Tugas dan artikel

Friday, July 17, 2020

ANOTASI JURNAL DENGAN TRAVEL COST METHOD DAN EXTENDED COST BENEFIT ANALYSIS


Tugas : Responsi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Oleh   : Cindy Hosiani D.P.S., Ishmah Nurhidayati, M.Hary P., Rica S.A.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2018)
Note   :
Guys masa w ditanyain wisuda kapan sampa pembimbing padahal ujian kompre aja belum :( gatau beliau lupa beneran atau menyindir halus :(( maaf ya pak/bu saya jarang bimbingan :(




I.PEMBAHASAN


1.1.  Anotasi Jurnal Travel Cost Method (TCM)

Effendi. A, B. Samsul, dan Rusita. 2015. Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil Provinsi Lampung dengan Pendekatan Metode Biaya Perjalanan: Jurnal Sylva Lestari Vol. 3 No.3, halaman 71-84.

Identifikasi masalah dalam jurnal ini menunjukan bahwa Pulau Tangkil adalah salah satu objek wisata di Provinsi Lampung yang masih mengembangkan bentuk-bentuk layanan bagi pengunjungnya. Objek wisata ini relative baru dikembangkan dan belum diketahui nilai ekonominya bagi pengunjung, baik dari dalam maupun luar Provinsi Lampung.Masyarakat umumnya belum mengetahui objek wisata ini, akibatnya seringkali pengunjung yang datang tidak melalui dermaga penyeberangan utama sehingga menyebabkan pengunjung mengeluarkan biaya wisata lebih mahal untuk menikmati objek wisata Pulau Tangkil. Sehingga perlu dilakukan penilaian jasa wisata Pulau Tangkil dengan pendekatan metode biaya perjalanan yang berkaitan dengan karakteristik pengunjung.

Penelitian dilaksanakan di Obyek Wisata Pulau Tangkil yang terletak di Desa Sukajaya Lempasing, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Waktu Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 - Maret 2015. Responden penelitian ini adalah pengunjung Obyek Wisata Pulau Tangkil sebanyak 100 orang. Jenis data yang diambil dalam penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung di lapangan, data ini berupa data biaya perjalanan dan karakteristik pengunjung. Data sekunder berupa data pustaka yang didapat dari pengelola maupun pihak lain berupa data kondisi umum dan jumlah pengunjung.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada objek wisata Pulau Tangkil memperoleh data biaya perjalanan total yang dikeluarkan pengunjung adalah sebesar Rp37.927.000 /kali kunjungan, dengan demikian nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil dapat diketahui melalui biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung. Biaya perjalanan total sebesar Rp37.927.000 dibagi dengan jumlah responden sebanyak 105 orang, dengan demikian biaya perjalanan rata - rata yang dikeluarkan oleh pengunjung sebesar Rp361.209 /orang/kali kunjungan. Perhitungan data penelitian memperoleh nilai ekonomi jasa wisata Pulau tangkil sebesar Rp10.888.284.096/tahun. Nilai tersebut diperoleh dari biaya rata-rata perjalanan pengunjung sebesar Rp361.209/orang/kunjungan dikalikan dengan jumlah pengunjung selama 2014 sebanyak 30.144 orang. Nilai ekonomi Obyek Wisata Pulau Tangkil cukup tinggi dibandingkan dengan objek wisata lain. Seperti yang dirujuk oleh peneliti, menurut Wawo dkk (2008), wisata pantai Hunimua yang berada di kota Ambon, hanya memiliki nilai ekonomi
sebesar Rp1.174.944.301/tahun.

