Tugas : Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
Oleh : Cindy HDPS., Galuh YD., Ishmah N., Juliantika, Laely S., Sandy PP., Yaqub.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2016.
Oleh : Cindy HDPS., Galuh YD., Ishmah N., Juliantika, Laely S., Sandy PP., Yaqub.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2016.
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan
tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama
pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh serta dinamis.
Analisis vegetasi adalah cara
mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi
kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik
komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan
penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan
yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Ada berbagai metode yang dapat di
gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode
kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut
juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran
tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada
individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan
perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya
metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks
lainnya
1.2. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengertian analisis vegetasi
2.
Untuk
mengetahui metode pengukuran analisis vegetasi
3.
Untuk
mengetahui fungsi SDR
4.
Untuk
mengetahui gulma yang dominan dari hasil praktikum yang telah dilakukan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Analisis Vegetasi
Vegetasi
(dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah
istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi
merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka
tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari
kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat (Simanung, 2009).
Analisis
vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Simanung, 2009).
Analisis
vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat
digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat
tumbuh-tumbuhan:
1)
Mempelajari tegakan hutan, yaitu
pohon dan permudaannya.
2)
Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah
suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali
permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar (Anonim, 2001).
2.2. Metode Pengukuran Analisis
Vegetasi
Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan
ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode
titik.
a. Metode
estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik
tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di tengah atau di salah
satu sudut yang tetap pada petak-contoh yang telah terbatas. Besaran yang
dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Estimasi
visual dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat dan
menduga parameter gulma yang akan diamati. Metode estimasi visual memiliki
kelemahan yaitu hanya layak dilakukan oleh orang yang berpengalaman
Cara
ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup merata dan tidak banyak
waktu tersedia. Tetapi memiliki kelemahan yaitu terdapat kecenderungan
untuk menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok (warna maupun bentuknya),
sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik
perhatian. Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi
seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran masing-masing komponen tidak
terkamin ketepatannya.
Setelah letak petak contoh yang akan
ditafsir ditentukan yang selalu tetap letaknya. Besaran yang dihitung berupa
dominansiyang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Penyebaran spesies dapat
dikategorikan dalam beberapa kelas yaitu:
a. Kelas 1 : Penyebaran sangat jarang
b. Kelas 2 : Penyebaran jarang
c. Kelas 3 : Penyebaran
setempat-setempat (in frequent}
d. Kelas 4 : Penyebaran melimpah
e. Kelas 5 : Penyebaran sangat melimpah
Metode ini sangat subyektif karena
dipengaruhi oleh tanggapan indra terhadap kondisi komunitas yang dilihat.
Kekeliruan sering terjadi dalam hal memasukkan kelas (Tjitrosoediro, 1984).
b.
Metode kuadrat
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contoh (plotless) metode ini sangat baik
untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi
hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka
disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole
(tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau
belta (pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut
seedling ( anakan/semai ) (Tjitrosoediro,
1984).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga
dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu,
area cuplikan hanya berupa titik. Metode
ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan
analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang
sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau
vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan
dalam membentuk populasinya, dimana sifat-sifatnya bila di analisa akan
menolong dalam menentukan struktur komunitas.
Sistem
Analisis dengan metode kuadrat Jika disusun
dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Kerapatan (K) = Jumlah
individu
Luas petak ukur
Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan satu jenis
x 100%
Kerapatan seluruh jenis
Frekuensi(F) =Jumlah
petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak
Frekuensi relatif (FR) =Frekuensi suatu
jenis x
100%
Frekuensi seluruh
jenis
Dominansi (D) = Luas Bidang Dasar suatu jenis
Luas petak
ukur
Dominansi relative(DR) = Dominansi suatu jenis x
100%
Dominansi seluruh jenis
Nilai
Penting = Kr + Dr + Fr (Tjitrosoediro, 1984).
c.
Metode garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan
cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat
bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi
sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya
panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak
belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada
vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei,
1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks
nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi.
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu
tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis
yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan
kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman,
2001).
Cara mengunakan Metode
Garis adalah :
1. Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter
secara acak atau sistematis.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari
setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai
penting dari setiap jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada
suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan
2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar
(Anonymous,2010).
d.
Metode titik
Metode intersepsi titik merupakan
suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada
metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar
terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai
titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang
digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Cara menggunakan metode intersepsi titik adalah :
1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10
cm pada seutas tali raffia.
2. menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan
menebar tali raffia tersebut secara acak atau sistematis.
3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan
yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.
4. Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh
10 seri titik.
5. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari
setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai
penting dari setiap jenis tumbuhan.
7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada
suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas.
