I.PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tanaman
adalah beberapa jenis organisme yang dibudidayakan pada suatu ruang atau media
untuk dipanen pada masa ketika sudah mencapai tahap pertumbuhan tertentu. Dalam
prosesnya, tanaman tidak
selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tanaman mengalami gangguan oleh
binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Gangguan terhadap
tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak
seperti hama, penyakit tidak memakan tanaman, tetapi mereka merusak tanaman
dengan mengganggu proses-proses dalam tubuh tanaman sehingga dapat merusak atau
mematikan tanaman (Imanuel,2013).
Tanaman
dikatakan sakit jika ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman
yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologisnya. Penyakit tanaman dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu penyakit parasit dan penyakit non-parasit
atau penyakit fisiologis. Penyebab penyakit parasit sudah diantaranya adalah
bakteri, virus dan cendawan. Sedangkan penyakit non-parasit yaitu penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan terhadap unsur hara (mineral), air,
sinar matahari dan temperature (Imanuel,2013).
Pengendalian
hama secara kimiawi merupakan pengendalian hama dengan menggunakan zat kimia.
Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian
tumbuhan. Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh petani. Olehnya itu
pengendalian hama secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah
pemerantasan hama dan penyakit (Hanafia, 2012).
1.2.
Tujuan
Praktikum
Tujuan
Penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui
perbedaan fungisida sintetik dan fungisida organik.
2.
Mengetahui
cara aplikasi pengendalian penyakit Colletrothicum capsici dengan
menggunakan fungisida sintetik dan organik.
II. METODOLOGI
PRAKTIKUM
2.1.
Bahan dan Alat
Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah nampan, tisu, pipet, wrapping, cawan,
pipet tetes, dan pinset.
Sedangkan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah cabai segar, Colletroticum capsici,
fungisida sintetik (propinep), fungisida organik (gulma siam), dan aquades.
2.2.
Prosedur Kerja
Pada praktikum
ini, prosedur kerja yang digunakan yaitu:
1.
Siapkan
semua peralatan
2.
Basahi
tisu dengan air, lalu letakkan dalam nampan.
3.
Letakkan
4 buah sedotan ke dalam nampan.
4.
Isi
cawan 1 dengan propinep dan cawan 2 dengan gulma siam.
5.
Masukkan
cabai 1 ke dalam cawan berisi propinep.
6.
Masukkan
cabai 2 ke dalam cawan berisi gulma siam.
7.
Masukkan
cabai 1 dan 2 ke dalam cawan berisi Colletrothicum capsici.
8.
Letakkan
cabai 1 dan 2 ke atas sedotan di dalam nampan.
9.
Bungkus
dengan wrapping.
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1.
Tabel
pengamatan
3.2.
Pembahasan
3.2.1.
Hasil
Pengamatan
Pada praktikum
kali ini dilakukan percobaan pengendalian penyakit tanaman secara kimiawi
dengan menggunakan pestisida sintetik dan organik, sehingga terdapat dua buah
sampel. Satu sampel menggunakan pestisida organik dan sampel yang lain
menggunakan pestisida sintetik. Setelah dilakukan pengamatan selama tujuh hari
(pengamatan dilakukan pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh) terdapat perbedaan
pada kedua buah sampel. Sampel yang menggunakan pestisida sintetik telihat
terkena penyakit busuk buah cabai (antraknosa), sedangkan sampel yang
menggunakan pestisida organik terlihat hanya mengalami kebusukan.
Dari penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa pestisida organikmemiliki kemampuan yang lebih
baik dalam mencegah tanaman terserang penyakit (pada kasus ini penyakit busuk
buah cabai) daripada pestisida sintetik.
3.2.2.
Pestisida
Organik
Pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi
berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin
yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan
atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai
pestisida., diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama
belalang dan penggerek batang padi. Sedangkan petani di India, menggunakan biji
mimba sebagai insektisida untuk mengendalikan hama serangga. Berikut ini beberapa
contoh pestisida organik (Alfa,
2011).
A.