Penelitian  ini mengkorelasikan biaya perjalanan dengan karakteristik pengunjung menggunakan software Minitab 16. Biaya perjalanan dianggap sebagai variabel dependen atau variabel terikat (variabel Y), sedangkan variabel independen (variabel X) terdiri atas jenis kelamin, umur, pendapatan, status pernikahan, tanggungan, motivasi kunjungan, kendaraan, cara berkunjung, waktu luang, frekuensi berkunjung, pintu mutun; serta variabel dummy (D) yaitu pendidikan (SMP/SMA/PT), pekerjaan (mahasiswa, ibu rumah tangga, swasta, PNS, pengusaha), asal pengunjung (luar kabupaten, luar provinsi), dan waktu berkunjung (akhir pekan, nyepi, imlek, natal, tahun baru). Sehingga berdasarkan hasil regresi didapatkan persamaan sebagai berikut:



Yi = 242 - 20,0 KLi + 5,71 UMi + 132 D1_SMPi + 108 D1_SMAi + 63,1 D1_PTi
+ 40,8 D2_MHSi + 17,5 D2_IRTi + 48,3 D2_SWTAi + 50,9 D2_PNSi
+ 109 D2_USHi + 42,9 PKJ TBi + 0,0232 PDTi + 12,8 ST MNi + 47,5 TGGi
+ 31,4 D3_L KABi + 415 D3_L PROVi - 65,6 MTVi + 73,4 D4_WNi
+ 40,5 D4_NYEPIi + 101 D4_IMLEKi + 71,7 D4_NATLi + 124 D4_N YRi
+ 31,5 CR BKJi - 20,4 KNDi + 92,0 WLi + 12,0 FR BKJi + 26,9 PNT MTNi

Berdasarkan penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil Provinsi Lampung menunjukkan angka sebesar Rp10.888.284.096/tahun, dengan biaya perjalanan rata-rata pengunjung sebesar Rp361.209/orang/kali kunjungan. Besarnya biaya perjalanan ini dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan pengunjung dari rumah hingga menuju objek wisata Pulau Tangkil untuk menikmati atraksi yang ada dan juga karakteristik pengunjung.

Kekurangan dalan isi jurnal tersebut adalah tidak adanya penulisan tujuan penelitian, sehingga membuat pembaca kebingungan mengenai pokok bahasan jurnal. Berdasarkan isi jurnal, maka diketahui bahwa tujuan penelitian adalah untuk menganalisis nilai ekonomi jasa wisata pulau tangkil dan menganalisis permodelan karakteristik pengunjung ke Obyek Wisata Pulau Tangkil. Metode penelitian yang dilakukan peneliti tidak dicantumkan secara jelas, diduga bahwa metode penelitian yang dilakukan adalah survey. Selain itu, tidak terdapat penjabaran variabel secara jelas meliputi variabel Y dan variabel X, sehingga pembaca hanya menerka-nerka dari pembahasan. Definisi operasional variabel kurang jelas karena pada beberapa bagian atau rumus tidak mencantumkan keterangan nama variabel. Materi pembahasan sudah baik dan lengkap, namun kurang tertata dengan rapi alurnya karena terdapat beberapa paragraf yang ide pokoknya tidak diarahkan ke alur tertentu, sehingga alur pemikiran acak-acakan.

  
1.2.  Anotasi Jurnal Extended Cost Benefit Analysis (ECBA)

Prasmatiwi. F. E, Irham, Suryantini. A dan Jamhari (2010). Analisis Keberlanjutan Usahatani Kopi di Kawasan HutanKabupaten Lampung Barat dengan PendekatanNilai Ekonomi Lingkungan: Jurnal Pelita Perkebunan 2010, Vol 26 No 1, Halaman 57—69.

Identifikasi masalah pada penelititan ini adalah terletak pada pengelolaan usahatani kopi di kawasanhutan yang kurang baik merupakan sumberpenggundulan hutan dan degradasi lahan.Petani kopi diharapkan dapat menekankerusakan lingkungan melalui kemauanmembayar (willingness to pay, WTP)external cost dalam rangka perbaikanlingkungan sehingga dapat meningkatkanmanfaat sosial pada lingkungan. Padapenelitian ini dikaji seberapa besar kemauanmembayar (WTP) biaya eksternal petanikopi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.Kajian tentang sistem kopi naungan ataumultistrata menjadi penting berkaitan denganprogram Hutan Kemasyarakatan (HKm).Pemerintah memberikan hak penguasaanlahan dalam bentuk izin kelola HKm atasareal yang selama ini telah dikelola. Melaluiprogram HKm masyarakat mengintegrasikanberbagai jenis tanaman kayu dan tanamannon-kayu (MPTS, multi-purpose tree species)serta tanaman setahun dengan prinsipkonservasi. Hal ini diatur oleh SK BupatiLampung Barat No. 11/2004 yangmewajibkan anggota kelompok HKmmenanam minimal 400 batang per hektarpepohonan berjenis kayu dan buah selaintanaman kopi.