Memberi nama
vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai
penting terbesar (Anonymous,2010).
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman bidang Ilmu Gulma dilaksanakan Jum’at, 9 Desember 2016. Praktikum ini dilaksanakan
di Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum
ini kuadran besi berukuran 50 cm x 50 cm, kertas dan pena. Sedangan bahan yang
digunakan adalah gulma yang berada di sekitar laboratorium gulma.
3.3. Langkah Kerja
Langkah kerja pada praktikum ini
yaitu :
a.
Mencari
lokasi lahan yang akan diamati vegetasinya.
b.
Membatasi
lahan dengan kuadran besi.
c.
Mengamati
dan mencatat vegetasi yang ada.
d.
Mengulangi
langkah-langkah di atas sebanyak 3 kali.
e.
Melakukan
perhitungan.
IV. HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Jenis Gulma
|
Kerapatan
|
Dominansi
|
KM
|
KN
|
DM
|
DN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
Urutan
|
||||
U1
|
U2
|
U3
|
U1
|
U2
|
U3
|
||||||||||
Paspalum conjugatum
|
20
|
18
|
15
|
70
|
60
|
55
|
53
|
0,45
|
185
|
0,63
|
3
|
0,21
|
1,29
|
0,43
|
1
|
Euphorbia hirta
|
5
|
10
|
5
|
0,04
|
10
|
0,03
|
1
|
0,07
|
0,15
|
0,05
|
4
|
||||
Eragrotis tenella
|
3
|
5
|
3
|
0,03
|
5
|
0,02
|
1
|
0,07
|
0,11
|
0,04
|
8
|
||||
Commelina benhalenns
|
11
|
10
|
11
|
0,09
|
10
|
0,03
|
1
|
0,07
|
0,20
|
0,07
|
5
|
||||
Ipomaea triloba L
|
1
|
2
|
3
|
5
|
3
|
0,03
|
8
|
0,03
|
2
|
0,14
|
0,20
|
0,07
|
6
|
||
Alternanthera sessilis
|
2
|
2
|
2
|
0,02
|
2
|
0,01
|
1
|
0,07
|
0,10
|
0,03
|
9
|
||||
Semanggi
|
15
|
12
|
20
|
15
|
27
|
0,23
|
35
|
0,12
|
2
|
0,14
|
0,49
|
0,15
|
2
|
||
Cyperus kyllingia
|
5
|
10
|
5
|
0,04
|
10
|
0,03
|
1
|
0,07
|
0,15
|
0,05
|
7
|
||||
Asystasia intrusa
|
2
|
8
|
10
|
20
|
10
|
0,08
|
30
|
0,10
|
2
|
0,14
|
0,33
|
0,11
|
3
|
||
Jumlah
|
119
|
295
|
14
|
0,99
|
Keterangan
:
KM
= kerapatan U1 + Kerapatan U2 + Kerapatan U3
KN
= KM / jumlah KM’
DM
= Dominansi U1 + Dominansi U2 + Dominansi U3
DN
= DM / jumlah DM
FM
= banyaknya gulma pada semua ulangan
FN
= FM / jumlah FM
NP
= KN+DN+FN
SDR
= NP / 3
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembahasan Data Pengamatan
Praktikum
analisis vegetasi dilakukan dengan metode kuadran menggunakan persegi berukuran
5x5m dengan ulangan sebanyak tiga kali. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengamati jumlah tanaman yang masuk ke dalam petak. Berdasarkan praktikum, diperoleh
jenis gulma yang berbeda-beda dari golongan berdaun lebar, golongan teki, dan
golongan rumput. Pada ulangan pertama diperoleh gulma Paspalum
conjugatum, Euphorbia hirta, Eragrotis tenella, Commelina
benhalenns, Ipomaea triloba L, dan Alternanthera
sessilis. Pada ulangan kedua diperoleh gulmaPaspalum conjugatum,
Semanggi, Cyperus kyllingia, dan
Asystasia intrusa. Pada ulangan ketiga diperoleh gulma
antara lain Paspalum conjugatum, Ipomaea triloba, Semanggi, dan Asystasia intrusa.
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah total
kerapatan seluruh spesies diperoleh sebesar xx. Kerapatan nisbi terbesar ialah
Paspalum conjugatum (0,45%), sedangkan kerapatan nisbi terkecil ialah Alternanthera
sessilis (0.02%). Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu
spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran
mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum
dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya.
Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat
dari nilai frekuensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan
membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara
keseluruhan (Arrijani, 2006).
