupa dominansiyang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Penyebaran spesies dapat dikategorikan dalam beberapa kelas yaitu:
a.    Kelas 1 : Penyebaran sangat jarang
b.    Kelas 2 : Penyebaran jarang
c.    Kelas 3 : Penyebaran setempat-setempat (in frequent}
d.   Kelas 4 : Penyebaran melimpah
e.    Kelas 5 : Penyebaran sangat melimpah
Metode ini sangat subyektif karena dipengaruhi oleh tanggapan indra terhadap kondisi komunitas yang dilihat. Kekeliruan sering terjadi dalam hal memasukkan kelas (Tjitrosoediro, 1984).

b.   Metode kuadrat

Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh  (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta (pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ) (Tjitrosoediro, 1984).

Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik.  Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat-sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas.

Sistem Analisis dengan metode kuadrat Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Kerapatan (K)                         Jumlah individu  
                                                                 Luas petak ukur
Kerapatan relatif (KR)            = Kerapatan satu jenis     x 100% 
   Kerapatan seluruh jenis
Frekuensi(F)                            =Jumlah petak penemuan suatu jenis
                           Jumlah seluruh petak
Frekuensi relatif  (FR)             =Frekuensi suatu jenis  x 100%
  Frekuensi seluruh jenis
Dominansi (D)                         = Luas Bidang Dasar suatu jenis
          Luas petak ukur
Dominansi relative(DR)          = Dominansi suatu jenis  x 100% 
    Dominansi seluruh jenis
Nilai Penting                           =  Kr + Dr + Fr (Tjitrosoediro, 1984).

c.    Metode garis

Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).

Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat.  Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

Cara mengunakan Metode Garis adalah :
1.    Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau sistematis.
2.    Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
3.    Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
4.    Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5.    Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6.    Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous,2010).

d.   Metode titik

Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).

Cara menggunakan metode intersepsi titik adalah :
1.    Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia.
2.    menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia tersebut secara acak atau sistematis.
3.    Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.
4.    Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
5.    Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
6.    Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
7.    Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous,2010).



III. METODOLOGI PRAKTIKUM



3.1.  Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman bidang Ilmu Gulma dilaksanakan Jum’at, 9 Desember 2016. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2.  Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini kuadran besi berukuran 50 cm x 50 cm, kertas dan pena. Sedangan bahan yang digunakan adalah gulma yang berada di sekitar laboratorium gulma.

3.3.  Langkah Kerja

Langkah kerja pada praktikum ini yaitu :
a.    Mencari lokasi lahan yang akan diamati vegetasinya.
b.    Membatasi lahan dengan kuadran besi.
c.    Mengamati dan mencatat vegetasi yang ada.
d.   Mengulangi langkah-langkah di atas sebanyak 3 kali.
e.    Melakukan perhitungan.








IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Penelitian

Jenis Gulma
Kerapatan
Dominansi
KM
KN
DM
DN
FM
FN
NP
SDR
Urutan
U1
U2
U3
U1
U2
U3
Paspalum conjugatum
20
18
15
70
60
55
53
0,45
185
0,63
3
0,21
1,29
0,43
1
Euphorbia hirta
5


10


5
0,04
10
0,03
1
0,07
0,15
0,05
4
Eragrotis tenella
3


5


3
0,03
5
0,02
1
0,07
0,11
0,04
8
Commelina benhalenns
11


10


11
0,09
10
0,03
1
0,07
0,20
0,07
5
Ipomaea triloba L
1

2
3

5
3
0,03
8
0,03
2
0,14
0,20
0,07
6
Alternanthera sessilis
2


2


2
0,02
2
0,01
1
0,07
0,10
0,03
9
Semanggi

15
12

20
15
27
0,23
35
0,12
2
0,14
0,49
0,15
2
Cyperus kyllingia

5


10

5
0,04
10
0,03
1
0,07
0,15
0,05
7
Asystasia intrusa

2
8

10
20
10
0,08
30
0,10
2
0,14
0,33
0,11
3
Jumlah






119

295

14


0,99


Keterangan :
KM = kerapatan U1 + Kerapatan U2 + Kerapatan U3
KN = KM / jumlah KM’
DM = Dominansi U1 + Dominansi U2 + Dominansi U3
DN = DM / jumlah DM
FM = banyaknya gulma pada semua ulangan
FN = FM / jumlah FM
NP = KN+DN+FN
SDR = NP / 3

4.2.  Pembahasan

4.2.1. Pembahasan Data Pengamatan

Praktikum analisis vegetasi dilakukan dengan metode kuadran menggunakan persegi berukuran 5x5m dengan ulangan sebanyak tiga kali. Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati jumlah tanaman yang masuk ke dalam petak. Berdasarkan praktikum, diperoleh jenis gulma yang berbeda-beda dari golongan berdaun lebar, golongan teki, dan golongan rumput. Pada ulangan pertama diperoleh gulma Paspalum conjugatum, Euphorbia hirta, Eragrotis tenellaCommelina benhalenns, Ipomaea triloba L,  dan Alternanthera sessilis. Pada ulangan kedua diperoleh gulmaPaspalum conjugatum, Semanggi, Cyperus kyllingia, dan Asystasia intrusa. Pada ulangan ketiga diperoleh gulma antara lain Paspalum conjugatum, Ipomaea triloba, Semanggi, dan Asystasia intrusa.

