Tugas : Responsi Pembangunan Pertanian
Oleh : Aji Prayoga Wibowo, Arum Sri Lestari, Ishmah Nurhidayati
JURUSAN AGRIBISINIS, FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS LAMPUNG. 2017
Oleh : Aji Prayoga Wibowo, Arum Sri Lestari, Ishmah Nurhidayati
JURUSAN AGRIBISINIS, FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS LAMPUNG. 2017
PEMBAHASAN
1.
Pengertian dan
Indikator Pembangunan
Pembangunan (development)
adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik,
ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan
budaya. Indikator-indikator keberhasilan pembangunan yaitu :
a.
Pendapatan perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan
salah satu indikator makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan
bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Walaupun demikian, beberapa ahli
menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan
nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan
kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.
b.
Struktur ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan
mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas
sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita,
konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional
akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah
akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti
oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak ,
kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun.
c.
Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai
meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan
dengan di pedesaan.. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara
eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding
lurus dengan proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi
akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di
Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan,
sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di
wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah
satu indicator pembangunan.
d.
Angka Tabungan
Perkembangan sector manufaktur/industri
selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital
merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat,
sebagaimana terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan
kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki
produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik
swasta maupun pemerintah.
B.
Pengertian dan
Indikator Pembangunan Pertanian
Pembangunan
Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi
pertanian untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang
sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani
dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya
manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Indikator-indikator
pembangunan pertanian yaitu:
1.
Lahan
Dalam studi-studi sosial
ekonomi pertanian tentang masalah penguasaan tanah
dipedesaan Indonesia dilakukan penyederhanaan
dalam pengelompokan bentuk-bentuk
penguasaan tanah kedalam
2 kelompok besar yaitu: (1)Milik, dan
(2)Bukan milik, yang terdiri
dari sewa, bagi hasil, gadai dan lainnya. Meskipun pendekatan tersebut belum dapat
menerangkan dengan baik eksistensi
dan implikasi ekonomi dari sistem
kelembagaan tanah adat, namun
cukup baik untuk menjelaskan
fenomena dinamika penguasaan tanah
dan hubungannya dengan pendapatan
dan kesempatan kerja di
pedesaan.
2.
Tenaga Kerja
Permasalahan
di sector pertanian tentang partisipasi tenaga
kerja adalah relative tingginya
penawaran tenaga kerja terhadap kebutuhan/permintaan, serta
adanya fleksibilitas pasar tenaga kerja yang memungkinkan
adanya
setengah pengangguran.
Oleh karena itu semakin
menumpuknya tenaga kerja
pengangguran di sector pertanian
akan menyebabkan rendahnya
produktivitas tenaga kerja.
Beberapa kebijakan untuk
mengatasi permasalahan tenaga kerja
setengah penggangguran dan
penggaruran diantaranya adalah: (1)Pemanfaatan
lahan pertanian yang potensial terutama
di luar Jawa; (2)Prioritas
pengambangan bagi peternakan
dan perikanan (non land based
agrculture) yang memiliki
potensi yang besar; (3)Pengembangan SDM (sumber daya manusia) dengan
sasaran peningkatan kemampuan agar mampu mengakses
teknologi dan (4)Pengembangan kelembagaan pasar tenaga kerja yang memungkinkan
partsipasi tenaga kerja yang
akses keberbagai subsector pertanian
Keterlibatan tenaga
kerja disektor pertanian
dengan produktivitas rendah
diiringi dengan keterlibatan tenaga kerja muda dengan
pendidikan tinggi masuk pada
pasar tenaga kerja di sector nonpertanian, disebabkan
karena:
(a)Terbatasnya kesempatan kerja pertanian bagi yang berpendidikan tinggi; (b)Sektor
pertanian umumnya tidak mendatangkan pendapatan dalam
waktu singkat; (c)Usaha pertanian mengandung banyak
resiko; (d)Pendapatan di sector pertanian lebih rendah
dari yang diharapkan dan
(e)Kurang status sosial dan kenyamanan
kerja, karena kesan usaha pertanian yang kumuh
3.