Selain
mengetahui kerapatan relative suatu spesies, frekuensi relatif dari spesies
yang diteliti dapat diketahui. Frekuensi relatif dapat diperoleh dari frekuensi
mutlak berbanding frekuensi total, dimana frekuensi mutlak diperoleh dari
jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh suatu jenis berbanding dengan
jumlah banyaknya petak contoh yang dibuat. Frekuensi relatif terbesar ialah
Paspalum conjugatum(0,21%). Tingginya frekuensi relatif tersebut menunjukan
bahwa Paspalum conjugatum merupakan
vegetasi gulma yang paling luas penyebarannya di dalam petak setiap ulangan dan
berada hampir seluruh lokasi pengamatan.
Dominasi
dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa
dalam hal ruang ,cahaya danlainnya), dalam pengukuran ini penguasaan yang
dimaksud berhubungan dengan diameter batang. Berdasarkan data hasil pengamatan
spesies yang memiliki dominansi mutlak dan dominansi relatif terbesar dimiliki
oleh Paspalum conjugatum yaitu
sebesar 185 dan 0,63%, sedangkan spesies yang memiliki dominansi relatif kecil
yaitu Alternanthera sessilissebesar
2 dan 0,01%. Maka dapat disimpulkan bahwa Paspalum conjugatumpaling mendominasi dibandingkan spesies lainnya.
Indeks
Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis
terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR)
dan Dominansi Relatif (DR) (Soerianegara dan Indrawan, 2005). Berdasarkan
pengamatan dan hasil perhitungan, spesies gulma yang memiliki INP tertinggi
adalah Paspalum conjugatumyaitu
1,29%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang
bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Tingginya
presentasi tersebut dibandingkan presentase spesies yang lain menunjukkan bahwa
Paspalum conjugatum memiliki peranan
yang sangat tinggi bagi vegetasi dalam petak yang diukur. Sedangkan spesies
yang memiliki INP cukup rendah antara lain Alternanthera sessilis(0,10%), Eragrotis tenella(0,11%), Euphorbia
hirta(0,15%), dan Cyperus kyllingia (0,15%), maka dapat disimpulkan
kedua spesies ini tidak begitu penting kedudukan ekologisnya dan peranannya nya
terhadap vegetasi yang dihitung.
Summed
Dominance Ratio(SDR)
menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai sarana
tumbuh yang ada. Semakin besar nilai SDR maka gulma tersebut semakin dominan.
SDR Paspalum conjugatumsebesar 0,43 atau 43% menunjukkan bahwa Paspalum conjugatum menguasai 43% sarana tumbuh yang ada. SDR dari
spesies lain yaitu Euphorbia hirta(0,05%),Eragrotis tenella(0,04%),Commelina
benhalenns(0,07%),Ipomaea triloba L(0,07%),Alternanthera sessilis(0,03%),Semanggi
(0,15%),Cyperus kyllingia(0,05%), dan Asystasia intrusa(0,11%).
Berdasarkan data tersebut, dapat Pospalum
conjugatum adalah gulma yang paling dominan dengan urutan pertama, disusul
dengan semanggi, Asystasia intrusa, Commelina benhalenns,Ipomaea
triloba L, Euphorbia hirta, Cyperus kyllingia, danEragrotis tenellamerupakan
gulma yang paling sedikit keberadaannya dalam lingkungan yang diamati. Melalui
SDR, dapat diambil kebijakan pengendalian gulma, yaitu menekan keberadaan Pospalum
conjugatum terlebih dahulu.
4.2.2. Pengertian Analisis Vegetasi
Vegetasi
(dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah
istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi
merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka
tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari
kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat (Simanung, 2009).
Analisis
vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Simanung, 2009).
Analisis
vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan
untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:
3)
Mempelajari tegakan hutan, yaitu
pohon dan permudaannya.
4)
Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah
suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali
permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar (Anonim, 2001).
4.2.3. Metode Pengukuran Analisis
Vegetasi
Metode analisis vegetasi yang lazim
digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan
metode titik.
a. Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik
tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di tengah atau di salah
satu sudut yang tetap pada petak-contoh yang telah terbatas. Besaran yang
dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Estimasi
visual dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat dan
menduga parameter gulma yang akan diamati. Metode estimasi visual memiliki
kelemahan yaitu hanya layak dilakukan oleh orang yang berpengalaman
Cara
ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup merata dan tidak banyak
waktu tersedia. Tetapi memiliki kelemahan yaitu terdapat kecenderungan
untuk menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok (warna maupun bentuknya),
sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik
perhatian. Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi
seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran msing-masing komponen tidak terkamin
ketepatannya.
