Tugas dan artikel

Thursday, April 08, 2021

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN SECARA KIMIAWI (SINTETIK DAN ORGANIK)

Tugas   : Laporan Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
Oleh     : Ishmah Nurhidayati
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2016)
Note     :
내가 조아하는 노레

눈을 감아 보면
내게 보이는 내 모습
지치지 말고
잠시 멈추라고
-Grown Up, Sondia

I.PENDAHULUAN

 

1.1.  Latar Belakang

 

 

Tanaman adalah beberapa jenis organisme yang dibudidayakan pada suatu ruang atau media untuk dipanen pada masa ketika sudah mencapai tahap pertumbuhan tertentu. Dalam prosesnya, tanaman tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tanaman mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Gangguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tanaman, tetapi mereka merusak tanaman dengan mengganggu proses-proses dalam tubuh tanaman sehingga dapat merusak atau mematikan tanaman (Imanuel,2013).

 

Tanaman dikatakan sakit jika ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologisnya. Penyakit tanaman dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu penyakit parasit dan penyakit non-parasit atau penyakit fisiologis. Penyebab penyakit parasit sudah diantaranya adalah bakteri, virus dan cendawan. Sedangkan penyakit non-parasit yaitu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan terhadap unsur hara (mineral), air, sinar matahari dan temperature (Imanuel,2013).

 

Pengendalian hama secara kimiawi merupakan pengendalian hama dengan menggunakan zat kimia. Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh petani. Olehnya itu pengendalian hama secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah pemerantasan hama dan penyakit (Hanafia, 2012).

 

1.2.  Tujuan Praktikum

 

 

Tujuan Penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1.    Mengetahui perbedaan fungisida sintetik dan fungisida organik.

2.    Mengetahui cara aplikasi pengendalian penyakit Colletrothicum capsici dengan menggunakan fungisida sintetik dan organik.

 

II. METODOLOGI PRAKTIKUM

 

2.1.  Bahan dan Alat

 

 

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah nampan, tisu, pipet, wrapping, cawan, pipet tetes, dan pinset.

 

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cabai segar, Colletroticum capsici, fungisida sintetik (propinep), fungisida organik (gulma siam), dan aquades.

 

 

2.2.  Prosedur Kerja

 

 

Pada praktikum ini, prosedur kerja yang digunakan yaitu:

1.    Siapkan semua peralatan

2.    Basahi tisu dengan air, lalu letakkan dalam nampan.

3.    Letakkan 4 buah sedotan ke dalam nampan.

4.    Isi cawan 1 dengan propinep dan cawan 2 dengan gulma siam.

5.    Masukkan cabai 1 ke dalam cawan berisi propinep.

6.    Masukkan cabai 2 ke dalam cawan berisi gulma siam.

7.    Masukkan cabai 1 dan 2 ke dalam cawan berisi Colletrothicum capsici.

8.    Letakkan cabai 1 dan 2 ke atas sedotan di dalam nampan.

9.    Bungkus dengan wrapping.


 

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

3.1.  Tabel pengamatan

 




3.2.  Pembahasan

 

 

3.2.1. Hasil Pengamatan

 

 

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengendalian penyakit tanaman secara kimiawi dengan menggunakan pestisida sintetik dan organik, sehingga terdapat dua buah sampel. Satu sampel menggunakan pestisida organik dan sampel yang lain menggunakan pestisida sintetik. Setelah dilakukan pengamatan selama tujuh hari (pengamatan dilakukan pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh) terdapat perbedaan pada kedua buah sampel. Sampel yang menggunakan pestisida sintetik telihat terkena penyakit busuk buah cabai (antraknosa), sedangkan sampel yang menggunakan pestisida organik terlihat hanya mengalami kebusukan.

 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pestisida organikmemiliki kemampuan yang lebih baik dalam mencegah tanaman terserang penyakit (pada kasus ini penyakit busuk buah cabai) daripada pestisida sintetik.

 

 

3.2.2. Pestisida Organik

 

 

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida., diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama belalang dan penggerek batang padi. Sedangkan petani di India, menggunakan biji mimba sebagai insektisida untuk mengendalikan hama serangga. Berikut ini beberapa contoh pestisida organik (Alfa, 2011).