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah total kerapatan seluruh spesies diperoleh sebesar xx. Kerapatan nisbi terbesar ialah Paspalum conjugatum (0,45%), sedangkan kerapatan nisbi terkecil ialah Alternanthera sessilis (0.02%). Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai frekuensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara keseluruhan (Arrijani, 2006).

Selain mengetahui kerapatan relative suatu spesies, frekuensi relatif dari spesies yang diteliti dapat diketahui. Frekuensi relatif dapat diperoleh dari frekuensi mutlak berbanding frekuensi total, dimana frekuensi mutlak diperoleh dari jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh suatu jenis berbanding dengan jumlah banyaknya petak contoh yang dibuat.  Frekuensi relatif terbesar ialah Paspalum conjugatum(0,21%). Tingginya frekuensi relatif tersebut menunjukan bahwa Paspalum conjugatum merupakan vegetasi gulma yang paling luas penyebarannya di dalam petak setiap ulangan dan berada hampir seluruh lokasi pengamatan.

Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang ,cahaya danlainnya), dalam pengukuran ini penguasaan yang dimaksud berhubungan dengan diameter batang. Berdasarkan data hasil pengamatan spesies yang memiliki dominansi mutlak dan dominansi relatif terbesar dimiliki oleh Paspalum conjugatum yaitu sebesar 185 dan 0,63%, sedangkan spesies yang memiliki dominansi relatif kecil yaitu Alternanthera sessilissebesar 2 dan 0,01%. Maka dapat disimpulkan bahwa Paspalum conjugatumpaling mendominasi dibandingkan spesies lainnya.

Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR) (Soerianegara dan Indrawan, 2005). Berdasarkan pengamatan dan hasil perhitungan, spesies gulma yang memiliki INP tertinggi adalah Paspalum conjugatumyaitu 1,29%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Tingginya presentasi tersebut dibandingkan presentase spesies yang lain menunjukkan bahwa Paspalum conjugatum memiliki peranan yang sangat tinggi bagi vegetasi dalam petak yang diukur. Sedangkan spesies yang memiliki INP cukup rendah antara lain Alternanthera sessilis(0,10%), Eragrotis tenella(0,11%), Euphorbia hirta(0,15%), dan Cyperus kyllingia (0,15%), maka dapat disimpulkan kedua spesies ini tidak begitu penting kedudukan ekologisnya dan peranannya nya terhadap vegetasi yang dihitung.

Summed Dominance Ratio(SDR) menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang ada. Semakin besar nilai SDR maka gulma tersebut semakin dominan. SDR Paspalum conjugatumsebesar 0,43 atau 43% menunjukkan bahwa Paspalum conjugatum menguasai 43% sarana tumbuh yang ada. SDR dari spesies lain yaitu Euphorbia hirta(0,05%),Eragrotis tenella(0,04%),Commelina benhalenns(0,07%),Ipomaea triloba L(0,07%),Alternanthera sessilis(0,03%),Semanggi (0,15%),Cyperus kyllingia(0,05%), dan Asystasia intrusa(0,11%).

Berdasarkan data tersebut, dapat Pospalum conjugatum adalah gulma yang paling dominan dengan urutan pertama, disusul dengan semanggi, Asystasia intrusa, Commelina benhalenns,Ipomaea triloba L, Euphorbia hirta, Cyperus kyllingia, danEragrotis tenellamerupakan gulma yang paling sedikit keberadaannya dalam lingkungan yang diamati. Melalui SDR, dapat diambil kebijakan pengendalian gulma, yaitu menekan keberadaan Pospalum conjugatum terlebih dahulu.






4.2.2. Pengertian Analisis Vegetasi

Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat (Simanung, 2009).

Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Simanung, 2009).

Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:
3)   Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya.
4)   Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar (Anonim, 2001).