Pendapatan
Berdasarkan
pengeluaran konsumsi, distribusi
pendapatan antar
wilayah (provinsi) di Indonesia berkisar antara 0,259-0,412,
hanya Provinsi Papua yang termasuk dalam katagori
ketimpangan pendapatan sedang, sementara
wilayah yang lain termasuk katagori
ketimpangan ringan Ketimpangan
pendapatan selain disebabkan perbedaan jenis komoditas,
namun juga disebabkan
perbedaan adopsi teknologi pada komoditas
yang sama dan munculnya kegiatan nonpertanian.
4.
Nilai Tukar Petani
Secara umum, nilai
tukar mempunyai arti yang
luas dan dapat digolongkan
menjadi empat kelompok yaitu:
(1)Nilai
Tukar Barter (Barter Terms
of Trade),
(2)Nilai Tukar Faktorial (Factorial Terms of Trade), (3)Nilai
Tukar Pendapatan (Income Terms
of Trade) dan (4)Nilai Tukar Petani (Farmer Terms of Trade).
Nilai Tukar
Petani mempunyai karakteristik yang cenderung menurun. NTP berkaitan
dengan hubungan relative dalam harga antara
komoditas pertanian dan nonpertanian.
Dengan demikan dalam menjelaskan fenomena penurunan nilai
tukar pertanian dapat dilakukan melalui konsep
nilai tukar barter pertanian
terhadap nonpertanian. Ada tiga penjelasan
mengenai terjadinya penurunan
NTP yaitu: (1)Elastisitas
pendapatan produk
pertanian bersifat inelastik,
(2)Perubahan teknologi dengan
laju yang berbeda yang menguntungkan
produk manufaktur dan (3)Perbedaan
dalam struktur pasar dimana struktur
pasar dari produk pertanian yang
cenderung kompetitif, sementara struktur pasar produk manufaktur cenderung
kurang kompetitif dan bahkan mengarah ke
pasar monopoli.
5.
Konsumsi
Pada kondisi
pendapatan yang terbatas,
masyarakat lebih dahulu mementingkan kebutuhan konsumsi pangan,
sejalan dengan meningkatnya
pendapatan, persentase pendapatan
yang dibelanjakan untuk
pangan menurun. Dengan demikian,
besaran pendapatan (yang diproksi
dengan pengeluaran total) yang
dibelanjakan untuk pangan
dari suatu rumah tangga dapat
digunakan sebagai petunjuk tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut. Semakin
tinggi
pangsa pengeluaran pangan, berarti semakin kurang
sejahtera rumah tangga yang bersangkutan. Sebaliknya ,semakin kecil
pangsa pengeluaran pangan maka
rumah tangga tersebut semakin sejahtera.
6.
Teknologi
Dalam meningkatkan produksi sekaligus meningkatkan
pendapatan dan
kesejahteraan petani, penerapan teknologi
produksi yang sesuai anjuran mempunyai
peranan
yang sangat penting. Peningkatan produksi lebih
banyak disumbang oleh peningkatan produktivitas (56.2persen)
disbanding luas panen (26.3persen).
Keberhasilan peningkatan
produksi dan produktivitas sangat berkorelasi
dengan
inovasi teknologi panca usahatani,
terutama varietas unggul dan teknologi
budidaya, rekayasa kelembagaan, dan dukungan
kebijakan pemerintah. Penerapan
inovasi teknologi merupakan salah
satu strategi yang diterapkan dalam
program peningkatan produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Pasaribu, Rowland. 2013. Indikator Pembangunan. https://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2013/02/02-indikator-pembangunan.pdf Diakses pada 4 November 2017 Pukul 19.41 WIB.
Susilowati, Sri Hery dkk. 2010. Indikator Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan : Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian . Jakarta.
Wikipedia.
2017. Pembangunan Pertanian. https://id.wikipedia.org/wiki/ Pembangunan_pertanian Diakses pada 3 November 2017 pukul 01.54 WIB
0 comments:
Post a Comment