 

A.  Bitung (Barringtonia asiatica)

 

Barringtonia asiatica merupakan tanaman tahunan, tingginya dapat mencapai 17 m, dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl. Bunganya dan daunnya yang indah/rindang menyebabkan tanaman ini juga digunakan sebagai tanaman hias. Hanya tumbuh di pantai yang berpasir dan berkarang. Bunga berambut putih dan kemerahan, buah berbentuk segi empat sebesar kepala orang dewasa. Bagian tumbuhan yang digunakan biji yang mengandung bioaktif saponin dan triterpenoids bersifat kontak sebagai racun perut. Biji dibuat dalam bentuk tepung dengan menumbuk atau menggiling eksrtak akan menghambat pertumbuhan larva Cricula trifenestrata menjadi pupa dan menghambat produksi telur 60 %. Tepung biji bitung dicampur tepung terigu 10% mampu menolak populasi serangga Sitophilus sp sampai 80%; serta membunuh sebesar 60% (Alfa, 2011).

 

B.  Mimba (Azadirachta indica L)

 

Mimba merupakan tanaman pohon dengan tinggi 10-15 m dan berakar tunggang. Batang tegak, berkayu, berbentuk bulat, permukaan kasar, percabangan simpodial, dan berwarna coklat. Daun majemuk, letak berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal meruncing, tulang daun menyirip, panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai daun panjangnya 8-20 cm, dan berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin dua, letak di ujung cabang, tangkai silindris, panjang 8-15 cm. Benang sari silindris dan berwarna putih kekuningan. Putik lonjong dan berwarna coklat muda. Buah berbentuk bulat telur berwarna hijau., berdiameter ± 1 cm dan berwarna putih.  Mimba tumbuh baik di daerah panas, di ketinggian 1 – 700 m dpl. dan tahan cekaman air. Di daerah yang banyak hujan bagian vegetatif sangat subur, tetapi sulit untuk menghasilakn biji (generatif). Perbanyakan melalui biji. Mimba berbunga pertama kali pada umur 2-3 tahun dan berbuah pada umur 3-4 tahun. Umumnya tanaman mimba berbuah sekali setahun. Buah mimba dapat dirontokkan, dipetik, maupun ditarik dari dahan- dahannya. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah biji dan daun (Alfa, 2011).

 

Biji mengandung 25 senyawa limonoid dan daun mengandung 57 senyawa limonoid dengan zat bioaktif utama azadiracktin (C35H44016). Zat bioaktif ini bekerja sebagai zat penolak, pencegah nafsu makan, penghambat tumbuh, larvasida (untuk mengendalikan larva), bakterisida (mencegah aflatoksin), mitisida (obat kudis), virisida (mengendalikan virus mosaik pada tembakau), rodentisida, ovisida, spermatisida, fungisida, nematisida dan moluskisida. Bahan aktif ini terdapat di semua bagian tanaman, tetapi yang paling tinggi terdapat pada biji. Biji mengandung minyak 35-45% (Alfa, 2011).

 

Di samping itu kandungan senyawa kimia lainnya, ekstrak biji dan daun mimba terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol, dan lain-lain. Ketiga senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok Tripernoid yang merupakan bahan pestisida alami, tetapi yang paling efektif adalah azadirachtin (Alfa, 2011).

 

OPT sasaran Penghisap polong, Riptortus linearis pada tanaman kedelai, penyakit busuk daun/pangkal batang Phytophthora spp. pada berbagai tanaman hortikultura, penyakit antraknosa Colletotrichum spp. pada tanaman buncis. Mimba mampu mengendalikan sekitar 127 jenis hams dan mampu berperan sebagai fungisida, bakterisida, nematisida, serta moluskisida (anti keong-keongan) (Alfa, 2011).

 

C.  Sirsak (Annona muricata L.)

 

Bagian tumbuhan yang digunakan : daun dan biji. Berdasarkan informasi pakar dari Pusat Kajian PHT, 1PB (Djoko Prijono), tumbuhan ini tidak terlalu aktif. Namun, beberapa peneliti melakukan kajian tumbuhan ini sebagai biopestisida. Buah yang mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Bijinya mengandung minyak 42 – 45 %, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant (Alfa, 2011).

