Tugas dan artikel

Sunday, March 18, 2018

FERTILITAS








CARA MENGUKUR TINGKAT FERTILITAS
(Tugas Mata Kuliah Kependudukan)












Oleh:
Ishmah Nurhidayati
1514131171











JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017





PEMBAHASAN



1.    Pengertian Fertilitas

Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan, misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut dengan lahir mati (still birth) yang di dalam peristiwa demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. disamping istilah fertilitas juga ada istilah fekunditas (fecundity), yaitu kemampuan fisiologis untuk melahirkan yang dinyatakan dalam jumlah kelahiran yang secara fisiologis (teoritis) mengkin terjadi.

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibbandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.


2.    Pengukuran Tingkat Kelahiran (Fertilitas)

Kompleksnya pengukuran fertilitas, karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan isteri), sedangkan kelahiran hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). Masalah yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas adalah tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga. Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda.
Dalam teori fertilitas, perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain :
A.  Angka laju fertilitas menunjukkan dua pilihan jangka waktu, yaitu jumlah kelahiran selama jangka waktu pendek (biasanya satu tahun), dan jumlah kelahiran selama jangka waktu panjang (selama usia reproduksi).
B.  Suatu kelahiran disebut “lahir hidup” (liva birth) apabila pada waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan, misalnya menangis, bernafas, jantung berdenyut. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan tersebut disebut “lahir mati” (still birth) yang tidak diperhitungkan sebagai kelahiran dalam fertilitas.
C.  Pengukuran fertilitas lebih rumit daripada pengukuran mortalitas karena:
a)    Seorang wanita dapat melahirkan beberapa kali, sedangkan ia hanya meninggala satu kali.
b)   Kelahiran melibatkan dua orang (suami-isteri), sedangkan kematian melibatkan satu orang saja.
c)    Tidak semua wanita mengalami peristiwa melahirkan, mungkin karena tidak kawin, mandul, atau sebab-sebab yang lain.

Memperhatikan perbedaan antara kematian dan le;ahiran seeperti tersebut di atas, memungkinkan untuk melaksanakan dua macam pengukuran fertilitas yaitu fertilitas tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia subur. Sedangkan pengukuran fertilitas tahunan (vital rates) adalah mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut.

2.1.  Pengukuran Fertilitas Tahunan

Baik pengukuran fertilitas maupun mortalitas tahunan hasilnya berlaku untuk periode waktu tertentu, sebagai contoh: perhitungan tingkat kelahiran kasar (CBR) di Indonesia tahun 1975 sebesar 42,9 kelahiran per 1000 penduduk pertengahan tahun. Angka ini terjadi pada periode tahun 1970-1980. Jadi selama periode ini tiap tahun ada kelahiran sebesar 42,9 per 1000 penduduk.
Pengukuran fertilitas tahunan hamper sama dengan pengukuran mortalitas. Ukuran-ukuran fertilitas tahunan yang akan dibicarakan di bawah ini meliputi:
a.    Tingkat fertilitas kasar (Crude Birth Rate)
b.    Tingkat fertilitas umum (General Fertility Rate)
c.    Tingat fertilitas menurut umur (Age Specific Fertility Rate)
d.   Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (Birth Order Specific fertility Rate)

a.    Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)

Tingkat fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :
CBR  =  x k
Keterangan :
CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat kelahiran Kasar
Pm   = Penduduk pertengahan tahun
k      = bilangan konstansta yang biasanya 1000
B      = jumlah kelahiran pada tahun tertentu

b.   Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)

Tingkat fertilitas kasar yang telah dibicarakan sebagai ukuran fertilitas masih terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Kita mengetahui bahwa penduduk yang mengetahui resiko hamil adalah perempuan dalam usia reproduksi (15-49 tahun).

Dengan alasan tersebut ukuran fertilitas ini perlu diadakan perubahan yaitu membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun). Jadi sebagai penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun umur 15-49 tahun. Tingkat fertilitas penduduk yang dihasilkan dari perhitungan ini disebut Tingkat fertilitas Umum (General Fertility Rate atau GFR) yang ditulis dengan rumus :
GFR =

Dimana :
GFR         = Tingkat fertilitas Umum
B              = Jumlah kelahiran
Pf (15-49) = jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada
                   pertengahan tahun

c.    Tingkat Fertilitas Menurut Umur(Age Specific Fertility Rate)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok-kelompok penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut : Jenis kelamin, umur, status perkawinan atau kelompok-kelompok penduduk yang lain.