Penelitian inibertujuan untuk mengkaji (1) keberlanjutan usahatani kopi di kawasan hutan KabupatenLampung Barat dan (2) besarnya kemauan membayar (willingness to pay, WTP)biaya ekternal petani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian dilaksanakan di KecamatanSumberjaya, Kabupaten Lampung Baratpada bulan Juni - Oktober 2009. KecamatanSumberjaya dipilih dengan pertimbanganbahwa kecamatan tersebut terdapat empatkawasan hutan lindung dan mayoritas petanimengusahakan kopi di hutan lindung.Sebagian besar petani di Sumberjaya telahmemiliki izin kelola hutan melalui programHKm. Dari kecamatan tersebut diambil duadesa yaitu Desa Tugusari dan Tribudi Syukuryang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani kopi di kawasanhutan. Jumlah contoh dalam penelitian iniadalah 50 orang petani yang mengusahakankebun kopi di kawasan hutan yang diambilsecara acak.

Berdasarkan  jurnal tersebut, peneliti merujuk pada penelitian sebelumnya untuk mendukung penelitiannya. Kecamatan Sumberjaya terletak di bagianhulu DAS Tulang Bawang dan Mesuji, dikenal dengan nama (DAS) Way Besay. Konversi hutan menjadi kebun kopi di Sumberjaya menyebabkan luasan hutan di hulu DAS WayBesay berkurang dari 60% pada tahun 1970-an menjadi 10% pada tahun 2000 dari totalluas lahan. Pada periode yang sama, luasperkebunan kopi meningkat dari 8% pada tahun1970 menjadi 70% pada tahun 2000 (Syamet al., 1997; Van Noordwijk et al., 2002; danVerbist et al., 2005).Menurut Manurung (2001), kegiatan konversi hutan telah menjadi salah satu sumber perusakan hutan alam Indonesia, bahkan menjadi ancaman terhadap hilangnya kekayaankeaneka-ragaman hayati ekosistem hutan hujantropis Indonesia.

Praktek konversi hutanseringkali menjadi penyebab utamabencana kebakaran hutan dan lahan. Halini dipertegas oleh Van Noordwijk (2000)yang menyatakan bahwa konversi hutantropis yang demikian cepat telah menjuruskepada musnahnya keanekaragamanhayati, pelepasan karbon ke atmosfir,masalah gangguan asap kebakaran hutan,dan menurunnya fungsi DAS.Keberlanjutan usahatani kopi menjadiisu yang penting pada saat ini sejalandengan adanya tantangan program sertifikasipada perdagangan kopi dunia (Perfecto etal., 2005).

Salah satu persyaratan dalamberbagai program sertifikasi adalah adanya naungan pada kebun kopi (Kine, 2009; Mas& Dietsch, 2003). Perkebunan kopi dengan pohon naungan akan membentuk suatu agroekosistemkopi naungan yang mempunyaiperanan penting ditinjau dari aspek sosial,ekonomi dan konservasi (Hernandez-Martinez et al., 2009). Kopi bernaunganmempunyai nilai konservasi (Rapole et al.,2003) baik mengkonservasi habitat maupunbiodiversitas (Sorby, 2002; Lopez-Gomezet al., 2008) dan menyediakan layananekosistem yang hampir sama dengan hutanmeskipun pada level sedikit di bawah hutan(Blackman et al., 2007).

