Tugas dan artikel

Sunday, October 15, 2017

ANALISIS UNSUR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, KOMUNIKASI, PERILAKU, DAN PENGARAHAN DALAM FILM “THE LAST SAMURAI”

Tugas : Dasar-dasar Manajemen
Oleh   : Cindy Hosiani DPS., Ferentia Aurora, Ishmah Nurhidayati.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 2016.




I.PENDAHULUAN



1.1.  Latar Belakang

Manajemen selalu terdapat dan sangat penting untuk mengatur semua kegiatan dalam ruah tangga, sekolah, koperasi, yayasan, pemerintahan, dan lain sebagainya. Dengan manjemen yang baik maka pembinaan kerja sama akan serasi dan harmonis, saling menghormati dan mencintai, sehingga tujuan optimal akan tercapai. Begitu pentingnya peranan manajemendalam kehidupan manusia sehingga mengharuskan kita mempelajari, menghayati, dan menerapkannya demi hari esok yang lebih baik.

Kepemimpinan merupakan salah satu intisari majemen, sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi. Dengan kepemimpinan yang baik, proses manajemen akan berjalan lancar dan bawahan bergairah menjalankan tugas-tugasnya. Gairah kerja, produktivitas kerja, dan proses manajemen suatu organisasi akan baik, jika tipe, gaja, cara atau style kepemimpinan yang diterapkan pemimpinnya baik.

Pengarahan adalah fungsi manajemen yang terpenting dan paling dominan dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan maka proses manajemen dalam merealisasikan tujuan dimulai. Penerapan fungsi ini sangat sulit, rumit dan kompleks, karena karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran, perasaan, harga diri, cita-cita, dan lain-lainnya.

Manajemen adalah mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Ini berarti pimpinan menyuruh bawahannya untuk mengerjakan sebgaian dari tugas-tugasnya dalam mencapai tujuan perusahaan. Pimpinan dalam membina kerja sama, mengarahkan dan mendorong gairah kerja para bawahannya, perlu memahami perilaku dari bawahannya. Perilaku tersebut dapat diketahui dengan mempelajari psikologi, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, dan psikologi manajemen.

Motivasi mempersoalkan bagamana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu mau bekerja keras dan antusias untk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

Sedangkan komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam manajemen, karena proses manajemen baru terlaksana jika komunikasi dilakukan. Pemberian perintah, laporan, informasi, berita, saran, dan menjalin hubungan-hubungan hanya dapat dilakukan dengan komunikasi, tanpa komunikasi proses manajemen tidak terlaksana.

Melihat pentingnya unsur kepemimpinan, pengarahan, perilaku, motivasi dan komunikasi dalam manajemen maka perlu pemahaman yang baik dan tepat akan hal-hal tersebut. Oleh karena itu, kami mencoba untuk mengidentifiksi unsure-unsur tersebut dalam film “The Last Samurai”.

1.2.  Tujuan

1.      Untuk mengidentifikasi unsur-unsur kepemimpinan, pengarahan, perilaku, motivasi dan komunikasi dalam film “The Last Samurai”










II.PEMBAHASAN



2.1.  Kepemimpinan dalam Film The Last Samurai

Terdapat beberapa pemimpin dalam film ini, meskipun tidak seluruhnya menonjol. Masing-masing pemimpin tersebut memiliki karakteristik dan gaya yang berbeda dalam memimpin. Pemimpin tersebut antara lain Kaisar Meiji, Katsumoto, Nathan Algren. Mereka juga memiliki kepentingan yang berbeda-beda, tidak hanya memimpin tetapi memiliki maksud terselubung tertentu.

a. Kaisar Meiji
Kaisar Meiji adalah orang yang paling berpengaruh dalam cerita ini. Beliau adalah pemegang kendali, paling dihormati, dan paling dijunjung tinggi di Jepang pada era tersebut. Apa pun yang diputuskan Kaisar akan mempengaruhi hidup orang di seluruh Jepang.Kaisar selalu berada di istana dan tidak meninjau keadaan negerinya secara langsung. Ia hanya mendengar laporan dari penasehat-penasehatnya. Ini membuat Kaisar tidak tahu apa yang terjadi sesungguhnya, sehingga keputusan-keputusan yang diambilnya tidak efektif karena tidak sesuai dengan keadaan dan apa yang diinginkan rakyatnya.

