CARA MENGUKUR
TINGKAT FERTILITAS
(Tugas Mata Kuliah Kependudukan)
Oleh:
Ishmah Nurhidayati
1514131171
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2017
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Fertilitas
Istilah
fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang dari rahim seorang perempuan dengan ada
tanda-tanda kehidupan, misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan
sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut
dengan lahir mati (still birth) yang di dalam peristiwa demografi tidak
dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. disamping istilah fertilitas juga
ada istilah fekunditas (fecundity), yaitu kemampuan fisiologis untuk
melahirkan yang dinyatakan dalam jumlah kelahiran yang secara fisiologis
(teoritis) mengkin terjadi.
Pengukuran
fertilitas lebih kompleks dibbandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena
seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih
dari seorang bayi. Disamping itu seseorang yang meninggal pada hari dan waktu
tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian
lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak
berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.
2.
Pengukuran
Tingkat Kelahiran (Fertilitas)
Kompleksnya
pengukuran fertilitas, karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan
isteri), sedangkan kelahiran hanya melibatkan satu orang saja (orang yang
meninggal). Masalah yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas adalah
tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan
beberapa dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga. Juga ada
beberapa perempuan yang bercerai, menjanda.
Dalam teori
fertilitas, perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain :
A.
Angka laju fertilitas menunjukkan dua pilihan
jangka waktu, yaitu jumlah kelahiran selama jangka waktu pendek (biasanya satu
tahun), dan jumlah kelahiran selama jangka waktu panjang (selama usia
reproduksi).
B.
Suatu kelahiran disebut “lahir hidup” (liva
birth) apabila pada waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan, misalnya
menangis, bernafas, jantung berdenyut. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan
tersebut disebut “lahir mati” (still birth) yang tidak diperhitungkan
sebagai kelahiran dalam fertilitas.
C.
Pengukuran fertilitas lebih rumit daripada
pengukuran mortalitas karena:
a)
Seorang wanita dapat melahirkan beberapa kali,
sedangkan ia hanya meninggala satu kali.
b)
Kelahiran melibatkan dua orang (suami-isteri),
sedangkan kematian melibatkan satu orang saja.
c)
Tidak semua wanita mengalami peristiwa
melahirkan, mungkin karena tidak kawin, mandul, atau sebab-sebab yang lain.
Memperhatikan
perbedaan antara kematian dan le;ahiran seeperti tersebut di atas, memungkinkan
untuk melaksanakan dua macam pengukuran fertilitas yaitu fertilitas tahunan dan
pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas kumulatif adalah
mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga
mengakhiri batas usia subur. Sedangkan pengukuran fertilitas tahunan (vital
rates) adalah mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu dihubungkan
dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun
tersebut.
2.1. Pengukuran Fertilitas Tahunan
Baik pengukuran
fertilitas maupun mortalitas tahunan hasilnya berlaku untuk periode waktu
tertentu, sebagai contoh: perhitungan tingkat kelahiran kasar (CBR) di
Indonesia tahun 1975 sebesar 42,9 kelahiran per 1000 penduduk pertengahan
tahun. Angka ini terjadi pada periode tahun 1970-1980. Jadi selama periode ini
tiap tahun ada kelahiran sebesar 42,9 per 1000 penduduk.
Pengukuran
fertilitas tahunan hamper sama dengan pengukuran mortalitas. Ukuran-ukuran
fertilitas tahunan yang akan dibicarakan di bawah ini meliputi:
a.
Tingkat fertilitas kasar (Crude Birth Rate)
b.
Tingkat fertilitas umum (General Fertility
Rate)
c.
Tingat fertilitas menurut umur (Age Specific
Fertility Rate)
d.
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (Birth
Order Specific fertility Rate)
a.
Tingkat
Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)
Tingkat
fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu
tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus
dapat ditulis sebagai berikut :
CBR = x k
Keterangan :
CBR
= Crude Birth Rate atau Tingkat kelahiran Kasar
Pm =
Penduduk pertengahan tahun
k
= bilangan konstansta yang biasanya
1000
B =
jumlah kelahiran pada tahun tertentu
b.
Tingkat
Fertilitas Umum (General Fertility Rate)
Tingkat
fertilitas kasar yang telah dibicarakan sebagai ukuran fertilitas masih terlalu
kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun. Kita mengetahui bahwa penduduk yang mengetahui resiko hamil adalah
perempuan dalam usia reproduksi (15-49 tahun).
Dengan
alasan tersebut ukuran fertilitas ini perlu diadakan perubahan yaitu
membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur
(15-49 tahun). Jadi sebagai penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk
pertengahan tahun umur 15-49 tahun. Tingkat fertilitas penduduk yang dihasilkan
dari perhitungan ini disebut Tingkat fertilitas Umum (General Fertility Rate
atau GFR) yang ditulis dengan rumus :
GFR =
Dimana :
GFR = Tingkat fertilitas Umum
B = Jumlah kelahiran
Pf
(15-49) = jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada
pertengahan tahun
c.
Tingkat
Fertilitas Menurut Umur(Age Specific Fertility Rate)
Terdapat
variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok-kelompok penduduk
tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut :
Jenis kelamin, umur, status perkawinan atau kelompok-kelompok penduduk yang
lain.
Di
antara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan
melahirkan, Karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada
tiap-tiap kelompok umur (age specify fertility rate). Perhitungan
tersebut dapat dikerjakan dengan rumus sebagai berikut :
ASFRi
=
Dimana
Bi = jumlah kelahiran bayi pada kelompok
umuri
Pfi
= jumlah perempuan kelompok umur I pada pertangahan tahun
k = angka konstanta = 1000
d.