Bitung (Barringtonia asiatica)
Barringtonia asiatica merupakan tanaman
tahunan, tingginya dapat mencapai 17 m, dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m
dpl. Bunganya dan daunnya yang indah/rindang menyebabkan tanaman ini juga
digunakan sebagai tanaman hias. Hanya tumbuh di pantai yang berpasir dan
berkarang. Bunga berambut putih dan kemerahan, buah berbentuk segi empat
sebesar kepala orang dewasa. Bagian tumbuhan yang digunakan biji yang
mengandung bioaktif saponin dan triterpenoids bersifat kontak sebagai racun perut.
Biji dibuat dalam bentuk tepung dengan menumbuk atau menggiling eksrtak akan
menghambat pertumbuhan larva Cricula trifenestrata menjadi pupa dan menghambat
produksi telur 60 %. Tepung biji bitung dicampur tepung terigu 10% mampu
menolak populasi serangga Sitophilus sp sampai 80%; serta membunuh sebesar 60% (Alfa, 2011).
B.
Mimba (Azadirachta indica
L)
Mimba
merupakan tanaman pohon dengan tinggi 10-15 m dan berakar tunggang. Batang
tegak, berkayu, berbentuk bulat, permukaan kasar, percabangan simpodial, dan
berwarna coklat. Daun majemuk, letak berhadapan, berbentuk lonjong, tepi
bergerigi, ujung runcing, pangkal meruncing, tulang daun menyirip, panjang 5-7
cm, lebar 3-4 cm, tangkai daun panjangnya 8-20 cm, dan berwarna hijau. Bunga
majemuk, berkelamin dua, letak di ujung cabang, tangkai silindris, panjang 8-15
cm. Benang sari silindris dan berwarna putih kekuningan. Putik lonjong dan
berwarna coklat muda. Buah berbentuk bulat telur berwarna hijau., berdiameter ±
1 cm dan berwarna putih. Mimba tumbuh
baik di daerah panas, di ketinggian 1 – 700 m dpl. dan tahan cekaman air. Di
daerah yang banyak hujan bagian vegetatif sangat subur, tetapi sulit untuk
menghasilakn biji (generatif). Perbanyakan melalui biji. Mimba berbunga pertama
kali pada umur 2-3 tahun dan berbuah pada umur 3-4 tahun. Umumnya tanaman mimba
berbuah sekali setahun. Buah mimba dapat dirontokkan, dipetik, maupun ditarik
dari dahan- dahannya. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah biji dan daun (Alfa, 2011).
Biji
mengandung 25 senyawa limonoid dan daun mengandung 57 senyawa limonoid dengan
zat bioaktif utama azadiracktin (C35H44016). Zat bioaktif ini bekerja sebagai
zat penolak, pencegah nafsu makan, penghambat tumbuh, larvasida (untuk
mengendalikan larva), bakterisida (mencegah aflatoksin), mitisida (obat kudis),
virisida (mengendalikan virus mosaik pada tembakau), rodentisida, ovisida,
spermatisida, fungisida, nematisida dan moluskisida. Bahan aktif ini terdapat
di semua bagian tanaman, tetapi yang paling tinggi terdapat pada biji. Biji
mengandung minyak 35-45% (Alfa,
2011).
Di
samping itu kandungan senyawa kimia lainnya, ekstrak biji dan daun mimba
terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol, dan
lain-lain. Ketiga senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok Tripernoid
yang merupakan bahan pestisida alami, tetapi yang paling efektif adalah
azadirachtin (Alfa, 2011).
OPT
sasaran Penghisap polong, Riptortus linearis pada tanaman kedelai, penyakit
busuk daun/pangkal batang Phytophthora spp. pada berbagai tanaman hortikultura,
penyakit antraknosa Colletotrichum spp. pada tanaman buncis. Mimba mampu
mengendalikan sekitar 127 jenis hams dan mampu berperan sebagai fungisida,
bakterisida, nematisida, serta moluskisida (anti keong-keongan) (Alfa, 2011).
C.
Sirsak (Annona
muricata L.)
Bagian
tumbuhan yang digunakan : daun dan biji. Berdasarkan informasi pakar dari Pusat
Kajian PHT, 1PB (Djoko Prijono), tumbuhan ini tidak terlalu aktif. Namun,
beberapa peneliti melakukan kajian tumbuhan ini sebagai biopestisida. Buah yang
mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Bijinya
mengandung minyak 42 – 45 %, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat
sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant (Alfa, 2011).