4.2.3. Metode Pengukuran Analisis Vegetasi

Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik.

a.    Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak-contoh yang telah terbatas.  Besaran yang dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Estimasi visual dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat dan menduga parameter gulma yang akan diamati. Metode estimasi visual memiliki kelemahan yaitu hanya layak dilakukan oleh orang yang berpengalaman

Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup merata dan tidak banyak waktu tersedia.  Tetapi memiliki kelemahan yaitu terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian.  Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran msing-masing komponen tidak terkamin ketepatannya.

Setelah letak petak contoh yang akan ditafsir ditentukan yang selalu tetap letaknya. Besaran yang dihitung berupa dominansiyang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Penyebaran spesies dapat dikategorikan dalam beberapa kelas yaitu:
f.     Kelas 1 : Penyebaran sangat jarang
g.    Kelas 2 : Penyebaran jarang
h.    Kelas 3 : Penyebaran setempat-setempat (in frequent}
i.      Kelas 4 : Penyebaran melimpah
j.      Kelas 5 : Penyebaran sangat melimpah
Metode ini sangat subyektif karena dipengaruhi oleh tanggapan indra terhadap kondisi komunitas yang dilihat. Kekeliruan sering terjadi dalam hal memasukkan kelas (Tjitrosoediro, 1984).

b.    Metode kuadrat

Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh  (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ) (Tjitrosoediro, 1984).

Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik.  Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat-sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas.

Sistem Analisis dengan metode kuadrat Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Kerapatan (K)                       Jumlah individu  
                                                               Luas petak ukur
Kerapatan relatif (KR)          = Kerapatan satu jenis     x 100% 
   Kerapatan seluruh jenis
Frekuensi(F)                          =  Jumlah petak penemuan suatu jenis
                 Jumlah seluruh petak
Frekuensi relatif  (FR)          =  Frekuensi suatu jenis  x 100%
     Frekuensi seluruh jenis
Dominansi (D)                      = Luas Bidang Dasar suatu jenis
    Luas petak ukur
Dominansi relative(DR)          = Dominansi suatu jenis  x 100% 
    Dominansi seluruh jenis
Nilai Penting             =  Kr + Dr + Fr (Tjitrosoediro, 1984).


c.    Metode garis

Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).

Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat.  Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

Cara mengunakan Metode Garis adalah :
1.    Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau sistematis.
2.    Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
3.    Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
4.    Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5.    Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6.    Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous,2010).

d.   Metode titik

Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).

Cara menggunakan metode intersepsi titik adalah :
8.    Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia.
9.    menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia tersebut secara acak atau sistematis.
10.          Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.
11.          Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
12.          Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
13.          Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
14.          Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar (Anonymous,2010).

4.2.4. Fungsi SDR

Summed dominance ratio (perbandingan nilai penting) adalah parameter yang identik dengan indeks nilai penting.  Dalam menentukan Summed Dominance Ratio (SDR), menunjukkan nilai jumlah penting dibagi jumlah besaran dan nilainya tidak pernah lebih dari 100%.  Oleh karena itu SDR berfungsi :
a.    Untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu klomunitas tumbuhan.  Spesies-spesies yang dominan dalam sutu komunitas akan memiliki SDR  yang tinggi, sehingga  spesies yang dominan tentu saja akan memiki SDR yang paling besar.
b.    Summed Dominance Ratio menjadi parameter yang lebih sederhana karena besaran tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai indeks nilai penting  dengan jumlah parameter yang menyusunnya (Simanung, 2009).



V.KESIMPULAN



Kesimpulan yang didapat dari penjelasan teori diatas adalah sebagai berikut :
1.    Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan.
2.    Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik.
3.    Salah satu fungsi SDR adalah untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu klomunitas tumbuhan.
4.    SDR Paspalum conjugatumsebesar 0,43 atau 43% menunjukkan bahwa Paspalum conjugatum menguasai 43% sarana tumbuh yang ada. SDR dari spesies lain.




DAFTAR PUSTAKA



Anonim.  2001.  Ekologi.  hhtp://id.wikipedia.org/wiki/ekologi.  Diakses pada 13 Desember 2016 Pukul 11.05 WIB.

Anonymous, 2010.  Metode Garis dan titik.  http://iqbalali.com/2008/02/25/70/.  Diakses pada 13 Desember 2016 Pukul 11.10 WIB.

Arrijani, dkk .2006. Analisis Vegetasi. Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha.  2001.  Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.  JICA. Malang.

Soerianegara, I dan Andry Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Simanung.  2009.  Analisis Vegetasi.  http://bpkaeknauli.org/index.php? option=comcontent&task=view&id =18&Itemid=5.  Diakses pada 13 Desember 2016 Pukul 11.00 WIB.

Syafei, Eden Surasana.  1990.  Pengantar Ekologi Tumbuhan.  ITB.  Bandung.

Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo.  1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan.  PT Gramedia.  Jakarta.




0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Total Pageviews

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Buku Tugas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com