Baon et al. (2003)menyimpulkan bahwa tanaman penaungdapat berfungsi sebagai sumber bahanorganik penting yang murah dan mudahdiperoleh. Dengan demikian, alternatifpilihan untuk mengantisipasi dampakkerusakan lingkungan yang lebih besar adalahdikembangkan sistem kopi naungan atausistem multistrata.Menurut Prawoto (2008),agroforestri kopi menggunakan berbagaitanaman naungan diharapkan mampumenjaga keberlanjutan usahatani. Padapenelitian ini dikaji apakah kopi bernaungankompleks (multistrata) lebihberkelanjutan dibandingkan sistem yanglain.

Berdasarkan jurnal tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu berdasarkan analisis ekonomi ECBA, yaitudengan turut memperhitungkan total nilailingkungan dan sosial yang terjadi, besarnyaNPV tergantung dari berapa besarnya biayalingkungan dan biaya sosial. Usahatani kopidi kawasan hutan menjadi tidak layak atautidak berkelanjutan (NPV negatif) bila totalbiaya lingkungan dan biaya sosial mencapai lebih besar dari US$536/ha. Bila biayaeksternalitas US$458 maka besarnya NPVadalah Rp1.648.633/ha, BCR 1,04 dan IRR26,88%.

Dengan melalukan kebijakan pemberian izin HKm yangmewajibkan penanaman MPTS minimum400 pohon/ha dapat meningkatkankeberlanjutan usahatani kopi di kawasan.Petani juga bersedia membayar(WTP) biaya eksternal Rp475.660/tahun untuk perbaikan konservasi tanah,menambah tanaman naungan, membayarpajak lingkungan, dan kegiatan reboisasi.Faktor-faktor yang berpengaruh nyataterhadap besar kemauan membayar (WTP)biaya eksternal adalah luas lahan usahatani,produktivitas lahan, pendapatan rumahtangga, jumlah anggota keluarga, dan pengetahuan petani tentang manfaat hutan.

Kekurangan dalan isi jurnal tersebut adalah tidak adanya penulisan tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah kalimat yang menunjukan indikasi kearah mana penelitian dilakukan atau data data serta informasi apa yang akan di capai dari penelitian itu. Tidak adanya penulisan tujuan penelitian dalam jurnal ini menyebabkan pembaca kebingungan mengenai pokok bahasan jurnal.

  

II. KESIMPULAN
  
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1.    Dalam rangka menekan kerusakan lingkungan, petani bersedia membayar (WTP) biaya eksternal Rp475.660/tahun untuk perbaikan konservasi tanah, menambah tanaman naungan, membayar pajak lingkungan, dan kegiatan reboisasi.
2.    Nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil Provinsi Lampung menunjukkan angka sebesar Rp10.888.284.096/tahun, dengan biaya perjalanan rata-rata pengunjung sebesar Rp361.209/orang/kali kunjungan.
3.    Kekurangan dari kedua jurnal pada bab sebelumnya adalah tidak dituliskannya tujuan penelitian sehingga membuat pembaca kebingungan mengenai pokok bahasan jurnal.

  
DAFTAR PUSTAKA


Effendi. A, B. Samsul, dan Rusita. 2015. Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil Provinsi Lampung dengan Pendekatan Metode Biaya Perjalanan: Jurnal Sylva Lestari Vol. 3 No.3, halaman 71-84.

Prasmatiwi, F.E. Irham, Any S. Jamhari. 2010. Analisis keberlanjutan Usahatani Kopi di Kawasan Hutan Kabupaten Lampung Barat dengan Pendekatan Nilai Ekonomi Lingkungan. Pelita Perkebunan Volume (26) No 1,Halaman 57-69

Wawo, Mintje., A. James., H.S. Johana . 2008. Valuasi ekonomi wisata Pantai Hunimua Desa Liang Kecamatan Salahutu-Maluku Tengah.Jurnal Ichtyos. 8(1) : 49—54.

0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Total Pageviews

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Buku Tugas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com