Dari tanaman sirsak telah berhasil
diisolasi beberapa senyawa acetogenin antara lain akan bersifat asimisin,
bulatacin, dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin anti
feedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada
konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa
acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel. Bulatacin
diketahui menghambat kerja enzin NADH – ubiquinone reduktase yang diperlukan
dalam reaksi respirasi di mitokondria (Alfa,
2011).
D.
Akar Tuba (Derris
elliptica)
Senyawa yang
telah ditemukan antara lain adalah rotenon. Retenon dapat diekstrak menggunakan
eter/aseton menghasilkan 2 - 4 % resin rotenone, dibuat menjadi konsentrat air.
Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan sebagai
antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga terjadi
beberapa jam sampai beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat
dicampur dengan piretrin/belerang. Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik)
berpspektrum luas dan sebagai racun perut. Rotenon dapat digunakan sebagai
moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan akarisida
(tungau) (Marianah, 2013).
E.
Tembakau (Nicotium
tabacum)
Tembakau
sebagai Pestisida Organik karena senyawa yang dikandung adalah nikotin. Bahan
aktif yang berperan dalam mengendalikan serangga hama adalah senyawa nikotin
dan turunannya antara lain alkaloid nikotin, nikotin sulfat dan senyawa nikotin
lainnya. Senyawa ini bekerja sebagai racun kontak, racun perut dan fumigan.
Daun tembakau kering mengandung 2 - 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf
yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga
seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida)
(Marianah, 2013).
F.
Bawang Putih (Allium
sativum)
Bawang putih
secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan
lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga. Bawang putih,
begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit,
dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk
sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10
hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran
ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura
(Marianah, 2013).
3.2.3.
Pembuatan
Pestisida Organik
Berikut ini
merupakan cara pembuatan pestisida organik dari daun mimba (Azadirachta indica L)
Bahan yang digunakan yaitu daun mimba 25 gram,
detergen 0,05 gram
dan air. Sedangkan alat yang digunakan
yaitu blender, gelas ukur,
alat semprot, pisau,
adukan, dan timbangan digital (Alfa, 2011).
Cara kerja :
1.
Timbang
baringtonia sebanyak 25 gram.
2.
Buat ekstrak
dari daun mimba yaitu dengan melarutkan detergen sebanyak 0,05 gram dengan air
hingga mencapai 1 liter. Lalu blender daun mimba dengan larutan detergen tadi
hingga daun mimba hancur dan keluar sari-sarinya. Kemudian saring dengan kertas
saring hingga mendapatkan larutan sebanyak 500 ml. Bila larutan kurang dari 500
ml, dapat ditambahkan larutan detergen tadi.
3.
Masukkan ke
dalam semprotan (Alfa, 2011).
IV. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pestisida
sintetik adalah pestisida yang menggunakan bahan kimia, sedangkan pestisida
sintetik adalah pestisid yang menggunakan bahan alami atau organi.
2.
Penggunaan
pestisida organik maupun sintetik dalam pengendalian penyakit yang disebabkan
patogen Colletrothicum capsici adalah dengan menyemprotkan cairan
pestisida pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Alfa, 2011.Pestisida Nabati dan Pestisida sintetik. http://tujuhsentimeter.blogspot.co.id/2011/07/pestisida-nabati-dan-pestisida-sintetik.html. Diakses pada 9 Oktober 2016 pukul 20.12 WIB
Hanafia, A.C. 2012. Pengendalian Hama
Tanaman Secara Kimiawi. http://abenchanafia.blogspot.co.id/2012/09/pengendalian-hama-secara-kimiawi.html. Diakses pada 9 Oktober
2016 pukul 19.11 WIB
Imanuel, Cahyanti. 2013. Penyakit pada Tumbuhan. http://cahyantiimanuel.blogspot.co.id/2013/03/penyakit-pada-tumbuhan.html diakses pada 22 September 2016 pukul 00.41 WIB
Marianah, Lisa. 2013. Membuat Pestisida Nabati. http://www.bppjambi.info/newspopup.asp?id=708. Diakses pada 9 Oktober 2016 pukul 06.38 WIB
0 comments:
Post a Comment