Di antara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, Karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur (age specify fertility rate). Perhitungan tersebut dapat dikerjakan dengan rumus sebagai berikut :
ASFRi  =
Dimana
Bi   = jumlah kelahiran bayi pada kelompok umuri
Pfi = jumlah perempuan kelompok umur I pada pertangahan tahun
k   = angka konstanta = 1000

d.   Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rates)

Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penring untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu Negara. Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu, dan juga umur anak yang masih hidup. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran dapat ditulis dengan rumus:
BOSFR = Σ x k
Dimana
BOSFR = Birth Order Specify Fertility rate
Boi            = jumlah kelahiran urutan ke I
Pf(15-49)  = jumlah perempuan umur 15-49 pertengahan tahun
K           = bilangan konstanta = 1000

e.    Standarisasi Tingkat Fertilitas (Standardized Fertility Rates)

Tinggi rendahnya tingkat fertilitas di suatu Negara dipengaruhi oleh beberapa variable, misalnya umur, status perkawinan atau karakteristik yang lain. Seperti halnya dengan mortalitas, jika kita ingin membandingkan tingkat fertilitas di beberapa Negara, maka pengaruh variable-variabel tersebut perlu dinetralisir dengan menggunakan teknik standarisasi sehingga hanya satu variable yang berpengaruh. Teknik standarisasi yang digunakan sama dengan teknik standarisasi yang digunakan untuk pengukuran mortalitas. Jika diketahui tingkat fertilitas di Negara A dan B,dan ingin ,dibandingkan tingkat kelahiran umum di kedua Negara tersebut, maka tingkat fertilitas menurut umur dikalikan dengan jumlah penduduk standar dari masing-masing kelompok umur.


2.2.  Pengukuran Fertilitas Kumulatif

a.    Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates =TFR)

TFR didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan:
1.    Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
2.    Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
Dalam praktek tingkat fertilitas total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal bsama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan, maka rumus dari TFR adalah:
            TFR = 5 ΣASFR
Dimana
TFR    = Total fertility Rate
ASFR = tingkat fertilitas menurut umur ke I dari kelompok berjenjang lima tahunan

b.   Gross Reproduction Rates (GRR)

Gross Reproduction Rates ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidakada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, perhitungan GRR adalah sebagai berikut :
            GRR = 5 ΣASFRfi
Dimana ASFRfi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-I dari kelompok berjenjang 5 tahunan.

c.    Net Reproduction Rates (NRR)

Net Reproduction Rates ialah kelahiran jumlah bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis dari 1000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Dalam prakteknya, perhitungan NRR adalah sebagai berikut:

        NRR = ΣASFRfi x






3.    Contoh Soal

a.      Pada tahun 2010, jumlah penduduk di kabupaten Pringsewu sebesar 365.369 orang, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 15.663. Tingkat fertilitas kasar di kabupaten Pringsewu pada tahun 2010 yaitu:
CBR = x 1000 = 42,86
Hal ini berarti pada tahun 2010, dari setiap 1000 penduduk di kabupaten pringsewu terdapat 42,86 kelahiran.

b.     Pada tahun 2010, jumlah penduduk perempuan usia subur di kabupaten Pringsewu sebesar 95.686 orang, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 15.663. Tingkat fertilitas umum di kabupaten Pringsewu pada tahun 2010 yaitu:
GFR = x 1000 = 163,69
Hal ini berarti pada tahun 2010, dari setiap 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun di kabupaten pringsewu terdapat 163,69 kelahiran.

c.      Pada tahun 2010, jumlah penduduk perempuan usia subur di kabupaten Pringsewu kelompok umur 20-24 sebesar 859.154 orang, sedangkan jumlah kelahiran untuk kelompok umur tersebut sebesar 208.001 Tingkat fertilitas menurut umur di kabupaten Pringsewu pada tahun 2010 yaitu:
ASFRi  = x 1000 =  242,14
Hal ini berarti pada tahun 2010, dari setiap 1000 penduduk perempuan usia 20-24 tahun di kabupaten pringsewu terdapat 242,14 kelahiran.

d.     Pada tahun 2010, jumlah penduduk perempuan usia subur di kabupaten Pringsewu sebesar 95.686 orang, sedangkan jumlah kelahiran uruta pertama pada tahun tersebut sebesar 5.221. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran di kabupaten Pringsewu pada tahun 2010 yaitu:
BOSFR = x 1000 = 54,56


e.      Nilai ASFR di Kabupaten Pringsewu pada tahun 2010  untuk kelompok penduduk perempuan usia subur berjenjang 5 tahunan secara berturut turut yaitu 52, 99, 82, 70, 49, 23, 7. Maka tingkat fertilitas total di kabupaten Pringsewu pada tahun tersebut yaitu :
TFR = 5 (52+ 99+ 82 + 70 + 49 + 23 + 7) = 5 x 382 =1.910

f.       Nilai ASFR di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2000 untuk kelompok penduduk perempuan usia subur berjenjang 5 tahunan secara berturut turut yaitu 32, 54, 49, 45, 40, 13, 2. Maka tingkat fertilitas total di kabupaten Pringsewu pada tahun tersebut yaitu :
TFR = 5 (32+ 54+ 49 + 45 + 40 + 13 + 2) = 5 x 235 =1.175









DAFTAR PUSTAKA



Baguoes Mantra,Ida. 2010. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Jakarta

Doda, Johosua.1989. Pendidikan kependudukan dan lingkungan Hidup. P2LPTK. Jakarta

Rusli,Said. 1983. Pengantar ilmu Kependudukan. LP3eS. Jakarta

Munir, Rozy.1981. Dasar-Dasar Demog

0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Total Pageviews

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Buku Tugas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com