Tingkat
Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rates)
Tingkat
fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penring untuk mengukur tinggi
rendahnya fertilitas suatu Negara. Kemungkinan seorang istri untuk menambah
kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri
mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu,
dan juga umur anak yang masih hidup. Tingkat fertilitas menurut urutan
kelahiran dapat ditulis dengan rumus:
BOSFR
= Σ x k
Dimana
BOSFR
= Birth Order Specify Fertility rate
Boi = jumlah kelahiran urutan ke I
Pf(15-49)
= jumlah perempuan umur 15-49
pertengahan tahun
K = bilangan konstanta = 1000
e.
Standarisasi
Tingkat Fertilitas (Standardized Fertility Rates)
Tinggi
rendahnya tingkat fertilitas di suatu Negara dipengaruhi oleh beberapa
variable, misalnya umur, status perkawinan atau karakteristik yang lain.
Seperti halnya dengan mortalitas, jika kita ingin membandingkan tingkat
fertilitas di beberapa Negara, maka pengaruh variable-variabel tersebut perlu
dinetralisir dengan menggunakan teknik standarisasi sehingga hanya satu
variable yang berpengaruh. Teknik standarisasi yang digunakan sama dengan
teknik standarisasi yang digunakan untuk pengukuran mortalitas. Jika diketahui
tingkat fertilitas di Negara A dan B,dan ingin ,dibandingkan tingkat kelahiran
umum di kedua Negara tersebut, maka tingkat fertilitas menurut umur dikalikan
dengan jumlah penduduk standar dari masing-masing kelompok umur.
2.2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif
a.
Tingkat
Fertilitas Total (Total Fertility Rates =TFR)
TFR
didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1000
penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan:
1. Tidak
ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
2. Tingkat
fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
Dalam
praktek tingkat fertilitas total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat
fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima
tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal bsama
dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan, maka rumus dari
TFR adalah:
TFR
= 5 ΣASFR
Dimana
TFR = Total fertility Rate
ASFR
= tingkat fertilitas menurut umur ke I dari kelompok berjenjang lima tahunan
b.
Gross
Reproduction Rates (GRR)
Gross
Reproduction Rates ialah jumlah kelahiran bayi perempuan
oleh 1000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidakada seorang
perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, perhitungan GRR
adalah sebagai berikut :
GRR = 5 ΣASFRfi
Dimana ASFRfi
adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-I dari kelompok berjenjang 5
tahunan.
c.
Net
Reproduction Rates (NRR)
Net
Reproduction Rates ialah kelahiran jumlah bayi perempuan
oleh sebuah kohor hipotesis dari 1000 perempuan dengan memperhitungkan
kemungkinan meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa
reproduksinya. Dalam prakteknya, perhitungan NRR adalah sebagai berikut:
NRR
= ΣASFRfi x
3.
Contoh
Soal
a.
Pada
tahun 2010, jumlah penduduk di kabupaten Pringsewu sebesar 365.369 orang,
sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 15.663. Tingkat
fertilitas kasar di kabupaten Pringsewu pada tahun 2010 yaitu:
CBR = x 1000 = 42,86
Hal ini berarti pada tahun 2010,
dari setiap 1000 penduduk di kabupaten pringsewu terdapat 42,86 kelahiran.
b.
Pada
tahun 2010, jumlah penduduk perempuan usia subur di kabupaten Pringsewu sebesar
95.686 orang, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 15.663.
Tingkat fertilitas umum di kabupaten Pringsewu pada tahun 2010 yaitu:
GFR = x 1000 = 163,69
Hal ini berarti pada tahun 2010,
dari setiap 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun di kabupaten pringsewu
terdapat 163,69 kelahiran.
c.
Pada
tahun 2010, jumlah penduduk perempuan usia subur di kabupaten Pringsewu
kelompok umur 20-24 sebesar 859.154 orang, sedangkan jumlah kelahiran untuk
kelompok umur tersebut sebesar 208.001 Tingkat fertilitas menurut umur di
kabupaten Pringsewu pada tahun 2010 yaitu:
ASFRi = x 1000 = 242,14
Hal ini berarti pada tahun 2010,
dari setiap 1000 penduduk perempuan usia 20-24 tahun di kabupaten pringsewu
terdapat 242,14 kelahiran.
d.
Pada
tahun 2010, jumlah penduduk perempuan usia subur di kabupaten Pringsewu sebesar
95.686 orang, sedangkan jumlah kelahiran uruta pertama pada tahun tersebut
sebesar 5.221. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran di kabupaten
Pringsewu pada tahun 2010 yaitu:
BOSFR = x 1000 = 54,56
e.
Nilai
ASFR di Kabupaten Pringsewu pada tahun 2010
untuk kelompok penduduk perempuan usia subur berjenjang 5 tahunan secara
berturut turut yaitu 52, 99, 82, 70, 49, 23, 7. Maka tingkat fertilitas total
di kabupaten Pringsewu pada tahun tersebut yaitu :
TFR = 5 (52+ 99+ 82 + 70 + 49 + 23 +
7) = 5 x 382 =1.910
f.
Nilai
ASFR di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2000 untuk kelompok penduduk perempuan
usia subur berjenjang 5 tahunan secara berturut turut yaitu 32, 54, 49, 45, 40,
13, 2. Maka tingkat fertilitas total di kabupaten Pringsewu pada tahun tersebut
yaitu :
TFR = 5 (32+ 54+ 49 + 45 + 40 + 13 +
2) = 5 x 235 =1.175
DAFTAR PUSTAKA
Baguoes Mantra,Ida.
2010. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Jakarta
Doda, Johosua.1989. Pendidikan
kependudukan dan lingkungan Hidup. P2LPTK. Jakarta
Rusli,Said. 1983. Pengantar
ilmu Kependudukan. LP3eS. Jakarta
0 comments:
Post a Comment