 

Dari tanaman sirsak telah berhasil diisolasi beberapa senyawa acetogenin antara lain akan bersifat asimisin, bulatacin, dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin anti feedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel. Bulatacin diketahui menghambat kerja enzin NADH – ubiquinone reduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondria (Alfa, 2011).

 

D.  Akar Tuba (Derris elliptica)

 

Senyawa yang telah ditemukan antara lain adalah rotenon. Retenon dapat diekstrak menggunakan eter/aseton menghasilkan 2 - 4 % resin rotenone, dibuat menjadi konsentrat air. Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan sebagai antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga terjadi beberapa jam sampai beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat dicampur dengan piretrin/belerang. Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik) berpspektrum luas dan sebagai racun perut. Rotenon dapat digunakan sebagai moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan akarisida (tungau) (Marianah, 2013).

 

E.  Tembakau (Nicotium tabacum)

 

Tembakau sebagai Pestisida Organik karena senyawa yang dikandung adalah nikotin. Bahan aktif yang berperan dalam mengendalikan serangga hama adalah senyawa nikotin dan turunannya antara lain alkaloid nikotin, nikotin sulfat dan senyawa nikotin lainnya. Senyawa ini bekerja sebagai racun kontak, racun perut dan fumigan. Daun tembakau kering mengandung 2 - 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida) (Marianah, 2013).

 

F.   Bawang Putih (Allium sativum)

 

Bawang putih secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga. Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura (Marianah, 2013).

 

 

3.2.3. Pembuatan Pestisida Organik

 

 

Berikut ini merupakan cara pembuatan pestisida organik dari daun mimba (Azadirachta indica L)

 

Bahan yang digunakan yaitu daun mimba 25 gram, detergen 0,05 gram dan air. Sedangkan alat yang digunakan yaitu blender, gelas ukur, alat semprot, pisau, adukan, dan timbangan digital (Alfa, 2011).

 

Cara kerja   :

1.    Timbang baringtonia sebanyak 25 gram.

2.    Buat ekstrak dari daun mimba yaitu dengan melarutkan detergen sebanyak 0,05 gram dengan air hingga mencapai 1 liter. Lalu blender daun mimba dengan larutan detergen tadi hingga daun mimba hancur dan keluar sari-sarinya. Kemudian saring dengan kertas saring hingga mendapatkan larutan sebanyak 500 ml. Bila larutan kurang dari 500 ml, dapat ditambahkan larutan detergen tadi.

3.    Masukkan ke dalam semprotan (Alfa, 2011).


 

IV. KESIMPULAN


Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.    Pestisida sintetik adalah pestisida yang menggunakan bahan kimia, sedangkan pestisida sintetik adalah pestisid yang menggunakan bahan alami atau organi.

2.    Penggunaan pestisida organik maupun sintetik dalam pengendalian penyakit yang disebabkan patogen Colletrothicum capsici adalah dengan menyemprotkan cairan pestisida pada tanaman.


 

DAFTAR PUSTAKA

  

Alfa, 2011.Pestisida Nabati dan Pestisida sintetik. http://tujuhsentimeter.blogspot.co.id/2011/07/pestisida-nabati-dan-pestisida-sintetik.html. Diakses pada 9 Oktober 2016 pukul 20.12 WIB

 

Hanafia, A.C. 2012. Pengendalian Hama Tanaman Secara Kimiawi. http://abenchanafia.blogspot.co.id/2012/09/pengendalian-hama-secara-kimiawi.html. Diakses pada 9 Oktober 2016 pukul 19.11 WIB

 

Imanuel, Cahyanti. 2013. Penyakit pada Tumbuhan. http://cahyantiimanuel.blogspot.co.id/2013/03/penyakit-pada-tumbuhan.html diakses pada 22 September 2016 pukul 00.41 WIB

 

Marianah, Lisa. 2013. Membuat Pestisida Nabati. http://www.bppjambi.info/newspopup.asp?id=708. Diakses pada 9 Oktober 2016 pukul 06.38 WIB

 



0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Total Pageviews

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Buku Tugas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com