Kaisar Meiji mempunyai banyak penasehat, yang paling menonjol adalah Omura. Omura sangat mendukung adanya modernisasi di Jepang dan telah melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak Barat. Disisi lain, Katsumoto sebagai ketua Samurai tidak mendukung keputusan tersebut. Ia sangat mempertahankan tradisionalisme.

Kaisar sebenarnya mengingini jalan tengah, akan tetapi ia tidak mampu melepaskan diri dari tekanan penasehatnya, yakni Omura. Omura meyakinkan bahwa modernisasi sangat diinginkan oleh rakyat dan dapat membawa Jepang ke era kejayaan. Kaisar menyetujui saja, apa pun yang dianjurkan oleh Omura, tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya terhadap seluruh rakyat. Saat Omura bahkan memerintahkan pasukan dan Nathan untuk menghabisi Samurai, Kaisar tidak mengambil keputusan pribadi dan menyetujuinya saja.

Menurut kelompok kami, kepemimpinan yang dilakukan Kaisar Meiji sangat tidak efektif, bahkan dapat dibilang gagal. Kaisar Meiji, pada saat itu, sama sekali tidak menjalankan fungsi kepemimpinan yang utama, yaitu mengambil dan merealisasikan keputusan untuk kelangsungan hidup negaranya. Kaisar kurang menggunakan otoritasnya sebagai pengambil keputusan tertinggi. Dia sedikit banyak tahu bahwa tindakan yang dilakukan Omura terlalu berlebihan, namun tidak berdaya untuk mencegahnya. Padahal, ia adalah pemegang kekuasaan tertinggi dan apapun yang dikatakannya adalah perintah bagi bawahannya.

Meskipun perencanaan negara dibuat oleh Omura, seharusnya Kaisar meninjaunya ulang, kemudian mengambil keputusan apakah perencanaan tersebut sesuai dengan keadaan negara. Kaisar kurang menyadari bahwa apa pun yang dia putuskan akan berakibat pada seluruh negeri. Keputusannya dalam hal membiarkan Omura memegang kendali, akhirnya menyebabkan perpecahan dalam negara. Perang tersebut menyebabkan kematian rakyat Jepang dalam jumlah sangat besar. Sebagaimana diketahui, Men (sumberdaya manusia) adalah unsur penting dalam manajemen. Kehilangan sumberdaya manusia berarti negara kehilangan investasi yang sangat besar dalam pembangunan dan kelangsungan hidup negara.

Model kepemimpinan yang digunakan oleh Kaisar Meiji adalah visionary leadership, meskipun mungkin dalam prakteknya kurang benar. Visionary Leadershipdidasarkan pada tuntutan perubahan zaman yang meminta dikembangkannya secara intensif peran organisasi dalam menciptakan sumber daya manusia yang handal bagi pembangunan, sehingga orientasi visi diarahkan pada mewujudkan nilai komparatif dan kompetitif para anggotanya sehingga tetap bisa bersaing dengan berbagai inovasi-inovasi yang terus berkembangan seiring dengan tantangan zaman.

Kaisar Meiji melakukan perubahan besar-besaran di Jepang dengan melakukan pembaratan di semua lini. Mulai dari pakaian, membuat transportasi dengan kereta, dan juga dalam bidang militer.Reformasi yang dilakukan oleh Kaisar Meiji disebut Restorasi Meiji, walaupun dalam film tersebut tidak terlalu ditonjolkan mengenai perubahan yang dilakukan oleh Kaisar tersebut karena dominasi Omura yang lebih tampak dalam pemerintahan. Namun dalam film tersebut terlihat adanya perubahan yang terjadi di Jepang seperti mulai banyak orang-orang yang berpakaian ala barat, adanya pembangunan rel kereta api, dan dalam bidang militer jepang mulai meninggalkan pedang dan menggunakan peralatan perang yang modern.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang Kaisar Meiji mencoba membuat Jepang dapat bersaing di dunia dan tidak lagi tertutup sehingga dia mendatangkan ahli-ahli dari dunia Barat yang dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan Jepang. Dalam pandangan kami, dengan melakukan hal ini artinya Kaisar Meiji adalah seorang Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya berdasarkan tuntutan zaman. Kaisar Meiji adalah juga seorang yang inovatif dan kompetitif dan mempunyai visi bahwa Jepang akan dapat bersaing dengan kekuatan asing di luar sana.

b. Katsumoto
Katsumoto adalah pemimpin samurai yang menjunjung tradisi Jepang secara turun – temurun. Hal tersebut bertolak belakang dengan Omura yang berorientasi pada modernisasi. Katsumoto menginginkan sebuah sistem pertahanan negara yang relatif stabil daripada sistem yang bergerak ke arah pertumbuhan dan tetap mempertahankan ciri khas bangsa. Dalam manajemen, hal ini tidak seharusnya dilakukan. Sebuah organisasi (dalam kaitan film ini adalah negara) seharusnya mengembangkan diri secara visioner tanpa melupakan identitasnya.

Meskipun kaum Samurai dianggap sebagai pemberontak dan menghambat modernisasi Jepang, tetapi setiap anggota kaum tersebut sangat loyal kepata Katsumoto dan identitasnya sebagai samurai. Mereka hidup bersama dalam suatu desa, mengembangkan diri dalam tradisi bersama-sama, dan memiliki loyalitas melayani Kaisar sangat tinggi meskipun mereka adalah kaum yang ditolak oleh pihak kekaisaran. Hal ini menunjukkan bahwa Katsumoto berhasil dalam mempertahankan keutuhan komunitasnya meskipun sulit. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa gaya kepemimpinan yang digunakan Katsumoto adalah kepemimpinan partisipatif. Katsumoto melakukan tugasnya secara persuasif, menciptakan kerjasama yang menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahannya. Beliau sangat dekat dengan anggota komunitasnya. Terjalin partisipasi yang sangat baik antar anggota Samurai dan Katsumoto dalam pengambilan keputusan, memberikan informasi, saran-saran, dan pertimbangan. Katsumoto memengaruhi bawahannya secara expert power (kekuasaan karena keahlian). Ia mampu mempengaruhi bawahan dengan keahlian, kecakapan, dan kemampuannya sehingga menimbulkan kharisma pemimpin dan dapat memimpin bawahannya.

Katsumoto juga tergolong sebagai pemimpin yang karismatik. Menurut Maxwell, pemimpin kharismatik dapat dilihat pada karakteristik berikut ini:
1)   Pemimpin yang mencintai hidup, karakteristiknya sangat menyenangkan. Katsumoto dalam kondisi yang tertekan tetap menghargai dan menikmati hidupnya. Energi yang luar biasa ia tunjukkan melalui kemapuannya berperang dan memimpin pasukan.
2)   Mempunyai nilai yang sangat potensial terhadap orang lain, melihat orang lain tidak secara individu orang tersebut tetapi lebih melihat apa yang akan dilakukan oleh seseorang.Katsumoto masih menjadi sosok yang dianggap guru oleh Kaisar walaupun dia menolak modernisasi. Dalam memandang Kaisar
3)   Pemimpin yang memberikan harapan, kepemimpinan karismatik membuat orang mempunyai harapan akan jauh lebih baik lagi masa depan dari suatu organisasi.Dalam keadaan tertekan, Katsumoto berpegang teguh pada pendirian untuk menjaga garis nilai-nilai kebijaksanaan hidup tradisi Jepang. Dirinya yakin bahwa nilai-nilai tersebut harus tetap dipertahankan.
4)   Pemimpin yang suka berbagi. Katsumoto bersedia berbagi kebijaksanaan, tradisi, dan beladiri Jepang dengan memperbolehkan orang yang pernah bertempur dengannya, Nathan.

c.  Nathan Algren
Ketika di Amerika, ia adalah pemimpin kesatuan prajurit Amerika dalam perang melawan suku Indian. Ia sukses dalam peperangan, karenanya sangat dihormati dan dieluk-elukkan oleh masyarakat Amerika kulit putih. Meskipun demikian, ia tidak bahagia dengan itu karena konflik batin yang melanda dirinya. Ia pergi ke Jepang untuk melatih prajurit Jepang menggunakan alat tempur modern. Pada satu pertempuran melawan samurai, ia dikalahkan dan menjadi tawanan Katsumoto. Nathan Algren adalan korban banyak pihak yang berkuasa: pemerintah Amerika, pemerintah Jepang, Omura, dan Katsumoto. Ia sosok yang mengasingkan dirinya dari menjadi pengikut siapa-siapa dan menanamkan banyak kebencian, termasuk pada dirinya sendiri yang dianggapnya telah berbuat jahat.

Sebagai tokoh utama film, Nathan Algren ironis tak punya kuasa apa-apa dan justru dikuasi oleh banyak pihak, meskipun pada akhirnya ia tetap memilih mengikuti siapa. Namun, di akhir ia bisa menjadi tokoh yang tanpa power apapun mampu mempengaruhi/ menggerakkan hati kaisar agar menggunakan kekuatannya untuk menundukkan Omura dan memelihara cita-cita Katsumoto.

Sebagai pemimpin perang, Nathan menunjukkan tipe kepemimpinan. Nathan mampu mempengaruhi bawahannya secara expert power, karena kecakapan dan keahlian dalam memimpin perang yang ia miliki. Bahkan banyak pemimpin negara yang percaya dan mengapresiasi kemampuan perangnya. Saat berada dalam lingkungan samurai, ia melihat begitu banyak sikap Katsumoto sebagai pemimpin yang patut dicontoh. Ia bahkan mempelajari budaya dan cara berperang dari Samurai yang sangat bertolak belakang dengan budaya yang selama ini dianutnya. Dengan cara tersebut, ia dapat menguasai banyak teknik perang dan dapat menjadi referensinya dalam menyusun rencana penyerangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Nathan menggunakan Teori Sifat untuk belajar menjadi pemimpin yang ideal. Ia mengamati dan meneliti secara induktif sifat Katsumoto, yang sangat dihormati oleh bawahannya sehingga dapat menciptakan komunitas yang loyal dan berharga diri tinggi.

Nathan dalam memimpin perang, pada awalnya, menggunakan gaya kepemimpinan birokratis. Sebagai orang yang paling diandalkan Kaisar dan Omura dan dipandang memiliki kemampuan perang diatas rata-rata, ia dipercaya untuk memimpin pasukan perang, tetapi harus berdasarkan prosedur dan peraturan dari Kaisar dan Omura. Meskipun pasukan perang Jepang belum siap baik secara mental dan kemampuan perang, ia tetap harus melaksanakan perang dan berakibat pada kekalahan telak pasukan Jepang. Gaya kepemimpinn ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa adanya fleksibilitas.

Akan tetapi, setelah berada di lingkungan Samurai, gaya kepemimpinan Nathan berubah menjadi kepemimpinan partisipatif karena ia merlihat gaya kepemimpinan tersebut efektif digunakan oleh Katsumoto. Dengan gaya kepemimpinan partisipatif, Nathan dan Katsumoto mampu mengorganisasikan para samurai untuk berperang melawan Jepang kedua kalinya. Mereka menggunakan strategi perang yang sangat baik, bahkan tidak tercium oleh Kolonel Bagley (pemimpin perang Jepang) sekalipun. Pihak Samurai meninggal secara hormat dalam perang, bahkan Kolonel Bagley dan sisa pasukan memberikan hormat untuk mengapresiasi mereka.


2.2.  Motivasi dalam Film The Last Samurai

Menurut kelompok kami motivasi yang ada dalam film The Last Samurai berasal dari dalam diri Katsumoto. Motivasi yang ditunjukkan oleh Katsumoto memiliki tujuan mengalahkan Kolonel Bagley dan mengingatkan Kaisar Jepang untuk tidak terpengaruh oleh kebudayaan Barat. Motivasi yang dilakukan oleh Katsumoto melibatkan Nathan Algren untuk mencapai tujuan yang diinginkan Katsumoto melalui pelatihan masyarakat samurai. Selain itu motivasi yang muncul dari Katsumoto yaitu mengarahkan Nathan Algren untuk memanfaatkan alat-alat perang yang dimiliki samurai dan Katsumoto meminta Algren untuk mematuhi perintahnya. Motivasi tersebut memberikan hasil yang memuaskan dimana tujuan yang diinginkan oleh Katsumoto tercapai meskipun Katsumoto tidak dapat merasakan hasil yang didapat sebab Katsumoto telah meninggal dalam peperangan.


2.3.  Perilaku dalam Film The Last Samurai

Perilaku merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin dalam rangka memahami bawahan yang dipimpin olehnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sikap dan cara bertindak yang tepat dalam menghadapi bawahan atau bahkan sainggannya.

Dalam film “The Last Samurai” hal ini diperlihatkan oleh Nathan Algren. Sebelum melatih tentara jepang, Nathan Algren mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan mereka tentang penggunaan senjata apa sehingga mengetahui cara yang tepat untuk melatihnya. Pengamatan perilaku ini juga dilakkan Nathan ketika pasukannya diperintahkan untuk berperang. Melalui pengamatan perilaku pasukannya Natahan tahu bahwa pasukannya belum siap untuk berperang.

Selain itu, Pengamatan perilaku dilakukan oleh Nathan ketika dirinya dijadikan tawanan oleh kelompok samurai. Ia mulai memahami budaya mereka, dan alasan mereka menjadi pemberontak di negara tersebut. Sehingga Algren yang sedikit-sedikit mempelajari budaya samurai itu mulai mencintai apa yang tadinya menjadi musuhnya.

2.4.  Komunikasi dalam Film The Last Samurai

Menurut kelompok kami komunikasi yang ada dalam film The Last Samurai yaitu komunikasi formal. Komunikasi formal ditunjukkan melalui pesan yang diberikan dari Kaisar Jepang agar rakyatnya mendukung adanya modernisasi di Jepang dan perjanjian kerjasama dengan pihak Barat. Pesan tersebut disampaikan kepada rakyat jepang melalui penasehat-penasehatnya dan Ketua Samurai yaitu Katsumoto yang menentang pesan tersebut.

Komunikasi juga terjadi antara Katsumoto dan Nathan Algren, Katsumoto memberi pesan kepada Nathan untuk menuruti segala pesan yang diinginkan untuk memberontak terhadap Kaisar Jepang. Pesan yang diberikan oleh Katsumoto dilaksanakan oleh Nathan Algren dengan membantu dalam peperangan. Komunikasi yang dilakukan oleh Katsumoto memiliki hambatan seperti hambatan semantis dimana adanya hambatan dalam bahasa yang ditunjukkan oleh Nathan yang tidak dapat mengerti bahasa Jepang dan Nathan harus mempelajari bahasa tersebut agar dapat mengerti. Hasil yang didapat dari komunikasi ini yaitu tujuan yang diinginkan oleh Katsumoto untuk tetap mempertahankan tradisionalitas meskipun sudah ada modernitas.


2.5.  Pengarahan dalam Film The Last Samurai

Salah satu ahli menyebutkan bahwa pengertian pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mecapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Menurut kelompok kami, fungsi pengarahan ini dijalankan oleh Katsumoto sebagai ketua dari kelompok samurai.

Katsumoto mampu mengarahkan kelompoknya untuk melakukan usaha-usaha yang menurutnya akan membantu mencapai tujuan mereka, yaitu kesadaran Kaisar untuk tetap mempertahankan budaya asli mereka. Fungsi pengarahan ini dilakukan dengan sangat baik, sehingga anggotanya mau melaksanakan perintah-perintah Katsumoto walaupaun nyawa mereka menjadi taruhannya. Hal ini juga terilhat saat persiapan perang dilakukan. Katsumoto, dengan bantuan Nathan mengarahkan pasukannya untuk menyiapkan peralatan perang sesuai denga strategi yang telah mereka buat.





III.KESIMPULAN



Bedasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.    Unsur-unsur kepemimpinan, pengarahan, perilaku, motivasi dan komunikasi banyak terdapat dalam film “The Last Samurai” dan banyak dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut deperti Kaisar, Katsumoto dan Nathan.




LAMPIRAN



Sinopsis Film The Last Samurai


Nathan Algren merupakan seorang mantan kapten perang ditawari melatih pasukan Jepang untuk menumpas pemberontak oleh salah satu utusan jepang bernama Omura.  Omura dapat menemui Nathan Algren melalui mantan Kolonelnya yang bernama Bagley.  Hal ini mengingatkannya kembali akan kenangan masa lalunya ketika ia menjadi kapten saat perang melawan pasukan Indian.  Dengan tawaran gaji yang tinggi akhirnya Algren menerima permintaan tersebut.

Dimulailah pelatihan pasukan Jepang yang tidak pandai menggunakan senjata api.  Para pasukan Jepang yang berasal dari rakyat jelata dan petani dilatih untuk menggunakan senapan mesin. Saat pasukan yang di latih oleh Algren masih belum mahir menggunakan senjata, Algren diperintahkan untuk membawa mereka ke dalam pertempuran melawan kelompok pemberontak samurai yang dipimpin oleh Katsumoto.  Hasilnya dapat diterka, pasukan yang dilatih Algren kalah telak. Algren yang menolak mundur melawan pasukan samurai sampai titik darah penghabisan. Adik ipar Katsumoto, bertopeng merah samurai Hirotaro, bersiap untuk membunuh Algren yang jatuh, namun Algren melawan dan mengambil sebuah tombak, menusuk fatal Hirotaro di leher.

Algren nyaris saja mati di medan perang itu tetapi Katsumoto yang melihat kejadian itu memilih untuk membawanya ke desa tempat Algren ditawan oleh Katsumoto. Dibawa ke desa markas pasukan pemberontak, Algren dirawat oleh Taka yang merupakan seorang istri dari adik ipar Katsumoto yang dibunuhnya. Kepatuhan Taka pada Katsumoto membuatnya tetap merawat Algren dengan baik sekalipun dalam hati ia dendam karena suaminya terbunuh sampai Algren kembali pulih.

Algren ditawan di desa tersebut selama musim gugur.  Selama masa tawanannya di desa markas para samurai, perlahan Algren mengenal kultur budaya para pasukan samurai yang disebut pemberontak itu. Pasukan yang terasingkan dan dianggap pemberontak karena kemajuan zaman, pasukan yang turun temurun melindungi rakyat dan terlupakan karena budaya mulai terlupakan, pasukan yang dianggap pemberontak hanya karena ingin melindungi kaisar dari budaya asing. Algren yang sedikit-sedikit mempelajari budaya samurai itu mulai mencintai apa yang tadinya menjadi musuhnya, sampai akhirnya ia mendapatkan inti tentang semangat ksatria, semangat bushido.

Setelah menjadi tawanan terhormat dari Katsumoto melihat bahwa Kaisar Jepang sudah terpengaruh oleh kebudayaan Barat serta persenjataan modern yang ditunjukkan oleh para pedagang senjata, dan bertekad akan menghapus keberadaan Samurai, yang selama ini telah menghormati dan sangat loyal pada Kaisar. Sebagai wakil dari budaya modern yang pernah terlibat dalam penghancuran suku bangsa asli Amerika, Algren tidak rela para Samurai itu dibantai oleh senjata buatan negaranya.

Algren belajar pedang dengan Ujio dan belajar bahasa Jepang dengan penduduk setempat dan ia pun mendapatkan rasa hormat mereka. Suatu malam, ketika orang-orang menonton teater komedi jepang, sekelompok ninja pembunuh menyerang desa. Algren ikut membantu samurai melawan ninja dan Samurai berhasil mengalahkan ninja, Algren menyimpulkan bahwa serangan itu berasal oleh Omura.

Dengan datangnya musim semi, Algren dibawa kembali ke Tokyo. Di sana ia mengetahui bahwa tentara di bawah komando Bagley, lebih terorganisir dan dilengkapi dengan meriam dan senapan dari Amerika Serikat. Omura menawarkan Algren dalam pasukan komando jika dia setuju untuk menumpas pemberontakan samurai, tapi Algren tidak menjawab. Secara pribadi, Omura perintah anak buahnya untuk membunuh Algren jika ia mencoba untuk memperingatkan Katsumoto tentang niat mereka. Ketika Katsumoto menolak undang-undang baru yang melarang publik samurai untuk membawa pedang saat menghadiri rapat menteri, ia di pulangkan dan terkurung di penginapan Tokyo.

Untuk menyelamatkan Katsumoto dari kemungkinan pembunuhan, Algren langsung pergi untuk menyelamatkan Katsumoto. Dengan bantuan orang – orang bawahan katsumoto, Algren membebaskan Katsumoto. Namun dalam upaya penyelamatan ini nobuta menjadi korban dan meninggal di tempat.

Katsumoto dengan bantuan Algren mengajukan ajakan perang dengan pasukan Bagley, para samurai ternyata memberikan perlawanan sengit terhadap pasukan bersenjata api yang lebih modern. tetapi seluruh pasukan samurai tewas kecuali Algren dan katsumoto yang sekarat di peperangan.  Para samurai tewas ketika senjata api model terbaru yaitu senapan mesin di gunakan untuk melawan samurai.  Namun semangat pantang menyerah dari para samurai itu berhasil menyadarkan para pasukan jepang akan siapa sebenarnya yang mereka lawan. Ksatria pelindung mereka selama ini.

Melihat samurai yang sekarat, seorang letnan Jepang yang awalnya dilatih oleh Algren memerintahkan pasukannya untuk menghentikan gencatan senjata.  Pasukan Bagley menunjukkan rasa hormat mereka dengan membungkuk kepada para samurai yang kalah dalam peperangan. Katsumoto yang sekarat meminta Algren untuk membantu dirinya dalam melaksanakan seppuku.  Algren mematuhi Katsumoto yang menginginkan seppuku.

Terbukti, kematian Katsumoto yang merupakan guru kaisar beserta seluruh samurai lainnya tidak sia-sia. Kaisar yang selama ini dikontrol Omura mulai mengambil sikap. Ia membatalkan perjanjian kerjasama dengan Amerika karena tak menguntungkan rakyatnya. Ia ingat kembali dengan semangat samurai yang diajarkan Katsumoto, bahwa modernitas tak harus membuat kita lupa dari mana kita berasal.

0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Total Pageviews

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Buku Tugas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com