Setelah letak petak contoh yang akan
ditafsir ditentukan yang selalu tetap letaknya. Besaran yang dihitung berupa
dominansiyang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Penyebaran spesies dapat
dikategorikan dalam beberapa kelas yaitu:
f. Kelas 1 : Penyebaran sangat jarang
g. Kelas 2 : Penyebaran jarang
h. Kelas 3 : Penyebaran
setempat-setempat (in frequent}
i. Kelas 4 : Penyebaran melimpah
j. Kelas 5 : Penyebaran sangat melimpah
Metode ini sangat subyektif karena
dipengaruhi oleh tanggapan indra terhadap kondisi komunitas yang dilihat.
Kekeliruan sering terjadi dalam hal memasukkan kelas (Tjitrosoediro, 1984).
b.
Metode
kuadrat
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contoh (plotless) metode ini sangat baik
untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi
hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka
disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole
(tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau
belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut
seedling ( anakan/semai ) (Tjitrosoediro,
1984).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga
dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu,
area cuplikan hanya berupa titik. Metode
ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan
analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang
sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau
vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan
dalam membentuk populasinya, dimana sifat-sifatnya bila di analisa akan
menolong dalam menentukan struktur komunitas.
Sistem
Analisis dengan metode kuadrat Jika disusun
dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Kerapatan (K) = Jumlah
individu
Luas petak ukur
Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan satu jenis
x 100%
Kerapatan seluruh jenis
Frekuensi(F) = Jumlah
petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh
petak
Frekuensi relatif (FR) = Frekuensi suatu
jenis x
100%
Frekuensi seluruh
jenis
Dominansi (D) = Luas Bidang Dasar suatu jenis
Luas petak ukur
Dominansi relative(DR) = Dominansi suatu jenis x
100%
Dominansi seluruh jenis
Nilai
Penting = Kr + Dr + Fr (Tjitrosoediro, 1984).
c.
Metode
garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan
cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat
bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi
sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya
panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak
belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada
vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei,
1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui
variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya
menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama
sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang
terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang
tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis
yang dibuat. Frekuensi
diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis
yang disebar (Rohman, 2001).
Cara mengunakan Metode
Garis adalah :
1. Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter
secara acak atau sistematis.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari
setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai
penting dari setiap jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada
suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan
2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar
(Anonymous,2010).
d.
Metode
titik
Metode intersepsi titik merupakan
suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada
metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar
terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai
titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang
digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Cara menggunakan metode intersepsi titik adalah :
8. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm
pada seutas tali raffia.
9. menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan
menebar tali raffia tersebut secara acak atau sistematis.
10.
Melakukan
analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.
11.
Melakukan 10
kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
12.
Melakukan
perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
13.
Melanjutkan
perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
14.
Menyusun
harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
Memberi nama
vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai
penting terbesar (Anonymous,2010).
4.2.4. Fungsi SDR
Summed dominance ratio (perbandingan
nilai penting) adalah parameter yang identik dengan indeks nilai penting. Dalam menentukan Summed Dominance Ratio (SDR), menunjukkan nilai jumlah penting
dibagi jumlah besaran dan nilainya tidak pernah lebih dari 100%. Oleh karena itu SDR berfungsi :
a.
Untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu klomunitas
tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan dalam sutu komunitas
akan memiliki SDR yang tinggi, sehingga
spesies yang dominan tentu saja akan memiki SDR yang paling besar.
b.
Summed Dominance Ratio menjadi parameter yang lebih
sederhana karena besaran tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai indeks
nilai penting dengan jumlah parameter
yang menyusunnya (Simanung, 2009).
V.KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari penjelasan teori diatas
adalah sebagai berikut :
1.
Analisis vegetasi ialah
suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan.
2.
Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan
ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode
titik.
3.
Salah
satu fungsi SDR adalah untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam
suatu klomunitas tumbuhan.
4.
SDR Paspalum conjugatumsebesar 0,43 atau 43%
menunjukkan bahwa Paspalum conjugatum menguasai 43% sarana tumbuh yang ada. SDR dari
spesies lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2001. Ekologi. hhtp://id.wikipedia.org/wiki/ekologi. Diakses pada 13 Desember 2016 Pukul 11.05 WIB.
Anonymous, 2010. Metode Garis dan titik. http://iqbalali.com/2008/02/25/70/. Diakses
pada 13 Desember 2016 Pukul 11.10 WIB.
Arrijani, dkk .2006. Analisis Vegetasi. Hulu DAS
Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk
Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA.
Malang.
Soerianegara, I dan Andry Indrawan.
2005. Ekologi Hutan
Indonesia. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Simanung.
2009. Analisis Vegetasi. http://bpkaeknauli.org/index.php?
option=comcontent&task=view&id
=18&Itemid=5.
Diakses pada 13 Desember 2016 Pukul 11.00 WIB.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar
Ekologi Tumbuhan. ITB. Bandung.
Tjitrosoedirdjo,
S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT
Gramedia. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment